Newsletter

Harga Minyak Mendidih Lagi, Dunia Tunggu Sinyal Genting dari AS

Gelson Kurniawan, CNBC Indonesia
24 October 2025 06:20
Presiden Prabowo Subianto menerima Presiden Brasil Lula Inacio Lula da Silva di Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (23/10/2025). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Presiden Prabowo Subianto menerima Presiden Brasil Lula Inacio Lula da Silva di Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (23/10/2025). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Pelaku pasar perlu mencermati sejumlah sentimen yang akan menggerakkan pasar hari ini, baik dari dalam ataupun luar negeri. Laporan kinerja keuangan dan kebijakan dalam negeri menjadi salah satu penggerak sentimen yang diharapkan bisa memberi angin segar.

Pelaku pasar juga menunggu data inflasi Amerika Serikat hari ini.

Musim Laporan Keuangan
Musim laporan keuangan sudah tiba dan sejumlah perusahaan sudah menyampaikan kinerja mereka untuk kuartal III-2025.

PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) mencatatkan laba bersih Rp1,2 triliun, meningkat 117% secara tahunan dan 28,5% secara kuartalan. Penjualan bersih mencapai Rp9,4 triliun, tumbuh 12,4% dibandingkan tahun sebelumnya.

Sementara itu, PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) membukukan laba bersih Rp1,65 triliun, naik 12,3% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Pendapatan total mencapai Rp32,4 triliun.

PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) mencatat laba bersih tercatat Rp2,3 triliun, tumbuh 10,6% secara tahunan. 

PT Nusantara Sawit Sejahtera Tbk (NSSS) membukukan laba bersih mencapai Rp554,12 miliar, meningkat 309,3% dibandingkan tahun sebelumnya. Pendapatan tumbuh 56,84% menjadi Rp1,49 triliun. PT Triputra Agro Persada Tbk (TAPG) mencatatkan pendapatan Rp5,05 triliun hingga Juni 2025.

Mulai membaiknya kinerja perusahaan di kuartal III-2025 diharapkan bisa menjadi sentiment positif IHSG.

Tim Khusus Disiapkan Selamatkan Proyek Whoosh dari Lilitan Utang

Pemerintah mengambil langkah serius untuk mengatasi pembengkakan utang proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (Whoosh). Danantara mengonfirmasi bahwa sebuah tim khusus restrukturisasi utang akan segera dibentuk.

Langkah ini menjadi krusial mengingat beban kewajiban jumbo yang ditanggung oleh PT KCIC, terutama pinjaman dari China Development Bank (CDB). Pembentukan tim ini mengindikasikan bahwa arus kas (cash flow) operasional Whoosh saat ini belum mampu menutupi cicilan pokok dan bunga utang yang fantastis.

Peningkatan volume penumpang Whoosh di momen libur dalam rangka Maulid Nabi yang berdekatan dengan akhir pekan mulai terlihat sejak Kamis 4 September 2025. (Dok. KCIC)Foto: Peningkatan volume penumpang Whoosh di momen libur dalam rangka Maulid Nabi yang berdekatan dengan akhir pekan mulai terlihat sejak Kamis 4 September 2025. (Dok. KCIC)

Tim khusus ini diperkirakan akan fokus pada beberapa opsi negosiasi ulang. Skenario yang paling mungkin adalah meminta perpanjangan tenor pinjaman, meminta masa tenggang (grace period) tambahan, atau bahkan negosiasi ulang tingkat suku bunga.

Mengingat ini adalah pinjaman antar-pemerintah (G2G), proses restrukturisasi ini tidak hanya melibatkan aspek korporasi (KCIC) tetapi juga diplomasi tingkat tinggi antara Jakarta dan Beijing.

Sanksi Baru AS ke Raksasa Migas Rusia Bikin Harga Minyak Mendidih

Harga minyak mentah melonjak lebih dari 5% ke level tertinggi dalam dua minggu, menyusul pengumuman sanksi AS terhadap perusahaan-perusahaan minyak utama Rusia.

AS melarang dua raksasa milik negara, Rosneft PJSC dan Lukoil PJSC, dalam langkah yang bertujuan menambah tekanan terhadap Kremlin terkait kurangnya komitmen Moskow terhadap perdamaian di Ukraina. Rosneft, yang dipimpin sekutu Putin, Igor Sechin, dan Lukoil bersama-sama menyumbang hampir setengah dari ekspor minyak Rusia, sekitar 2,2 juta barel per hari, dengan pendapatan dari minyak dan gas menyumbang sekitar seperempat anggaran federal.

