
Resesi Mengancam! Dolar Singapura Keok Lagi Lawan Rupiah
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
21 February 2020 07:37

Jakarta, CNBC Indonesia - Ancaman resesi benar-benar bikin kurs dolar Singapura terkapar. Nilai tukar dolar Singapura melemah cukup tajam di awal perdagangan Kamis kemarin (20/2/2020) hingga mendekati level Rp 9.700/SG$.
Di awal perdagangan kurs dolar Singapura langsung merosot 0,7% ke Rp 9.738,78/SG$, level tersebut merupakan yang terlemah sejak 20 Juli 2017. Posisi tersebut membaik, pada pukul 10:30 WIB Kamis kemarin, SG$ 1 setara Rp 9.806,16, atau melemah tipis 0,02%.
Negeri Merlion yang terancam mengalami resesi akibat wabah virus corona atau Covid-19 terus menekan mata uangnya. Singapura menjadi negara dengan kasus Covid-19 terbanyak kedua setelah China. Sampai saat ini sudah ada 84 kasus positif virus corona.
Tetapi ancaman sebenarnya datang dari China yang merupakan asal Covid-19. Pertumbuhan ekonomi negeri Tiongkok diprediksi melambat cukup signifikan akibat wabah yang sudah menewaskan lebih dari 2000 orang di China.
Pelambatan ekonomi China berdampak buruk bagi Singapura. Menteri Perdagangan dan Industri Singapura, Chan Chun Sing, mengatakan Singapura harus "siap secara mental" menghadapi virus corona yang dampaknya akan lebih "luas, dalam, dan panjang" dari wabah SARS tahun 2003 lalu. Sebabnya, nilai perdagangan Singapura dan China saat ini sudah naik empat kali lipat dibandingkan tahun 2003.
China adalah negara mitra dagang utama Singapura. Pada 2018, ekspor Singapura ke China mencapai US$ 50,4 miliar atau menyumbang 13% dari total ekspor.
Dengan perlambatan ekonomi China, tentu permintaan terhadap produk-produk dari luar negeri akan ikut berkurang. Artinya, ekspor Singapura sudah pasti terpukul. Tidak hanya perdagangan, sektor pariwisata juga sudah terpukul.
"Sektor pariwisata telah terkena dampak langsung dari penyebaran virus corona, akibat penurunan kedatangan wisatawan, khususnya dari China" kata Singapore Tourism Board (STB) sebagaimana dilansir Channel News Asia.
Berdasarkan data STB sepanjang tahun 2019, ada sebanyak 3,6 juta wisatawan dari China yang berkunjung ke Singapura, angka tersebut merupakan 20% dari total wisatawan sepanjang tahun lalu.
Sementara itu, total pendapatan Singapura dari sektor pariwisata mencapai SG$ 27,1 miliar di tahun 2018. Akibat wabah Covid-19, pendapatan dari sektor pariwisata bisa menguap.
Kementerian Perdagangan Singapura akhirnya memangkas prediksi pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2020 ada di kisaran -0,5%-1,5%. Persentase tersebut diturunkan dari sebelumnya di kisaran 0,5%-2,5%.
Tidak hanya penurunan proyeksi PDB, Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong bahkan mengatakan kemungkinan terjadinya resesi.
"Saya tidak bisa mengatakan apakah kita akan mengalami resesi atau tidak. Itu adalah kemungkinan, tetapi yang pasti perekonomian akan terpukul" katanya sebagaimana dilansir Strait Times.
Akibatnya kurs dolar Singapura terus tertekan. Sejak awal tahun hingga Rabu kemarin sudah melemah lebih dari 5% melawan rupiah.
Dengan kondisi ini, dolar Singapura termasuk dalam 10 besar mata uang dengan kinerja terburuk di tahun ini, berdasarkan data Refnitiv. Padahal tahun lalu, dolar Singapura berhasil menekuk rupiah dan berhasil mencapai rekor tertinggi sepanjang masa Rp 11.082/SG$ pada 12 Oktober 2018.
