
Bos OJK Ungkap Jurus Kembangkan Jasa Keuangan Syariah, Simak!

Jakarta, CNBC Indonesia - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan pertumbuhan industri keuangan syariah yang melampaui industri keuangan konvensional masih belum cukup meningkatkan pangsa pasar ekonomi syariah. Untuk itu, diperlukan sejumlah upaya untuk menjadikan keuangan syariah menjadi pemain utama dalam perekonomian Indonesia.
"Kebutuhan dan potensi Indonesia besar sekali buat syariah karena penduduk kita besar dan masyarakat menginginkan produk itu kalau ada. Kebanyakan di level menengah ke bawah, inilah yang harus digarap agar produk keuangan syariah bisa menjadi main player dalam ekonomi kita," kata Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso dalam video "Memaksimalkan Potensi Ekonomi dan Keuangan Syariah Indonesia Di Masa Pandemi" di kanal OJK TV, Kamis (15/04/2021).
Dia mengungkapkan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi syariah, ada lima persyaratan yang harus dipenuhi dan tengah dikembangkan OJK. Pertama, dari sisi lembaga dan produk yang ditawarkan. Wimboh menyebutkan jumlah lembaga tidak menjadi jaminan akan jadi pemain utama jika tidak memiliki produk yang memberikan nilai pada masyarakat.
"Bisa dari kualitas yang bagus, pelayanan yang bagus, dan memang ada produknya. Misalnya kalau kita minta hedging syariah, belum ada. Lembaga keuangan syariah harus betul menawarkan produk secara totalitas, tapi dari survei kami belum semua begitu," kata dia.
Kebanyakan lembaga keuangan syariah hanya fokus pada pemberian pinjaman atau lending, padahal masyarakat membutuhkan produk yang lebih bervariasi. Biasanya lending syariah pun harganya lebih mahal, dan pelayanannya belum terkamin bisa lebih bagus dari konvensional.
"Lembaganya harus dibetulkan agar sizeable, kompatible, kompetitif dan memiliki pengetahuan. Makanya kita buat terobosan dengan satu bank syariah yang besar ini. Tanpa itu tidak bisa memberikan produk yang sesuai ekspektasi masyarakat," ujar Wimboh.
Kedua, prasarana yang memadai khususnya dari sisi teknologi. Dia menilai tanpa teknologi, akan sangat berat untuk berkembang terutama di tengah pesatnya teknologi.
Ketiga, edukasi masyarakat untuk mengenal produk syariah secara mendalam. Dengan begitu masyarakat mengetahui bahwa instrumen syariah juga mengandung risiko. Keempat, memiliki satu ekosistem yang utuh terutama dengan adanya industri halal.
"Kami mengembangkan produk pasar modal syariah kita ada fintech syariah, equity crowd funding syariah. Ini semua dalam ekosistem lengkap sehingga ketika bergerak kita banyak menyentuh syariah, sehingga menjadi satu ekosistem lengkap. Ini tidak bisa berdiri sendiri harus dalam satu kantong ekosistem yang lengkap," jelas Wimboh.
Dia juga mengingatkan agar industri keuangan syariah tidak cepat berpuas diri dan merasa berada di zona nyaman meski mencetak pertumbuhan lebih baik dari ekonomi nasional. Jika ingin market share keuangan syariah lebih 10% pertumbuhannya harus lebih tinggi dibandingkan pencapaian 2020.
(miq/miq)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 28 Tahun Beroperasi, Aset Keuangan Syariah RI Baru Rp 1.710 T