Setelah sanksi diumumkan, Trump menyatakan bahwa ia akan menekan pembeli besar, dan berencana membahas impor minyak Rusia dengan Presiden China Xi Jinping minggu depan, setelah menegaskan kembali bahwa India akan mengurangi pembeliannya.

Sanksi ini langsung memicu kekhawatiran pasar akan terjadinya pengetatan pasokan (supply disruption) minyak mentah global. Rusia adalah salah satu produsen minyak terbesar dunia, sehingga gangguan pada alur ekspornya berdampak signifikan.

Reaksi pasar instan yaitu harga minyak mentah (seperti Brent dan WTI) langsung "mendidih". Bagi Indonesia, ini adalah kabar buruk.

Sebagai negara net importir minyak, kenaikan harga minyak dunia akan melebarkan defisit neraca dagang migas, mengerek biaya subsidi energi (BBM dan LPG) dalam APBN, dan menjadi bahan bakar utama inflasi.

Namun, kenaikan harga minyak ini akan menjadi berkah bagi sejumlah emiten. Di antaranya PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC), PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG), PT Rukun Raharja Tbk (RAJA), PT Surya Esa Perkasa Tbk (ESSA), dan PT Elnusa Tbk (ELSA).

Uni Eropa Luncurkan 'Bom' Sanksi Baru, Targetnya 'Memiskinkan' Putin

Agresi ekonomi terhadap Rusia berlanjut. Uni Eropa (UE) dilaporkan baru saja menjatuhkan "bom" sanksi baru yang menargetkan langsung lingkaran dalam kekuasaan Presiden Vladimir Putin.

Berbeda dari sanksi sektoral, paket terbaru ini bersifat lebih personal dan tajam, dirancang untuk "memiskinkan" para elite dan oligarki yang menopang rezim Kremlin. Tujuannya adalah menciptakan tekanan internal.

Sanksi ini mencakup pembekuan aset besar-besaran-mulai dari rekening bank, properti mewah, hingga superyacht-yang dimiliki oleh kroni-kroni Putin di wilayah yurisdiksi Eropa.

Strategi ini ditempuh UE untuk menutup celah yang selama ini dimanfaatkan para elite Rusia untuk menyembunyikan kekayaan mereka. Dengan membekukan aset-aset tersebut, UE berharap dapat menggerogoti loyalitas para elite dan memperlemah kemampuan finansial Putin untuk mendanai perang.

Pasar Global Menanti Data Inflasi Inti AS, Arah The Fed Ditentukan

Fokus utama pasar keuangan global pada akhir pekan ini akan tertuju pada satu data yaitu rilis data inflasi Amerika Serikat (AS) yang akan diumumkan hari ini, Jumat.

Data Indeks Harga Konsumen (CPI) ini akan menjadi penentu arah kebijakan Bank Sentral AS, The Fed. Investor tidak hanya akan melihat inflasi utama, tetapi akan membedah angka inflasi inti (Core CPI), yang tidak termasuk harga pangan dan energi.

Angka inti ini dianggap sebagai cerminan terbaik dari tekanan harga yang 'lengket' (sticky inflation), yang menjadi kekhawatiran utama The Fed.

Data ini krusial karena akan menjawab pertanyaan pasar: kapan The Fed akan mulai memangkas suku bunga? Jika data rilis 'panas' dari ekspektasi, harapan pemangkasan bunga bisa pupus, memicu penguatan Dolar AS dan menekan Rupiah.

Disaksikan Prabowo, 8 MoU RI-Brasil Diteken Senilai US$ 5 Juta Lebih

Kunjungan kenegaraan Presiden Prabowo Subianto ke Brasil membuahkan hasil bisnis konkret. Dalam forum bisnis yang digelar, telah ditandatangani 8 Memorandum of Understanding (MoU) antara pelaku usaha Indonesia dan Brasil, dengan nilai komitmen awal dilaporkan mencapai lebih dari US$ 5 juta (sekitar Rp 83 miliar).

Penandatanganan ini disaksikan langsung oleh Presiden Prabowo, menandakan adanya dukungan politik penuh untuk memperkuat kerja sama ekonomi Selatan-Selatan.

Nilai ini adalah komitmen awal yang diharapkan berkembang. Kesepakatan ini mencakup berbagai sektor strategis, mengingat Brasil adalah raksasa ekonomi di Amerika Latin.

Bagi Indonesia, 8 MoU ini menjadi langkah penting untuk diversifikasi mitra dagang dan investasi, mengurangi ketergantungan pada pasar-pasar tradisional dan membuka gerbang bagi produk RI ke pasar Amerika Latin.

Purbaya OJK Akui Kredit Seret Meski Likuiditas Bank Tembus Rp 200 T

Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Purbaya Yudhi Sadewa, angkat bicara mengenai anomali di industri perbankan: kredit tumbuh seret di tengah likuiditas yang melimpah ruah.

Purbaya menyoroti bahwa guyuran insentif Kebijakan Likuiditas Makroprudensial (KLM) dari Bank Indonesia yang mencapai Rp 200 triliun, ternyata belum cukup 'nendang' untuk mendorong pertumbuhan kredit. Ini mengindikasikan adanya masalah dalam transmisi kebijakan moneter ke sektor riil.

Menurut Purbaya, masalahnya ada di sisi suplai dan permintaan.

Dari sisi suplai, perbankan cenderung sangat berhati-hati (prudent) dengan risk appetite rendah akibat ketidakpastian global, sehingga lebih memilih memarkir dana di SBN. Dari sisi permintaan, banyak korporasi yang juga masih wait and see untuk berekspansi.

Di Luar Migas, Pertamina Garap Ketahanan Pangan & Energi di Banten

PT Pertamina (Persero) terus memperluas perannya di luar bisnis inti minyak dan gas. Melalui program pemberdayaan masyarakat di Lebak Gede, Banten, BUMN energi ini secara aktif mendorong program ketahanan pangan sekaligus ketahanan energi di level komunal.

Ini adalah bagian dari implementasi Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) perusahaan yang kini diarahkan untuk mendukung target SDGs. Program di Banten ini menjadi model bagaimana BUMN hadir mengatasi masalah fundamental masyarakat.

Program ketahanan energi diwujudkan melalui pengembangan energi terbarukan skala kecil, seperti biogas dari limbah ternak atau panel surya. Energi bersih ini kemudian disinergikan untuk mendukung ketahanan pangan, misalnya untuk mengaliri listrik ke pompa irigasi atau mesin pengolah hasil panen.

Pemerintah Siapkan Karpet Merah 'Legalisasi' Penambang Ilegal

Pemerintah menyiapkan jurus baru untuk menuntaskan masalah klasik penambangan ilegal (PETI) yang telah merugikan negara triliunan rupiah.

Alih-alih hanya mengandalkan pendekatan represif, pemerintah kini merancang sarana hukum untuk melegalkan atau memformalkan para penambang liar tersebut. Alasan utamanya adalah masifnya kerugian negara.

Aktivitas PETI tidak hanya gagal menyumbang penerimaan negara (pajak dan royalti), tetapi juga menyebabkan kerusakan lingkungan yang parah dan sering menjadi sumber konflik sosial.

Dengan payung hukum baru ini, pemerintah berupaya menarik mereka ke dalam sistem. Skema yang disiapkan kemungkinan besar adalah melalui penetapan Wilayah Pertambangan Rakyat (WPR) yang dipermudah perizinannya, atau skema kemitraan wajib dengan pemegang IUP resmi.

Ini adalah langkah pragmatis untuk mengubah masalah menjadi sumber pendapatan negara.

Dirtipidter Bareskrim Polri, Brigjen Moh. Irhamni saat menyampaikan paparan dalam CNBC Indonesia Coffee Morning di Queens Head Kemang, Jakarta, Kamis (23/10/2025). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)Foto: Dirtipidter Bareskrim Polri, Brigjen Moh. Irhamni saat menyampaikan paparan dalam CNBC Indonesia Coffee Morning di Queens Head Kemang, Jakarta, Kamis (23/10/2025). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Bos Bulog Beberkan Target Serapan Beras 2026, Ini Angkanya

Di tengah bayang-bayang ketidakpastian iklim dan gejolak harga pangan global, Direktur Utama Perum Bulog membeberkan strategi dan target jangka menengah untuk ketahanan beras nasional.

Bos Bulog tersebut memaparkan target serapan gabah/beras petani serta level stok Cadangan Beras Pemerintah (CBP) yang harus dicapai pada tahun 2026. Penetapan target ini krusial untuk memberikan kepastian dan mengelola ekspektasi pasar, serta menghindari kebijakan impor reaktif saat harga global melambung.

Tantangan Bulog sangat berat. Di satu sisi, Bulog ditugaskan menyerap hasil panen petani dengan harga yang menguntungkan. Di sisi lain, Bulog harus menjaga stok CBP di level aman (di atas 1 juta ton) dan siap menggelontorkan beras SPHP untuk meredam inflasi.

(gls/gls)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular