MARKET DATA
Newsletter

Ketuk Palu The Fed: Dalam Hitungan Jam Lagi, Dunia Bisa Berubah Total

Emanuella Bungasmara Ega Tirta,  CNBC Indonesia
10 December 2025 06:14
Stok beras premium masih langka di ritel modern, Selasa (2/9/2025)
Foto: (CNBC Indonesia/Chandra Dwi Pranata)

Pelaku pasar keuangan akan mencermati sejumlah sentimen hari ini. Sentimen terbesar datang dari rapat The Fed sementara dari dalam negeri ada sejumlah faktor menarik, mulai dari data penjualan ritel hingga penawaran saham PT Super Bank Indonesia.

Berikut beberapa sentimen pasar hari ini:

Indeks Keyakinan Konsumen

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indonesia kembali menguat pada November 2025. Bank Indonesia mencatat IKK berada di level 124, naik 2,8 poin dibandingkan Oktober dan tetap berada pada zona optimis yakni di atas batas 100.

Meski begitu, posisi IKK kali ini masih lebih rendah dibandingkan November tahun lalu yang sempat menyentuh 125,9.

Kenaikan optimisme konsumen terlihat merata di sebagian besar kelompok pengeluaran. Kelompok dengan belanja Rp 2,1 juta hingga Rp 3 juta justru menjadi penyumbang kenaikan paling besar, dari sebelumnya 110,9 menjadi 117,6.

Sebaliknya, kelompok pengeluaran Rp 3,1 juta hingga Rp 4 juta mencatat peningkatan paling tipis, hanya naik dari 117,1 menjadi 117,3. Jika dilihat berdasarkan usia, seluruh kelompok umur mengalami penguatan, dengan kelompok 51-60 tahun menjadi yang paling signifikan melonjak dari 108,3 menjadi 116,9.

 

Peningkatan optimisme ini sejalan dengan membaiknya dua indikator utama, yakni Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK). IKE naik dari 109,1 menjadi 111,5, didorong kenaikan pada seluruh komponennya.

Indeks Penghasilan Saat Ini (IPSI) tercatat melompat ke 121,5 dari 117,1, sementara Indeks Pembelian Barang Tahan Lama (IPDG) serta Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja (IKLK) masing-masing meningkat ke 109,4 dan 103,7. Di sisi lain, IEK juga menguat dari 133,4 menjadi 136,6 dengan pendorong utama berupa naiknya Indeks Ekspektasi Penghasilan (IEP) yang menembus 140,6.

Meski keyakinan konsumen meningkat, pola pengelolaan pendapatan rumah tangga menunjukkan pergeseran tipis. BI menemukan bahwa rata-rata porsi pendapatan untuk konsumsi sedikit turun dari 74,7 persen pada Oktober menjadi 74,6 persen pada November.

Sementara itu, porsi pendapatan yang disimpan justru naik dari bulan sebelumnya menjadi 14,4 persen. Proporsi pembayaran cicilan atau utang relatif tidak berubah dan bertahan di level 11 persen.

Stabilnya porsi konsumsi terhadap pendapatan tersebut dipengaruhi oleh dinamika di masing-masing kelompok pengeluaran. Konsumsi kelompok berpengeluaran Rp 3,1 juta-4 juta dan di atas Rp 5 juta cenderung meningkat, tetapi pada kelompok Rp 2,1 juta-3 juta justru sedikit menurun. Kelompok dengan belanja Rp 1 juta-2 juta tercatat stabil dengan proporsi konsumsi di kisaran 76,5 persen. Untuk tabungan, kenaikan terjadi pada kelompok pengeluaran Rp 3,1 juta-4 juta (14,3 persen) dan Rp 4,1 juta-5 juta (14,6 persen), sementara kelompok berpendapatan lebih dari Rp 5 juta justru mengalami penurunan tipis menjadi 15,9 persen.

Laju Inflasi China

Data yang dinanti agar melengkapi prospek perbaikan ekonomi China ada laju inflasi periode November. Data ini akan rilis pada hari ini Rabu (10/12/2025) sekitar pukul 08.30 WIB.

Laju inflasi diperkirakan bisa naik 0,9% yoy, dibandingkan bulan sebelumnya inflasi 0,2% yoy. Jika laju inflasi bisa naik sesuai ekspektasi, ini akan menandai pemulihan terkuat sejak Februari 2023 yang mencatat laju inflasi 1% yoy.

Perlu diketahui, China itu baru mencatat inflasi lagi pada Oktober sebesar 0,2% yoy, setelah dua bulan mengalami deflasi.


