
Dolar Singapura Lagi Murah-murahnya, Yakin Gak Mau Borong?

Jakarta, CNBC Indonesia - Kekuatan mata uang negara tetangga Indonesia yakni Dolar Singapura semakin turun. Hal ini bisa dimanfaatkan investor yang gemar mengoleksi mata uang asing.
Pelemahan Dolar Singapura terlihat pada perdagangan Selasa (19/4/2022) lalu. Nilai tukar mata uang itu merosot 0,57% ke Rp 10.478/SG$, sementara level penutupan terendah tahun ini Rp 10.477/SG$ terjadi pada 11 Maret lalu.
Kekuatan Dolar Singapura menurun justru pasca Otoritas Moneter Singapura (Monetary Authority of Singapore/MAS) mengetatkan kebijakannya. Pada saat yang sama, Bank Indonesia (BI) sudah mengumumkan kebijakan moneter dan masih mempertahankan suku bunga acuan sesuai dengan ekspektasi pasar.
"Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 18-19 April 2022 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 3,5%, suku bunga Deposit Facility sebesar 2,75%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 4,25%," ungkap Perry Warjiyo, Gubernur BI, dalam jumpa pers usai RDG, Selasa (19/4/2022).
Dengan demikian, suku bunga acuan tidak berubah selama 14 bulan terakhir. Suku bunga acuan 3,5% adalah yang terendah dalam sejarah Indonesia.
Selain itu, untuk 2022 BI memperkirakan transaksi berjalan (current account) kembali defisit di kisaran 0,5-1,3% dari PDB. Lebih landai ketimbang perkiraan sebelumnya yakni 1,1-1,9% dari PDB.
Perubahan proyeksi tersebut menjadi kabar bagus, sebab transaksi berjalan merupakan faktor penting yang mempengaruhi pergerakan rupiah.
Sementara itu MAS pada Kamis (14/4) mengumumkan mengubah titik tengah (centre) menjadi lebih tinggi, dan sedikit menaikkan slope.
Untuk diketahui, di Singapura, tidak ada suku bunga acuan, kebijakannya menggunakan S$NEER (Singapore dollar nominal effective exchange rate), yang terdiri dari kemiringan (slope), lebar (width) dan titik tengah (centre).
Kebijakan moneter, apakah itu longgar atau ketat, dilakukan dengan cara menetapkan kisaran nilai dan nilai tengah dolar Singapura terhadap mata uang negara mitra dagang utama. Kisaran maupun nilai tengah itu tidak diumbar kepada publik.
Sebelumnya MAS sudah menaikkan slope sebanyak dua kali pada Oktober 2021 dan Januari tahun ini. Slope berfungsi membuat penguatan/penurunan dolar Singapura lebih cepat/lambat. Ketika slope dinaikkan, maka dolar Singapura bisa menguat lebih cepat, begitu juga sebaliknya.
Meski sudah 3 kali mengetatkan kebijakan moneternya, sepanjang tahun ini dolar Singapura masih turun 0,6% melawan rupiah.
(vap/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kurs Dolar Singapura Pagi Jeblok Siang Naik, Ini Penyebabnya!