Di tengah gejolak eksternal dan sentimen kenaikan harga minyak mentah, pasar Surat Berharga Negara (SBN) justru menunjukkan penguatan. Hal ini tercermin dari yield (imbal hasil) SBN tenor 10 tahun yang melandai sedikit ke level 5,993%.
Penurunan yield mengindikasikan harga obligasi sedang naik karena diburu investor kemarin.
Pergerakan SBN yang berlawanan arah dengan Rupiah ini mengindikasikan dua hal. Pertama, pasar mengapresiasi sinyal stabilitas dari BI yang menahan suku bunga, membuat yield SBN saat ini dianggap menarik untuk lock-in.
Kedua, ancaman inflasi dari kenaikan harga minyak mentah global. Kenaikan harga minyak adalah 'musuh utama' bagi aset pendapatan tetap seperti obligasi. Jika harga minyak naik, ekspektasi inflasi akan melonjak.
Hal ini berpotensi merubah arah kebijakan oleh The Fed sehingga pasar secara menyeluruh berada pada kondisi wait and see terhadap instrumen investasi obligasi terutama instrumen obligasi di negara berkembang di kacamata investor asing yang masih menyimpan resiko yang bisa terjadi pada negara tersebut.
Dari pasar saham Amerika Serikat, bursa Wall Street bangkit pada perdagangan Kamis atau Jumat dini hari waktu Indonesia.
Indeks S&P 500 naik terdorong oleh saham-saham teknologi, saat investor masuk untuk membeli setelah serangkaian laporan laba yang kuat.
Indeks S&P menguat 0,58% dan ditutup pada 6.738,44, sementara Dow Jones Industrial Average diperdagangkan naik 144,20 poin, atau 0,31%, ke 46.734,61.
Indeks Nasdaq Composite menanjak 0,89% ke 22.941,80, didukung oleh kenaikan saham-saham seperti Nvidia, Broadcom, dan Amazon.
Lonjakan hampir 3% saham Oracle, pemain lain di sektor kecerdasan buatan, juga membantu mengangkat pasar lebih tinggi.
Rata-rata indeks mencapai level tertinggi sesi setelah juru bicara Gedung Putih, Karoline Leavitt, mengatakan dalam konferensi pers bahwa Presiden Donald Trump akan bertemu dengan Presiden China, Xi Jinping, Kamis depan di Korea Selatan. Pengumuman ini meredakan kekhawatiran investor mengenai hubungan AS-China yang sebelumnya menekan pasar pada hari Rabu.
Kenaikan S&P 500 menandai pemulihan penuh dari kerugian signifikan pada sesi sebelumnya, ketika indeks turun sekitar 0,5%. Dow mengalami penurunan sekitar 334 poin, atau 0,7%, sementara Nasdaq turun 0,9% saat investor mengalihkan dana dari aset yang lebih berisiko.
Saham-saham sempat ditutup lebih rendah pada Rabu setelah Menteri Keuangan Scott Bessent memastikan bahwa Gedung Putih sedang mempertimbangkan rencana pembatasan ekspor ke China yang dibuat dengan perangkat lunak AS.
Rencana ini akan menindaklanjuti pernyataan Trump hampir dua minggu lalu bahwa AS akan memberlakukan pembatasan ekspor pada semua perangkat lunak kritis mulai 1 November.
"Jangan abaikan pasar bullish hanya karena adanya fluktuasi," kata Giuseppe Sette, salah satu pendiri dan presiden Reflexivity., kepada CNBC Interntaional.
Investor terus memantau laporan laba dari perusahaan-perusahaan besar AS, yang banyak diyakini bisa menjadi penentu bagi reli pasar bullish saat ini. Saham Honeywell memimpin kenaikan Dow blue-chip, naik hampir 7% pada Kamis setelah mencatat hasil kuartal yang lebih baik dari perkiraan dan meningkatkan proyeksi tahunan. American Airlines naik 6% setelah melaporkan kerugian kuartal ketiga yang lebih rendah dari perkiraan dan panduan yang optimistis.
