
Koin Emas Dinar Turun Lagi, Tapi Ada Kabar Baik Untuk 2021

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga koin emas dinar produksi PT Aneka Tambang (Antam) Tbk. turun lagi pada perdagangan Rabu (23/12/2020), mengikut pergerakan emas dunia. Meski sedang menurun 2 hari terakhir, tetapi ada kabar baik untuk tahun depan, banyak analis memprediksi supercycle komoditas termasuk emas akan dimulai.
Melansir data dari situs resmi milik PT Antam, logammulia.com, koin 1 dinar dengan kemurnian 99,99 gram hari ini turun 0,43% ke Rp 3.944.000, melanjutkan penurunan 0,64% kemarin.
Kemudian koin 1 dinar dengan kemurnian 91,7% juga turun 0,43% ke ke 3.643.559. Koin 1 dinar memiliki berat 4,25 gram.
Sementara, koin dirham yang berbahan dasar perak merosot 0,95% ke Rp 93.280. Koin 1 dirham ini memiliki berat 2,975 gram.
PT Antam menjual koin dinar dengan kemurnian 91,7% mulai dari pecahan 1/4 dinar hingga 4 dinar, sementara kemurnian 99,99% mulai pecahan 1/4 dinar hingga 2 dinar. Selain itu PT Antam juga menjual koin dirham yang berbahan dasar perak dengan kemurnian 99,95% pecahan 1 dan 2 dirham.
Koin dinar dan dirham dapat digunakan untuk pembayaran zakat, alat investasi atau simpanan, serta menjadi mahar.
Sejak awal pekan, harga emas dunia bergerak dengan voilatilitas tinggi, artinya naik turun tajam dalam waktu singkat. Melansir data Refinitiv, emas sempat melesat 1,37% ke US$ 1.906,46/troy ons di hari Senin. Tetapi tidak lama setelah mencapai level tersebut logam mulia ini jeblok ke US$ 1.856,29/troy ons, merosot 1,3% dibandingkan penutupan peerdangan pekan lalu. Tetapi jika dilihat dari level tertinggi yang dicapai hari ini, emas jeblok 2,6%.
Di penutupan perdagangan, emas dunia melemah 0,21% ke US$ 1.876,21/troy ons.
Sementara kemarin, harga emas dunia merosot 0,89% ke US$ 1.859,56/troy ons, dan hari ini Rabu (23/12/2020) naik 0,43% di US$ 1.867,59/troy ons pada pukul 16:44 WIB.
Pergerakan dengan volatilitas sebenarnya sudah diprediksi banyak analis, sebab menjelang libur Natal dan Tahun Baru volume perdagangan lebih rendah dari biasanya.
Sepanjang tahun ini hingga Selasa kemarin emas mencatat kenaikan tajam nyaris 23%, bahkan sempat membukukan rekor tertinggi sepanjang masa US$ 2.072,49/troy ons pada 7 Agustus lalu.
Beberapa analis melihat kenaikan di tahun ini sebagai awal dari supercycle atau periode kenaikan tajam harga emas dalam jangka panjang.
Profesor ekonomi terapan di John Hopkins University, Steve Hanke, dalam wawancara dengan Kitco, Selasa (22/12/2020), mengatakan komoditas termasuk emas akan memasuki fase supercycle tersebut pada tahun 2021 mendatang.
"Supply sangat terbatas, stok rendah, dan ekonomi mulai bangkit dan maju ke depan, harga komoditas akan naik dan memulai supercycle. Saya pikir saat ini kita sudah melihat tanda awalnya," kata Hanke, sebagaimana dilansir Kitco.
Andy Hecht dari bubbatrading.com menjadi salah satu analis yang juga memprediksi emas masuk supercycle. Hetch bahkan mengatakan senang melihat harga emas turun di bawah US$ 1.900/troy ons.
"Saya menyambut penurunan harga emas, saya ingin melihat harga emas turun, itu artinya saya akan membeli lebih banyak emas," kata Hecht sebagaimana dilansir KiTco, Kamis (23/10/2020).
"Saya melihat kita masih di tahap awal supercycle komoditas, itu artinya emas akan melesat tinggi, begitu juga dengan perak," katanya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sedih! Harga Koin Dinar 99,99% Kini di Bawah Rp 4 Juta