Saat itu, tahun 2018, nilai tukar rupiah memang mengalami gejolak akibat bank sentral Amerika Serikat (Federal Reserve/The Fed) yang agresif menaikkan suku bunga. Sepanjang tahun itu, The Fed menaikkan suku bunga sebanyak 4 kali, untuk mengimbanginya Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga hingga 6 kali.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(tas/tas) Next Article Kurs Dolar Singapura Tembus Rp 11.500, Termahal dalam Sejarah
Di awal perdagangan kurs dolar Singapura langsung merosot 0,7% ke Rp 9.738,78/SG$, level tersebut merupakan yang terlemah sejak 20 Juli 2017. Posisi tersebut membaik, pada pukul 10:30 WIB Kamis kemarin, SG$ 1 setara Rp 9.806,16, atau melemah tipis 0,02%.
Negeri Merlion yang terancam mengalami resesi akibat wabah virus corona atau Covid-19 terus menekan mata uangnya. Singapura menjadi negara dengan kasus Covid-19 terbanyak kedua setelah China. Sampai saat ini sudah ada 84 kasus positif virus corona.
Tetapi ancaman sebenarnya datang dari China yang merupakan asal Covid-19. Pertumbuhan ekonomi negeri Tiongkok diprediksi melambat cukup signifikan akibat wabah yang sudah menewaskan lebih dari 2000 orang di China.
Pelambatan ekonomi China berdampak buruk bagi Singapura. Menteri Perdagangan dan Industri Singapura, Chan Chun Sing, mengatakan Singapura harus "siap secara mental" menghadapi virus corona yang dampaknya akan lebih "luas, dalam, dan panjang" dari wabah SARS tahun 2003 lalu. Sebabnya, nilai perdagangan Singapura dan China saat ini sudah naik empat kali lipat dibandingkan tahun 2003.
China adalah negara mitra dagang utama Singapura. Pada 2018, ekspor Singapura ke China mencapai US$ 50,4 miliar atau menyumbang 13% dari total ekspor.
Dengan perlambatan ekonomi China, tentu permintaan terhadap produk-produk dari luar negeri akan ikut berkurang. Artinya, ekspor Singapura sudah pasti terpukul. Tidak hanya perdagangan, sektor pariwisata juga sudah terpukul.
"Sektor pariwisata telah terkena dampak langsung dari penyebaran virus corona, akibat penurunan kedatangan wisatawan, khususnya dari China" kata Singapore Tourism Board (STB) sebagaimana dilansir Channel News Asia.
Berdasarkan data STB sepanjang tahun 2019, ada sebanyak 3,6 juta wisatawan dari China yang berkunjung ke Singapura, angka tersebut merupakan 20% dari total wisatawan sepanjang tahun lalu.
Sementara itu, total pendapatan Singapura dari sektor pariwisata mencapai SG$ 27,1 miliar di tahun 2018. Akibat wabah Covid-19, pendapatan dari sektor pariwisata bisa menguap.
Kementerian Perdagangan Singapura akhirnya memangkas prediksi pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2020 ada di kisaran -0,5%-1,5%. Persentase tersebut diturunkan dari sebelumnya di kisaran 0,5%-2,5%.
Tidak hanya penurunan proyeksi PDB, Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong bahkan mengatakan kemungkinan terjadinya resesi.
"Saya tidak bisa mengatakan apakah kita akan mengalami resesi atau tidak. Itu adalah kemungkinan, tetapi yang pasti perekonomian akan terpukul" katanya sebagaimana dilansir Strait Times.
Akibatnya kurs dolar Singapura terus tertekan. Sejak awal tahun hingga Rabu kemarin sudah melemah lebih dari 5% melawan rupiah.
Dengan kondisi ini, dolar Singapura termasuk dalam 10 besar mata uang dengan kinerja terburuk di tahun ini, berdasarkan data Refnitiv. Padahal tahun lalu, dolar Singapura berhasil menekuk rupiah dan berhasil mencapai rekor tertinggi sepanjang masa Rp 11.082/SG$ pada 12 Oktober 2018.
Saat itu, tahun 2018, nilai tukar rupiah memang mengalami gejolak akibat bank sentral Amerika Serikat (Federal Reserve/The Fed) yang agresif menaikkan suku bunga. Sepanjang tahun itu, The Fed menaikkan suku bunga sebanyak 4 kali, untuk mengimbanginya Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga hingga 6 kali.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(tas/tas) Next Article Kurs Dolar Singapura Tembus Rp 11.500, Termahal dalam Sejarah
Most Popular