
Rupiah Diterpa Profit Taking, Riyal Arab Saudi Menguat Tipis
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
28 May 2020 20:53

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar riyal Arab Saudi (SAR) menguat tipis melawan rupiah pada perdagangan Kamis (28/5/2020) akibat aksi ambil untung (profit taking) yang menerpa Mata Uang Garuda. Meski demikian, riyal masih belum jauh dari level terlemah 2 bulan.
Berdasarkan data Refinitiv, riyal hari ini menguat 0,13% di Rp 3.908/SAR. Pada pekan lalu, sebelum hari raya Idul Fitri, kurs riyal menyentuh level Rp 3.906/SAR yang merupakan level terendah sejak 13 Maret lalu. Posisi tersebut membuat rupiah diterpa aksi ambil untung sehingga riyal menguat hari ini.
Rupiah sebenarnya masih dinaungi sentimen positif dari rencana diputarnya lagi roda perekonomian, tidak hanya di dalam negeri, tetapi juga luar negeri. Presiden Joko Widodo (Jokowi) akan memutar kembali roda perekonomian dengan mempersiapkan era kehidupan baru (new normal)
Berbicara saat meninjau prosedur standar dalam menghadapi new normal di Summarecon Mall Kota Bekasi, Jawa Barat, Jokowi menegaskan kedatangannya ke pusat perbelanjaan tersebut untuk memastikan wilayah tersebut siap menghadapi new normal.
"Saya datang ke Kota Bekasi, Provinsi Jawa Barat untuk memastikan pelaksanaan kegiatan kita menuju ke sebuah tatanan baru ke sebuah normal yang baru," katanya, Selasa (26/5/2020).
Sementara itu dari Eropa, negara seperti Portugal, Yunani, Spanyol, Italia, Belanda, Swedia dan Islandia bahkan sudah mewacanakan untuk membuka kembali industri pariwisatanya. Kemudian dari AS, untuk pertama kalinya kemarin para trader kembali menjejakkan kakinya di lantai bursa saham New York, setelah tutup sejak 23 Maret lalu.
Sementara itu, Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo kembali memberikan laporan mengena perkembangan ekonomi terkini melalui video conference. Dalam paparannya, Perry mengatakan nilai tukar rupiah saat ini masih di bawah nilai fundamentalnya (undervalued), dan ke depannya akan kembali menguat.
"Ke depan nilai tukar rupiah akan menguat ke fundamentalnya. Fundamental diukur dari inflasi yang rendah, current account deficit (CAD) yang lebih rendah, itu akan menopang penguatan rupiah. Aliran modal asing yang masuk ke SBN (Surat Berharga Negara) juga memperkuat nilai tukar rupiah," kata Perry, Kamis (28/5/2020).
Pernyataan Perry tersebut berbeda dengan sebelumnya yang mengatakan rupiah akan berada di kisaran Rp 15.000/US$ di akhir tahun. Rupiah kini disebut akan menguat ke nilai fundamentalnya, sehingga memberikan dampak psikologis ke pasar untuk mengantisipasi Mata Uang Garuda masih berpeluang menguat lebih jauh.
Pergerakan rupiah melawan dolar AS mirip dengan melawan riyal, ketika rupiah bisa menguat melawan dolar AS, maka riyal juga akan sukses ditekan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Turun Tipis, Kurs Riyal di Dekat Level Terlemah 2 Tahun
Berdasarkan data Refinitiv, riyal hari ini menguat 0,13% di Rp 3.908/SAR. Pada pekan lalu, sebelum hari raya Idul Fitri, kurs riyal menyentuh level Rp 3.906/SAR yang merupakan level terendah sejak 13 Maret lalu. Posisi tersebut membuat rupiah diterpa aksi ambil untung sehingga riyal menguat hari ini.
Rupiah sebenarnya masih dinaungi sentimen positif dari rencana diputarnya lagi roda perekonomian, tidak hanya di dalam negeri, tetapi juga luar negeri. Presiden Joko Widodo (Jokowi) akan memutar kembali roda perekonomian dengan mempersiapkan era kehidupan baru (new normal)
"Saya datang ke Kota Bekasi, Provinsi Jawa Barat untuk memastikan pelaksanaan kegiatan kita menuju ke sebuah tatanan baru ke sebuah normal yang baru," katanya, Selasa (26/5/2020).
Sementara itu dari Eropa, negara seperti Portugal, Yunani, Spanyol, Italia, Belanda, Swedia dan Islandia bahkan sudah mewacanakan untuk membuka kembali industri pariwisatanya. Kemudian dari AS, untuk pertama kalinya kemarin para trader kembali menjejakkan kakinya di lantai bursa saham New York, setelah tutup sejak 23 Maret lalu.
Sementara itu, Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo kembali memberikan laporan mengena perkembangan ekonomi terkini melalui video conference. Dalam paparannya, Perry mengatakan nilai tukar rupiah saat ini masih di bawah nilai fundamentalnya (undervalued), dan ke depannya akan kembali menguat.
"Ke depan nilai tukar rupiah akan menguat ke fundamentalnya. Fundamental diukur dari inflasi yang rendah, current account deficit (CAD) yang lebih rendah, itu akan menopang penguatan rupiah. Aliran modal asing yang masuk ke SBN (Surat Berharga Negara) juga memperkuat nilai tukar rupiah," kata Perry, Kamis (28/5/2020).
Pernyataan Perry tersebut berbeda dengan sebelumnya yang mengatakan rupiah akan berada di kisaran Rp 15.000/US$ di akhir tahun. Rupiah kini disebut akan menguat ke nilai fundamentalnya, sehingga memberikan dampak psikologis ke pasar untuk mengantisipasi Mata Uang Garuda masih berpeluang menguat lebih jauh.
Pergerakan rupiah melawan dolar AS mirip dengan melawan riyal, ketika rupiah bisa menguat melawan dolar AS, maka riyal juga akan sukses ditekan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Turun Tipis, Kurs Riyal di Dekat Level Terlemah 2 Tahun
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular