Kolonialisme Zaman Now

Startup Unicorn Lain Juga Dikuasai Asing

Shuliya Ratanavara & Roy Franedya, CNBC Indonesia
03 February 2018 12:11
Startup Unicorn Lain Juga Dikuasai Asing
Jakarta, CNBC Indonesia — Dominasi investor asing di perusahaan rintisan (startup) besar tak hanya terjadi di Go-Jek. Asing juga gemar investor startup lainnya yang memiliki valuasi di atas US$ 1 miliar atau setara Rp 13,5 triliun, yang tenar dengan sebutan unicorn.

Saat ini ada empat startup di Indonesia yang menyandang status unicorn. Selain Go-Jek, ada Traveloka, Bukalapak dan Tokopedia.

Mengutip situs Crunchbase, Traveloka, penyedia jual-beli tiket online semua investornya berasal dari luar negeri. Ada yang berasal dari Amerika Serikat, China, Jepang dan Eropa. 

Yakni, Expedia Inc, Sequoia Capital asal AS, JD.com dan Hillhouse Capital Grup dari China. Ada juga East Ventures dari Jepang dan Global Founders Capital dari Eropa. Traveloka telah disuntik investor asing lebih dari US$ 500 juta (Rp 6,7 triliun).

Pada penyedia lapak online, Tokopedia, investor Indonusa Dwitama yang tercatat sebagai investor dalam negeri. Indonusa menjadi investor awal Tokopedia yang menyuntikkan Tokopedia pada tahun 2009.

Pada tujuh putaran penghimpunan dana lainnya, pemberi dana adalah investor asing. Mayoritas berasal dari Jepang. Yakni, East Ventures, CyberAgent Ventures, Beenos Partners, SoftBank dan Telecom Corp.

Sisanya, SoftBank Ventures dari Korea Selatan dan Alibaba Grup Asal China. Suntikan terbesar berasal dari Alibaba yang mencapai US$ 1,1 miliar. Tokopedia telah mengumpulkan dana dari investor lebih dari US$ 1,3 miliar (Rp 17,42 triliun).

Sedangkan di marketplace dan e-commerce Bukalapak, asing tetap mendominasi tetapi investor lokal jadi pengendali.  Emtek Group memegang 49,1% saham Bukalapak. 

Investor asing Bukalapak diantaranya, Gree Ventures, 500 Startup dan QueensBridge Venture Partners asal AS.

Pertanyaannya, digunakan untuk apa sebetulnya uang triliunan yang diinvestasikan ke startup lokal? Lalu, mengapa harus pemodal asing yang terlibat? Temukan jawaban itu di halaman selanjutnya. 
Wakil Sektretaris Jenderal Asosiasi Modal Ventura Untuk Startup Indonesia (Amvesindo) Rimawan Yasin mengatakan langkah yang ditempuh para startup unicorn saat ini adalah agresif melakukan promosi dan pemasaran untuk membentuk ekosistem. Praktek yang paling sering digunakan dengan memberikan diskon harga.

Para startup besar beri diskon harga dalam jangka waktu yang lama, bisa tahunan. "Mereka belum masih rugi tetapi harus menutup biaya operasional plus biaya promosi dan diskon harga pada konsumen jadi butuh diskon besar. Tetapi mengembangkan ekosistem tidak hanya dengan diskon harga," ujarnya.

Rimawan menambahkan industri modal ventura lokal belum cukup besar. Belum ada modal ventura yang mampu menyediakan ratusan juta dolar untuk satu perusahaan. Modal ventura lokal hanya bisa menyediakan dana ratusan dolar atau jutaan dolar untuk satu startup.

"Kalau dana ini diberikan pada startup unicorn tidak akan cukup membantu mereka untuk menjalankan bisnisnya. Saat ini salah satu modal ventura terbesar di Indonesia adalah Pertamina Dana Ventura tetapi mereka pun belum masuk ke startup unicorn,” ujar Himawan. 

Founding Partner Kejora Venture Andy Zain mengungkapkan tak banyaknya investor lokal yang berinvestasi di startup unicorn bukan karena tidak memiliki dana. Beberapa investor lokal memiliki dana besar dan di Indonesia masih banyak lahan investasi. “Beli tanah di Indonesia masih bisa. Bikin perkebunan masih bisa, pertambangan masih menjanjikan,” ujarnya. 

Salah satu alasan tak banyak berinvestasi di startup unicorn lokal karena kurangnya pengetahuan mengenai bisnis startup. China sudah sejak belajar bisnis startup 20 tahun lalu, Amerika Serikat bahkan lebih lama lagi. Di Indonesia startup baru berkembang dalam lima tahun terakhir. 

Selain itu, di Indonesia belum ada insentif yang memadai. Negara tetangga, Singapura dan Malaysia memberikan insentif yang banyak untuk investor yang berinvetasi di teknologi. Hal ini dianggap sebagai salah satu cara membangun industri baru.  

“Indonesia itu yang punya uang banyak, bahkan banyak yang investasi di luar negeri di facebook, di Apple, di mana. Di Indonesia belum ada keringanannya, capital gain tax masih besar, jadi orang mikir mending taruh uang di tempat lain,” ujar Andy.
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular