Kecipratan Minyak, Sukuk Global RI Laris Dibeli Negara Arab

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah menerbitkan sukuk berdenominasi dolar Amerika Serikat (AS) atau sukuk global senilai US$ 3,25 miliar, Rabu (25/5/2022). Kendati dilakukan di tengah ketidakpastian global, penerbitan sukuk tetap menarik banyak pembeli, termasuk dari dari Negara Timur Tengah.
Salah satu penyebabnya adalah karena negara-negara di kawasan tersebut tengah memiliki likuiditas memadai seiring lonjakan harga minyak mentah dunia.
Jumlah penerbitan sebesar US$ 3,25 miliar sendiri merupakan yang terbesar sepanjang sejarah. Sejak diterbitkan pada 2009 lalu, penerbitan sukuk global paling banyak ada di size US$ 3 miliar.
Merujuk data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, sukuk global senilai US$ 3,25 miliar diterbitkan dalam dua tenor.
Sebanyak US$ 1,75 miliar diterbitkan untuk dengan tenor 5 tahun dan US$ 1,5 miliar dengan tenor 10 tahun (seri Green) dalam format 144A / Reg S Trust Certific.
Untuk tenor 5 tahun, pembeli terbanyak datang dari investor kawasan Asia (35%) disusul kemudian dengan Timur Tengah (30%), Amerika Serikat (18%) dan Eropa (17%).
Untuk tenor 10 tahun, investor terbesar dari Asia (38%) disusul dengan Timur Tengah (27%), Amerika Serikat (20%), dan Eropa (15%).
Secara tradisi, negara-negara dari Timur Tengah memang menjadi salah satu investor terbesar untuk penerbitan sukuk global. Namun, pada tahun-tahun sebelumnya, mereka biasanya digabungkan dengan Malaysia sebagai investor syariah. Untuk tahun ini, pemerintah memisahkan investor Timur Tengah dari Malaysia.
"(Ada) windfall profit dari tingginya harga minyak dunia yang menyebabkan likuiditas di pasar Timur Tengah sangat ample, sementara di sisi lain penerbitan global sukuk cukup terbatas, sehingga menyebabkan investor Timur Tengah mencari outlet investasi," tutur Direktur Pembiayaan Syariah DJPPR Dwi Irianti Hadiningdyah, kepada CNBC Indonesia.
Sejak invasi Rusia ke Ukraina akhir Februari 2022, harga minyak mentah dunia memang melonjak tajam. Minyak jenis Brent misalnya sudah kembali bertengger di kisaran US$ 100 per barel dan melesat lebih dari 67% dibandingkan tahun lalu.
Kendati mencatatkan rekor tertinggi dalam sejarah pada tahun ini, sukuk global dijual dengan kupon lebih mahal dibandingkan tahun lalu. Pada tahun ini, sukuk diterbitkan pada harga par dengan kupon sebesar 4,40% untuk tenor 5 tahun dan 4,70% untuk tenor 10 tahun.
Sebagai perbandingan, pada tahun 2021, sukuk diterbitkan pada harga par dengan kupon sebesar 1,50% untuk tenor 5 tahun 2,55% untuk tenor 10 tahun. Kupon pada level tersebut adalah yang terendah sepanjang penerbitan sukuk global.
Dwi irianti menjelaskan kenaikan kupon sejalan dengan meningkatnya suku bunga acuan The Fed sebesar 50 bps di bulan Mei.
"Keadaan ini yang mengerek yield secara global. Kondisi market yang volatile juga menyebabkan kupon global sukuk ikut terkerek naik, sehingga lebih tinggi dari penerbitan sebelumnya," imbuh Dwi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
Krik, Krik, Sepi... Lelang Sukuk Cuma Laku Rp 2 Triliun
(mae/mae)