Rapat The Fed

Beralih ke negeri Paman Sam, rapat terakhir Federal Reserve (The Fed) di tahun ini resmi dimulai pada Selasa pagi, 9 Desember 2025.

Bank sentral Amerika Serikat itu dijadwalkan mengumumkan keputusan kebijakan moneternya pada Rabu sore pukul 14.00 waktu New York atau Kamis dini hari waktu Indonesia.

Pelaku pasar umumnya memperkirakan The Fed akan kembali memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin, yang akan menjadi pemangkasan ketiga sepanjang tahun. Data CME Group menunjukkan probabilitas sekitar 90% bahwa pemangkasan suku bunga akan terjadi pada pertemuan kali ini.

Selain keputusan suku bunga, The Fed juga akan merilis proyeksi ekonomi terbaru melalui Summary of Economic Projections (SEP) untuk 2025. Dokumen ini memuat pandangan pejabat The Fed mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, serta arah suku bunga dalam beberapa tahun ke depan.

Proyeksi pemangkasan suku bunga DesemberFoto: FedWatchtool
Proyeksi pemangkasan suku bunga Desember

Pada rilis terakhir bulan September, SEP menunjukkan proyeksi median The Fed mengarah pada hanya satu kali pemangkasan suku bunga pada 2026, setelah tiga kali penurunan yang diproyeksikan terjadi pada 2025. Perubahan terhadap outlook ini akan menjadi fokus utama investor pada hari pengumuman.

Pasar juga mencermati potensi perbedaan pandangan di antara para pejabat The Fed. Hal ini mengingat dalam pernyataan kebijakan bulan Oktober, dua anggota FOMC diketahui menolak keputusan mayoritas yang menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin.

Sebagai catatan, The Fed kembali memangkas suku bunganya sebesar 25 bps ke level 3,75-4,00% pada pertemuan Oktober 2025.

Desember juga menjadi waktu pertama Fed merespons data inflasi akhir tahun. Jika inflasi melunak dan ekonomi mulai melemah, peluang pemangkasan suku bunga lebih cepat terbuka. Nada dovish Jerome Powell biasanya langsung memicu risk-on di pasar global.

Selain itu, pertemuan Desember kerap menentukan sentimen kuartal pertama. Sikap dovish biasanya menguatkan IHSG dan rupiah, sementara sikap hawkish memperkuat dolar AS, menekan rupiah, dan mendorong kenaikan imbal hasil obligasi.

Volatilitas juga meningkat karena likuiditas perdagangan menjelang liburan cenderung menipis. Satu komentar dari Powell dapat mengguncang saham teknologi, dolar AS, maupun emas.

Pertanyaan terbesar yang dinantikan pasar adalah apakah Desember menjadi momen Fed Pivot-peralihan dari era suku bunga tinggi menuju pelonggaran. Secara historis, pivot Fed selalu menghasilkan pergerakan besar di saham, obligasi, dan aset berisiko


Data Tenaga Kerja AS Job Openings & Klaim Pengangguran

Lowongan pekerjaan di Amerika Serikat meningkat sebanyak 12.000 menjadi 7,670 juta pada Oktober 2025, naik dari 7,658 juta pada September, menurut data tertunda dari Biro Statistik Tenaga Kerja AS (US Bureau of Labor Statistics). Angka September menunjukkan lonjakan 431.000 dari level Agustus sebesar 7,227 juta, dengan kedua bulan tersebut melampaui ekspektasi pasar sebesar 7,2 juta.

Berdasarkan sektor, jumlah lowongan meningkat pada perdagangan, transportasi, dan utilitas (+239.000), dipimpin oleh perdagangan ritel dan grosir, serta sektor kesehatan dan bantuan sosial (+49.000). Namun, lowongan menurun pada sektor jasa profesional dan bisnis (-114.000), pemerintah federal (-25.000), serta sektor hiburan dan perhotelan (-22.000).

Rilis lowongan kerja (JOLTS) ini sangat penting karena hadir setelah lebih dari dua bulan tanpa publikasi akibat penutupan pemerintahan AS. 

Bagi The Fed maupun pelaku pasar, JOLTS adalah indikator penting karena memberikan gambaran mengenai permintaan tenaga kerja, variabel yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan upah dan tekanan inflasi. Pasar tenaga kerja AS sendiri telah menunjukkan tanda-tanda pendinginan, bahkan dinilai sedikit terlalu cepat melambat. Kondisi inilah yang membuat sejumlah pembuat kebijakan The Fed lebih fokus pada stabilitas pasar tenaga kerja, meski inflasi masih berada di atas target 2%.

(emb/emb)


Most Popular