Pasar mampu mengatasi titik-titik lemah selama hari perdagangan. Tesla yang memulai laporan dari "Magnificent Seven" naik 2% setelah kembali pulih dari kerugian sebelumnya menyusul laporan kuartal ketiga yang campuran.
Saham IBM juga menutup kerugian setelah melampaui perkiraan Wall Street, meski pendapatan perangkat lunaknya sesuai ekspektasi. Sementara itu, harga minyak naik setelah pemerintahan Trump memberlakukan sanksi baru pada dua perusahaan minyak terbesar Rusia karena kurangnya komitmen serius terhadap proses perdamaian untuk mengakhiri perang di Ukraina.
Lebih dari 80% perusahaan S&P 500 yang telah melaporkan sejauh ini melampaui ekspektasi laba.
"Meskipun beberapa saham individu mengalami penurunan setelah meleset dari ekspektasi, kami memperkirakan laba secara keseluruhan cukup kuat untuk menjaga harga saham tetap tinggi dalam jangka pendek," kata Emily Bowersock Hill, CEO dan founding partner Bowersock Capital Partners.
Selain laporan laba, data inflasi yang akan dirilis pada Jumat diperkirakan memberikan petunjuk lebih lanjut tentang kondisi ekonomi, khususnya menjelang pertemuan The Federal Reserve akhir Oktober. Pasar secara luas memperkirakan bank sentral akan menurunkan suku bunga lagi sebesar seperempat poin persentase.
Pelaku pasar perlu mencermati sejumlah sentimen yang akan menggerakkan pasar hari ini, baik dari dalam ataupun luar negeri. Laporan kinerja keuangan dan kebijakan dalam negeri menjadi salah satu penggerak sentimen yang diharapkan bisa memberi angin segar.
Pelaku pasar juga menunggu data inflasi Amerika Serikat hari ini.
Musim Laporan Keuangan
Musim laporan keuangan sudah tiba dan sejumlah perusahaan sudah menyampaikan kinerja mereka untuk kuartal III-2025.
PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) mencatatkan laba bersih Rp1,2 triliun, meningkat 117% secara tahunan dan 28,5% secara kuartalan. Penjualan bersih mencapai Rp9,4 triliun, tumbuh 12,4% dibandingkan tahun sebelumnya.
Sementara itu, PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) membukukan laba bersih Rp1,65 triliun, naik 12,3% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Pendapatan total mencapai Rp32,4 triliun.
PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) mencatat laba bersih tercatat Rp2,3 triliun, tumbuh 10,6% secara tahunan.
PT Nusantara Sawit Sejahtera Tbk (NSSS) membukukan laba bersih mencapai Rp554,12 miliar, meningkat 309,3% dibandingkan tahun sebelumnya. Pendapatan tumbuh 56,84% menjadi Rp1,49 triliun. PT Triputra Agro Persada Tbk (TAPG) mencatatkan pendapatan Rp5,05 triliun hingga Juni 2025.
Mulai membaiknya kinerja perusahaan di kuartal III-2025 diharapkan bisa menjadi sentiment positif IHSG.
Tim Khusus Disiapkan Selamatkan Proyek Whoosh dari Lilitan Utang
Pemerintah mengambil langkah serius untuk mengatasi pembengkakan utang proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (Whoosh). Danantara mengonfirmasi bahwa sebuah tim khusus restrukturisasi utang akan segera dibentuk.
Langkah ini menjadi krusial mengingat beban kewajiban jumbo yang ditanggung oleh PT KCIC, terutama pinjaman dari China Development Bank (CDB). Pembentukan tim ini mengindikasikan bahwa arus kas (cash flow) operasional Whoosh saat ini belum mampu menutupi cicilan pokok dan bunga utang yang fantastis.
 Foto: Peningkatan volume penumpang Whoosh di momen libur dalam rangka Maulid Nabi yang berdekatan dengan akhir pekan mulai terlihat sejak Kamis 4 September 2025. (Dok. KCIC)
|
Tim khusus ini diperkirakan akan fokus pada beberapa opsi negosiasi ulang. Skenario yang paling mungkin adalah meminta perpanjangan tenor pinjaman, meminta masa tenggang (grace period) tambahan, atau bahkan negosiasi ulang tingkat suku bunga.
Mengingat ini adalah pinjaman antar-pemerintah (G2G), proses restrukturisasi ini tidak hanya melibatkan aspek korporasi (KCIC) tetapi juga diplomasi tingkat tinggi antara Jakarta dan Beijing.
Sanksi Baru AS ke Raksasa Migas Rusia Bikin Harga Minyak Mendidih
Harga minyak mentah melonjak lebih dari 5% ke level tertinggi dalam dua minggu, menyusul pengumuman sanksi AS terhadap perusahaan-perusahaan minyak utama Rusia.
AS melarang dua raksasa milik negara, Rosneft PJSC dan Lukoil PJSC, dalam langkah yang bertujuan menambah tekanan terhadap Kremlin terkait kurangnya komitmen Moskow terhadap perdamaian di Ukraina. Rosneft, yang dipimpin sekutu Putin, Igor Sechin, dan Lukoil bersama-sama menyumbang hampir setengah dari ekspor minyak Rusia, sekitar 2,2 juta barel per hari, dengan pendapatan dari minyak dan gas menyumbang sekitar seperempat anggaran federal.
Setelah sanksi diumumkan, Trump menyatakan bahwa ia akan menekan pembeli besar, dan berencana membahas impor minyak Rusia dengan Presiden China Xi Jinping minggu depan, setelah menegaskan kembali bahwa India akan mengurangi pembeliannya.
Sanksi ini langsung memicu kekhawatiran pasar akan terjadinya pengetatan pasokan (supply disruption) minyak mentah global. Rusia adalah salah satu produsen minyak terbesar dunia, sehingga gangguan pada alur ekspornya berdampak signifikan.
Reaksi pasar instan yaitu harga minyak mentah (seperti Brent dan WTI) langsung "mendidih". Bagi Indonesia, ini adalah kabar buruk.
Sebagai negara net importir minyak, kenaikan harga minyak dunia akan melebarkan defisit neraca dagang migas, mengerek biaya subsidi energi (BBM dan LPG) dalam APBN, dan menjadi bahan bakar utama inflasi.
Namun, kenaikan harga minyak ini akan menjadi berkah bagi sejumlah emiten. Di antaranya PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC), PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG), PT Rukun Raharja Tbk (RAJA), PT Surya Esa Perkasa Tbk (ESSA), dan PT Elnusa Tbk (ELSA).
Uni Eropa Luncurkan 'Bom' Sanksi Baru, Targetnya 'Memiskinkan' Putin
Agresi ekonomi terhadap Rusia berlanjut. Uni Eropa (UE) dilaporkan baru saja menjatuhkan "bom" sanksi baru yang menargetkan langsung lingkaran dalam kekuasaan Presiden Vladimir Putin.
Berbeda dari sanksi sektoral, paket terbaru ini bersifat lebih personal dan tajam, dirancang untuk "memiskinkan" para elite dan oligarki yang menopang rezim Kremlin. Tujuannya adalah menciptakan tekanan internal.
Sanksi ini mencakup pembekuan aset besar-besaran-mulai dari rekening bank, properti mewah, hingga superyacht-yang dimiliki oleh kroni-kroni Putin di wilayah yurisdiksi Eropa.
Strategi ini ditempuh UE untuk menutup celah yang selama ini dimanfaatkan para elite Rusia untuk menyembunyikan kekayaan mereka. Dengan membekukan aset-aset tersebut, UE berharap dapat menggerogoti loyalitas para elite dan memperlemah kemampuan finansial Putin untuk mendanai perang.
Pasar Global Menanti Data Inflasi Inti AS, Arah The Fed Ditentukan
Fokus utama pasar keuangan global pada akhir pekan ini akan tertuju pada satu data yaitu rilis data inflasi Amerika Serikat (AS) yang akan diumumkan hari ini, Jumat.
Data Indeks Harga Konsumen (CPI) ini akan menjadi penentu arah kebijakan Bank Sentral AS, The Fed. Investor tidak hanya akan melihat inflasi utama, tetapi akan membedah angka inflasi inti (Core CPI), yang tidak termasuk harga pangan dan energi.
Angka inti ini dianggap sebagai cerminan terbaik dari tekanan harga yang 'lengket' (sticky inflation), yang menjadi kekhawatiran utama The Fed.
Data ini krusial karena akan menjawab pertanyaan pasar: kapan The Fed akan mulai memangkas suku bunga? Jika data rilis 'panas' dari ekspektasi, harapan pemangkasan bunga bisa pupus, memicu penguatan Dolar AS dan menekan Rupiah.
Disaksikan Prabowo, 8 MoU RI-Brasil Diteken Senilai US$ 5 Juta Lebih
Kunjungan kenegaraan Presiden Prabowo Subianto ke Brasil membuahkan hasil bisnis konkret. Dalam forum bisnis yang digelar, telah ditandatangani 8 Memorandum of Understanding (MoU) antara pelaku usaha Indonesia dan Brasil, dengan nilai komitmen awal dilaporkan mencapai lebih dari US$ 5 juta (sekitar Rp 83 miliar).
Penandatanganan ini disaksikan langsung oleh Presiden Prabowo, menandakan adanya dukungan politik penuh untuk memperkuat kerja sama ekonomi Selatan-Selatan.
Nilai ini adalah komitmen awal yang diharapkan berkembang. Kesepakatan ini mencakup berbagai sektor strategis, mengingat Brasil adalah raksasa ekonomi di Amerika Latin.
Bagi Indonesia, 8 MoU ini menjadi langkah penting untuk diversifikasi mitra dagang dan investasi, mengurangi ketergantungan pada pasar-pasar tradisional dan membuka gerbang bagi produk RI ke pasar Amerika Latin.
Purbaya OJK Akui Kredit Seret Meski Likuiditas Bank Tembus Rp 200 T
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Purbaya Yudhi Sadewa, angkat bicara mengenai anomali di industri perbankan: kredit tumbuh seret di tengah likuiditas yang melimpah ruah.
Purbaya menyoroti bahwa guyuran insentif Kebijakan Likuiditas Makroprudensial (KLM) dari Bank Indonesia yang mencapai Rp 200 triliun, ternyata belum cukup 'nendang' untuk mendorong pertumbuhan kredit. Ini mengindikasikan adanya masalah dalam transmisi kebijakan moneter ke sektor riil.
Menurut Purbaya, masalahnya ada di sisi suplai dan permintaan.
Dari sisi suplai, perbankan cenderung sangat berhati-hati (prudent) dengan risk appetite rendah akibat ketidakpastian global, sehingga lebih memilih memarkir dana di SBN. Dari sisi permintaan, banyak korporasi yang juga masih wait and see untuk berekspansi.
Di Luar Migas, Pertamina Garap Ketahanan Pangan & Energi di Banten
PT Pertamina (Persero) terus memperluas perannya di luar bisnis inti minyak dan gas. Melalui program pemberdayaan masyarakat di Lebak Gede, Banten, BUMN energi ini secara aktif mendorong program ketahanan pangan sekaligus ketahanan energi di level komunal.
Ini adalah bagian dari implementasi Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) perusahaan yang kini diarahkan untuk mendukung target SDGs. Program di Banten ini menjadi model bagaimana BUMN hadir mengatasi masalah fundamental masyarakat.
Program ketahanan energi diwujudkan melalui pengembangan energi terbarukan skala kecil, seperti biogas dari limbah ternak atau panel surya. Energi bersih ini kemudian disinergikan untuk mendukung ketahanan pangan, misalnya untuk mengaliri listrik ke pompa irigasi atau mesin pengolah hasil panen.
Pemerintah Siapkan Karpet Merah 'Legalisasi' Penambang Ilegal
Pemerintah menyiapkan jurus baru untuk menuntaskan masalah klasik penambangan ilegal (PETI) yang telah merugikan negara triliunan rupiah.
Alih-alih hanya mengandalkan pendekatan represif, pemerintah kini merancang sarana hukum untuk melegalkan atau memformalkan para penambang liar tersebut. Alasan utamanya adalah masifnya kerugian negara.
Aktivitas PETI tidak hanya gagal menyumbang penerimaan negara (pajak dan royalti), tetapi juga menyebabkan kerusakan lingkungan yang parah dan sering menjadi sumber konflik sosial.
Dengan payung hukum baru ini, pemerintah berupaya menarik mereka ke dalam sistem. Skema yang disiapkan kemungkinan besar adalah melalui penetapan Wilayah Pertambangan Rakyat (WPR) yang dipermudah perizinannya, atau skema kemitraan wajib dengan pemegang IUP resmi.
Ini adalah langkah pragmatis untuk mengubah masalah menjadi sumber pendapatan negara.
 Foto: Dirtipidter Bareskrim Polri, Brigjen Moh. Irhamni saat menyampaikan paparan dalam CNBC Indonesia Coffee Morning di Queens Head Kemang, Jakarta, Kamis (23/10/2025). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
|
Bos Bulog Beberkan Target Serapan Beras 2026, Ini Angkanya
Di tengah bayang-bayang ketidakpastian iklim dan gejolak harga pangan global, Direktur Utama Perum Bulog membeberkan strategi dan target jangka menengah untuk ketahanan beras nasional.
Bos Bulog tersebut memaparkan target serapan gabah/beras petani serta level stok Cadangan Beras Pemerintah (CBP) yang harus dicapai pada tahun 2026. Penetapan target ini krusial untuk memberikan kepastian dan mengelola ekspektasi pasar, serta menghindari kebijakan impor reaktif saat harga global melambung.
Tantangan Bulog sangat berat. Di satu sisi, Bulog ditugaskan menyerap hasil panen petani dengan harga yang menguntungkan. Di sisi lain, Bulog harus menjaga stok CBP di level aman (di atas 1 juta ton) dan siap menggelontorkan beras SPHP untuk meredam inflasi.
Simak Rilis Data dan Agenda Hari Ini:
Berikut sejumlah agenda dan rilis data pada hari ini :
-
Menteri Koordinator Bidang Pangan memimpin Rapat Koordinasi Terbatas terkait pengelolaan sampah menjadi energi listrik di kantor Kemenko Pangan, Jakarta Pusat. Turut hadir antara lain Menteri ESDM dan CEO Danantara Indonesia
-
Konferensi pers Sekretaris Kementerian Koperasi terkait program Koperasi Merah Putih di Aroem Resto & Cafe, Jakarta Pusat
-
Media Briefing National University Singapore di Hotel Pullman Thamrin, Jakarta Pusat
-
Inflasi Jepang
- Retail Sales Inggris
- Inflasi Amerika
- Penjualan rumah baru di Amerika
Berikut sejumlah agenda emiten di dalam negeri pada hari ini :
- RUPS Duta Pertiwi Nusantara Tbk
- RUPS Garuda Maintenance Facility Aero Asia Tbk
- Tanggal pembayaran dividen tunai interim Astra Agro Lestari Tbk
- Tanggal pembayaran dividen tunai interim Cisadane Sawit Raya Tbk
- Tanggal pembayaran dividen tunai interim United Tractors Tbk
- Tanggal pembayaran dividen tunai interim Pinago Utama Tbk
- Tanggal pembayaran dividen tunai interim Astra Graphia Tbk
- Tanggal pembayaran dividen tunai interim Astra Otoparts Tbk
- Tanggal DPS dividen tunai interim Plaza Indonesia Tbk
- Tanggal ex dividen tunai interim Central Omega Resources Tbk
- Tanggal cum dividen tunai interim Graha Mitra Asia Tbk
- Tanggal ex saham bonus Multi Medika Internasional Tbk
Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional
-
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]