Kurs Riyal Arab Saudi Menguat di Awal Pekan, ke Rp 3.777

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
29 June 2020 19:07
Dollar and Riyal banknotes are seen in this picture illustration taken May 8, 2017. Picture taken May 8, 2017. REUTERS/Dado Ruvic/Illustration
Foto: Riyal (REUTERS/Dado Ruvic)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar riyal Arab Saudi menguat lagi melawan rupiah pada perdagangan Senin (29/6/2020), melanjutkan penguatan dalam 2 hari perdagangan sebelumnya. Menurut data Refinitiv, riyal menguat 0,16% ke Rp 3.777/SAR di pasar spot. Dalam 2 hari perdagangan sebelumnya, riyal menguat 0,13% dan 0,35%.

Penguatan riyal terjadi akibat rupiah yang loyo sejak pekan lalu, terseret memburuknya sentimen pelaku pasar akibat risiko resesi global yang dalam, serta penyebaran virus corona gelombang kedua. Isu resesi yang dalam kembali merebak setelah Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) merilis proyeksi ekonomi global terbaru.

Dalam rilis terbarunya yang berjudul A Crisis Like No Other, An Uncertain Recovery IMF memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global menjadi minus 4,9% lebih dalam ketimbang proyeksi yang diberikan pada bulan April lalu minus 3%. Itu artinya, resesi yang melanda dunia di tahun ini diprediksi makin dalam.

Nyaris semua negara, dari negara maju hingga negara berkembang diramal akan mengalami kontraksi ekonomi. Secara umum, perekonomian negara maju akan minus 8%. Amerika Serikat (AS), negara dengan nilai ekonomi terbesar di dunia diprediksi terkontraksi 8%, sedangkan zona euro -10,2%. Jepang, ekonomi terbesar ketiga dunia diprediksi -5,8%.

Sementara itu, dari negara berkembang secara umum diramal minus 3%, tetapi perekonomian China diprediksi masih bisa tumbuh 1%. Ekonomi Indonesia sendiri tahun ini diprediksi menjadi -0,3%, padahal sebelumnya diramal masih bisa tumbuh 0,5%. Hal tersebut diperburuk dengan serangan virus corona gelombang kedua yang kini semakin nyata.

AS paling disorot pada pekan lalu setelah kasus Covid-19 mencatat rekor penambahan harian. Kini rekor penambahan tersebut tercatat secara global. Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) mencatat jumlah pasien positif corona di seluruh dunia per 28 Juni adalah 9.843.073 orang, naik 190.025 orang atau 1,97% dari hari sebelumnya.

Tambahan 190.025 kasus dalam sehari adalah rekor kenaikan harian tertinggi sejak WHO mencatat pasien corona mulai 20 Januari. Sedangkan pertumbuhan 1,97% adalah laju tercepat sejak 21 Juni.

Virus corona gelombang kedua, jika sampai membuat negara-negara kembali mengambil kebijakan karantina wilayah (lockdown) tentunya akan mengancam pemulihan ekonomi global. Sehingga, resesi dalam dan panjang akan "menghantui" dunia.

Alhasil, pelaku pasar menjadi berhati-hati mengalirkan modalnya ke negara emerging market yang memberikan imbal hasil tinggi. Rupiah pun kekurangan tenaga untuk kembali menguat.


TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 10 Pekan Berlalu, Rupiah Akhirnya Menguat Melawan Riyal

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular