MARKET DATA
Newsletter

Ketuk Palu The Fed: Dalam Hitungan Jam Lagi, Dunia Bisa Berubah Total

Emanuella Bungasmara Ega Tirta,  CNBC Indonesia
10 December 2025 06:14
wall street
Foto: ilustrasi Jerome Powell (Edward Ricardo/ CNBC Indonesia)

Dari pasar saham Amerika Serikat (AS), bursa Wall Street berakhir beragam pada perdagangan Selasa atau Rabu dini hari waktu Indonesia.

Indeks S&P turun tipis 0,09% dan ditutup di level 6.840,51, sementara Nasdaq Composite naik 0,13% dan mengakhiri sesi di 23.576,49. Dow Jones Industrial Average melemah 179,03 poin, atau 0,38%, dan berakhir di 47.560,29. Indeks berisi 30 saham tersebut terseret oleh penurunan saham JPMorgan, setelah proyeksi beban 2026 yang lebih tinggi dari perkiraan.

Pelaku pasar menunggu keputusan suku bunga The Fed yang sangat ditunggu-tunggu pada Rabu atau Kamis dini hari waktu Indonesia.

Pasar bertaruh bahwa bank sentral akan kembali memangkas suku bunga pinjaman overnight utama sebesar 25 bps, sama seperti pada pertemuan September dan Oktober.

Alat FedWatch dari CME menunjukkan kontrak futures Fed funds menunjukkan peluang sekitar 87% untuk terjadinya penurunan, naik dari kurang dari 67% sebulan yang lalu.

Antisipasi pemangkasan suku bunga membantu mendorong Russell 2000, indeks saham perusahaan kecil, mencapai rekor tertinggi intraday terbaru pada perdagangan Selasa.

Pemangkasan suku bunga dapat lebih menguntungkan perusahaan kecil karena biaya pinjaman mereka lebih terkait dengan suku bunga pasar dibanding perusahaan besar, dan tingkat bunga yang lebih rendah dapat membantu pertumbuhan ekonomi meluas ke lebih banyak sektor.

"Meski pemangkasan suku bunga hampir terasa pasti saat ini, proyeksi ekonomi The Fed dan komentar Ketua (Jerome) Powell akan memainkan peran besar dalam reaksi pasar bukan hanya minggu ini, tetapi bisa juga menentukan sentimen hingga akhir bulan," kata Bret Kenwell, analis investasi AS di eToro kepada CNBC International.

Setelah koreksi terbaru di saham dan kripto, investor risk-on berharap The Fed akan memuluskan jalan bagi reli akhir tahun alih-alih meredam rebound yang muncul baru-baru ini.

Kenwell mencatat bahwa The Fed sedang menyeimbangkan banyak faktor menjelang keputusan tersebut: inflasi yang masih lengket, lanskap makroekonomi yang tidak jelas, data ekonomi yang tertunda akibat shutdown pemerintah AS yang terlama dalam sejarah, serta ekspektasi terkait ketua baru.

"Ada banyak faktor bergerak bagi The Fed pada 2026. ... Ini memunculkan pertanyaan kunci: Apakah The Fed mampu mengambil sikap akomodatif jika faktor-faktor ini berlanjut hingga 2026, ataukah mandat ganda mereka akan menahan para dovish?" ujarnya.

Untuk saat ini, Ron Albahary, Chief Investment Officer LNW, meyakini bahwa pemangkasan 25 bps dan narasi hawkish kemungkinan sudah diperhitungkan pasar.

 

Dia mengatakan bahwa pasar bisa mulai lebih fokus pada fase berikutnya dari kepemimpinan The Fed baik siapa yang akan memimpin maupun bagaimana mereka akan memimpin mengingat masa jabatan Powell sebagai ketua akan berakhir pada Mei 2026.

Pergantian ekspektasi pasar soal pemangkasan suku bunga The Fed untuk Desember sangat ekstrem sempat hampir 100%, lalu turun ke 30%, lalu kembali naik ke 90-100%.

"Volatilitas yang didorong oleh komunikasi The Fed seperti itu menunjukkan bahwa jalur transmisi komunikasi The Fed kemungkinan sedang bermasalah. Itu harus diperbaiki. Kepemimpinan baru nanti, siapa pun orangnya, mungkin akan fokus pada perubahan cara penyampaian panduan. Dan itu sebenarnya bisa menjadi hal yang positif." imbuh Albahary.

(emb/emb)


Most Popular