Kurs Riyal Menguat 4 Hari Beruntun, Kini di Rp 3.663

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
21 February 2020 10:39
Sejak wabah virus corona melanda dan diprediksi menekan pertumbuhan ekonomi China, rupiah turut terpukul.
Foto: Mata uang Saudi, riyal, terlihat di pertukaran mata uang lokal di Manama, Bahrain 16 Oktober 2018. REUTERS / Hamad I Mohammed
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar riyal Arab Saudi (SAR) menguat melawan rupiah pada perdagangan Jumat (21/2/2020). Hingga hari ini, riyal sudah menguat 4 hari beruntun.

Pada pukul 10:15 WIB, SAR 1 setara dengan Rp 3.663, riyal menguat 0,3% di pasar spot, melansir data Refinitiv.

Kecemasan akan pelambatan ekonomi global membuat rupiah terus diterpa aksi ambil untung yang membuat nilainya melemah melawan riyal. Maklum saja, sebelum wabah virus corona melanda China dan negara-negara lainnya, rupiah begitu perkasa bahkan menjadi mata uang dengan kinerja terbaik di dunia.

Perkasanya rupiah tersebut membuat riyal menyentuh level terlemah 2 tahun Rp 3.616/SAR pada 24 Januari lalu. Sejak awal 2020 hingga saat itu rupiah sudah mencatat penguatan 2,29% melawan riyal.

Salah satu penyebab kuatnya rupiah kala itu adalah pertumbuhan ekonomi global yang membuat pelaku pasar masuk ke aset-aset berisiko yang memberikan imbal hasil tinggi. Rupiah menjadi yang paling diuntungkan karena memberikan imbal hasil yang relative lebih tinggi. Yield obligasi Indonesia tenor 10 tahun berada di atas 6%, dan ekonomi RI juga diprediksi akan membaik di tahun ini sehingga aliran modal masuk deras.

Namun, sejak wabah virus corona melanda dan diprediksi menekan pertumbuhan ekonomi China, rupiah turut terpukul.


Hasil riset S&P memprediksi produk domestic bruto (PDB) Negeri Tiongkok akan terpangkas hingga 1,2%. Kemudian, Reuters melakukan jajak pendapat terhadap 40 ekonom yang hasilnya pertumbuhan ekonomi China kuartal I-2019 diperkirakan sebesar 4,5%. Jauh melambat dibandingkan kuartal sebelumnya yaitu 6%. Untuk pertumbuhan ekonomi sepanjang 2020, proyeksinya adalah 5,5%. Juga jauh melambat dibandingkan realisasi 2019 yang sebesar 6,1%.

Sementara itu Bank Dunia mengatakan pelambatan ekonomi China sebesar 1% dapat membuat ekonomi Indonesia melambat 0,3%. Itu artinya, perekonomian Indonesia bisa melambat lebih dari 0,3% di kuartal I-2020.

Untuk memacu memutar roda perekonomian dalam negeri dan meminimalisir dampak pelambatan ekonomi China, Bank Indonesia (BI) pada Kamis kemarin memangkas memangkas suku bunga 7 Days Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poin menjadi 4,75%.

"Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 19-20 Februari 2020 memutuskan untuk menurunkan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 bps menjadi 4,75%, suku bunga Deposit Facility sebesar 25 bps menjadi 4,00%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 25 bps menjadi 5,50%," kata Gubernur BI Perry Warjiyo, Kamis (20/2/2020).

Pasca pengumuman tersebut rupiah yang sebelumnya melemah 0,66% berhasil memangkas pelemahan hingga 0,14% Kamis kemarin.

Dengan pelemahan hari ini, rupiah masih menyisakan penguatan 0,99% sepanjang tahun ini melawan riyal. Berikut pergerakan riyal melawan rupiah di pasar spot dalam dua minggu terakhir.



TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap) Next Article Dibuka Melemah, Kurs Riyal Balik Menguat ke Rp 3.733/SAR

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular