1 Tahun Prabowo Gibran

Drama Setahun IHSG Era Prabowo-Gibran: 2x Trading Halt-Rekor Tertinggi

Susi Setiawati, CNBC Indonesia
20 October 2025 10:25
Pengunjung melintas di depan layar pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Kamis, 12 Maret 2020. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok 5,01% ke 4.895,75. Perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) dihentikan sementara (trading halt) setelah  Harga tersebut ke 4.895,75 terjadi pada pukul 15.33 WIB.  (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: IHSG Bursa Efek Indonesia. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Usia pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka hari ini memimpin Indonesia tepat genap setahun. Sepanjang tahun ini, bursa saham Indonesia berjalan seperti roller coaster. Bursa saham Indonesia sempat kena trading halt dua kali tetapi juga mencetak rekor luar biasa.

Pasar saham sudah babak belur dalam sepekan kemarin. Bahkan penurunan tersebut menjadi penurunan pekan terburuk sejak awal bulan.

Investor pun berharap tepat di hari 1 tahun Presiden RI Prabowo Subianto menjabat sebagai pemimpin negara Indonesia yang jatuh hari ini Senin (20/10/2025), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bisa berbalik di zona penguatan usai kejatuhannya hingga mencapai 4,14% dalam sepekan kemarin.

Seperti yang diketahui, pelantikan Prabowo Subianto sebagai Presiden ke-8 Republik Indonesia dilaksanakan pada hari Minggu (20/10/2024), di Kompleks Parlemen, Jakarta. Pelantikan ini menandai dimulainya pemerintahan lima tahun Prabowo Subianto sebagai Presiden dan Gibran Rakabuming Raka sebagai Wakil Presiden Republik Indonesia.

Pasangan Prabowo-Gibran memenangkan pemilihan umum presiden 2024 dengan 58,59% suara melawan dua pasangan lawannya, Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud. Pada hari pelantikan, Presiden Prabowo menjadi orang tertua yang menerima jabatan Presiden Republik Indonesia (73 tahun 3 hari). Sementara wakilnya, Gibran, menjadi orang termuda yang menerima jabatan Wakil Presiden Republik Indonesia (37 tahun 19 hari).

Lantas bagaimana perjalanan IHSG selama 1 tahun Prabowo menjabat sebagai Presiden ke-8 RI?

Berikut rangkuman CNBC Indonesia Research jatuh bangunnya IHSG dalam setahun terakhir.

IHSG Usai Pelantikan Jatuh 9%

Usai dilantiknya Pasangan Prabowo-Gibran sebagai sebagai Presiden dan Wakil Presiden RI, IHSG mengalami kejatuhan hingga 9,19% hingga perdagangan 2 Desember 2024 di level 7.046,98.

Investor saat itu cenderung wait and see dan mengamankan profit dan modal sehingga terjadi aksi penjualan yang cukup masif.

Di tengah, ketidakpastian arah kebijakan ekonomi pemerintahan baru, investor menunggu kejelasan kabinet ekonomi dan prioritas fiskal Prabowo-Gibran,terutama mengenai rencana anggaran pertahanan besar yang dapat berakibat meningkatkan defisit, serta program makan bergizi gratis yang menimbulkan kekhawatiran soal sumber pendanaan. Bahkan kekhawatiran bahwa belanja populis dapat mendorong inflasi dan melemahkan fiskal menekan minat investor.

Alhasil, timbul persepsi risiko fiskal jangka menengah, sehingga investor asing mulai mengurangi eksposur ke aset Indonesia.

Setelah pelantikan, investor asing mencatat net sell besar-besaran di bursa.

Data Oktober-November 2024 menunjukkan penjualan bersih asing lebih dari Rp 15 triliun. Hal ini memperlemah harga saham terutama di sektor perbankan dan komoditas. Tekanan jual besar menurunkan likuiditas dan memperdalam koreksi IHSG.

IHSG Rebound Sementara

Usai jatuh cukup dalam hingga 2 Desember 2024, akhirnya IHSG rebound meskipun hanya sebentar saja. IHSG mengalami kenaikan hingga 11 Desember 2024 mencapai 5,60% di level 7.464,75.

Usai kejatuhan yang cukup dalam sejak pelantikan, akhirnya pasar saham mulai kembali optimis. Saat itu, pasar global sedikit lebih optimis, investor di domestik merasa lebih aman masuk kembali ke saham.

Pada periode 2 hingga 6 Desember 2024, investor asing tercatat melakukan aksi pembelian hingga Rp 1,07 triliun, yang akhirnya mendorong pasar saham RI.

Salah satu pendorong optimisme adalah probabilitas pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve (Fed) atau paling tidak sinyal bahwa suku bunga tinggi tak akan naik lebih jauh.

IHSG Kembali Jatuh Hingga Februari 2025 

Sayangnya rebound tersebut tidak mampu bertahan lama, IHSG kembali ambles hingga terjatuh mencapai 12,50% di level 6.531,99 hingga perdagangan 11 Februari 2025.

Banyak faktor yang mendorong kekhawatiran pasar hingga mendorong IHSG mengalami koreksi cukup dalam selama dua bulan. Saat itu, terdapat kekhawatiran pasar bahwa program-belanja pemerintahan baru seperti subsidi, program sosial besar, dimana hal ini akan menambah tekanan pada defisit APBN dan mengurangi ruang fiscal.


Kemudian, sistem pajak baru (Coretax) dilaporkan mengalami kendala operasional yang memicu kekhawatiran terhadap penerimaan negara dan stabilitas fiskal. Hasilnya, kepercayaan investor terhadap prospek ekonomi domestik melemah, mereka menjadi lebih berhati-hati atau menarik dana.

Pasar mencatat bahwa dengan meningkatnya risiko domestik dan global, investor asing mulai lebih banyak melakukan net sell di Indonesia. Karena aksi jual dari asing tersebut, saham Indonesia menjadi kurang menarik dan indeks menurun.

Dari faktor eksternal, dengan suku bunga global yang tetap tinggi dan aliran dana ke aset lebih aman seperti ke AS, pasar emerging termasuk Indonesia pun menjadi kurang menarik.

Risiko eksternal juga diperkuat dengan penurunan peringkat atau outlook investasi untuk Indonesia, seperti disebut oleh riset bahwa lembaga seperti Morgan Stanley Capital International (MSCI) memberikan outlook hati‐hati pada pasar Indonesia.

Usai kejatuhan hingga 11 Februari 2025, IHSG rebound sejenak hingga 18 Februari 2025 mencapai 5,23% di level 6.873,554. Sayangnya rebound ini hanya pemulihan sementara, karena belum terdapat sentiment kuat yang mendorong IHSG untuk berbalik arah dari bearish.

IHSG Trading Halt di Maret

Perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia BEI) Selasa (18/3/2025) mengalami penghentian sementara atau trading halt. Ini adalah kali pertama trading halt sejak Pandemi Covid-19.
Pada sepuluh menit pertama pembukaan perdagangan 18 Maret 2025, IHSG dibuka ke posisi 6.394,87 atau turun 1,19% (-77 poin).

IHSG kemudian anjlok 5,02% ke level 6.146 pada pukul 11.19 WIB sehingga perdagangan dihentikan sementara.

IHSG kembali dibuka pada pukul 11.49 WIB tetapi langsung terjun bebas turun 6% ke 6.084.

IHSG kemudian anjlok lebih dari 7% lebih ke di 6018,39. IHSG sedikit menguat kemudian dan ditutup pada posisi 6076,081 atau melemah 6,12% pada perdagangan sesi I. 

Sejumlah analis menilai koreksi tajam IHSG terjadi akibat panic selling investor. Sebagian lainnya menyebut pelemahan pasar dipicu oleh isu mundurnya Menteri Keuangan Sri Mulyani.

Selain itu, sentimen negatif juga datang dari penurunan peringkat pasar saham Indonesia oleh Morgan Stanley dan Goldman Sachs yang menilai risiko fiskal meningkat di bawah pemerintahan baru.

Goldman menurunkan peringkat saham RI dari overweight menjadi market weight serta menurunkan rekomendasi surat utang BUMN tenor panjang menjadi netral.


IHSG Jatuh ke level 5.900, Trading Halt Lagi di April 2025

IHSG kembali jatuh hingga level terdalam pada 8 April 2025 mencapai 12,77% di level 5.996,142 pada 8 April 2024. Sebagai catatan, 8 April adalah perdagangan pertama setelah  IHSG libur panjang Lebaran Idul Fitri. Di tengah libur panjang. Presiden AS mengumumkan perang dagang pada 3 April sehingga dampaknya baru terasa setelah IHSG dibuka lagi.

Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Selasa, 8 April 2025 bahkan langsung melakukan tindakan pembekuan sementara perdagangan (trading halt) sistem perdagangan pukul 09:00:00 waktu Jakarta Automated Trading System (JATS).

Trading halt dilakukan karena IHSG dibuka langsung anjlok 9,19% di awal perdagangan.

Saat itu banyak sentimen buruk yang akhirnya mendorong net sell besar-besaran.

Pada akhir Maret hingga awal April 2025, muncul kekhawatiran serius bahwa Presiden AS Donald Trump akan memberlakukan tarif impor yang luas, termasuk tarif timbal-balik terhadap semua negara.

Trump pun akhirnya memberlakukan tarif resiprokal terhadap beberapa negara mitra dagangnya dengan tarif yang cukup tinggi. Hal ini pun mendorong kekhawatiran pelemahan ekonomi sehingga mendorong kejatuhan pasar saham.

IHSG Memulai Trend Bullish

Usai penurunan yang cukup tajam, IHSG kembali rebound dengan mencatatkan kenaikan signifikan mencapai 20,59% di level 7.230,74 hingga 10 Juni 2025.

Salah satu faktor penurunan tekanan terhadap risiko eksternal, seperti meredanya ekspektasi penguatan suku bunga di AS dan meredanya eskalasi konflik dagang, sehingga investor merasa risiko off sedikit teredam. Bahkan salah satu laporan menyebut bahwa pasar saham Indonesia "seemingly defy gravity" di April meskipun arus modal asing masih keluar, karena kondisi global membaik dan sentimen risiko sedikit mereda. Dengan risiko global yang agak mereda, investor menjadi lebih siap mengambil posisi di pasar berkembang seperti Indonesia.

Laporan dari Schroders menyebut bahwa meski arus modal asing keluar sekitar Rp21 triliun di April, dukungan datang dari investor domestik yang memiliki ample cash dan melihat valuasi saham Indonesia di bawah level puncak pandemi sebagai kesempatan.

Selain itu pemangkasan suku bunga BI yang kembali terjadi pada Mei 2025 dengan pemangkasan 25bps menjadi 5,50%. Sehingga saat itu BI telah memangkas suku bunga dua kali pada Januari dan juga Mei, hal ini mendorong optimsme para pelaku pasar. Kebijakan moneter yang sedikit longgar membuat biaya modal lebih rendah dan meningkatkan daya tarik investasi ke saham.

Pheim Asset Management menunjukkan bahwa salah satu pendorong rebound IHSG di Mei adalah aksi short covering oleh investor yang sebelumnya menjual atau hedging, ketika pasar mulai naik, mereka mulai menutup posisi negatif.

IHSG Kembali Koreksi Sejenak

IHSG kembali mengalami penurunan usai kenaikan lebih dari 20%. IHSG mengalami koreksi sehat hingga 23 Juni 2025 dengan penurunan 6,13% di level 6.787,14.

Koreksi sehat saat itu terjadi efek BI memutuskan untuk menahan suku bunga acuan di 5,50% dalam rapat 18 Juni 2025, yang menurut sejumlah analis membuat pasar agak kecewa karena mengharapkan pemangkasan suku bunga untuk mendukung pemulihan ekonomi. Penahanan suku bunga menyebabkan saham-saham perbankan dan keuangan mengalami tekanan, yang kemudian menyeret IHSG ke bawah.

IHSG Pertama Kalinya Sentuh 8.000

Usai koreksi sehat, IHSG mampu rebound dan berada tetap di jalur uptrend hingga mencapai level 8.000 pertama kalinya pada 15 Agustus 2025 tepat saat Presiden Prabowo Subianto menyampaikan Pidato Kenegaraan.

Bullishnya IHSG didorong oleh lanjutnya BI memangkas suku bunga pada Juli 2025 sebesar 25 bps (dari 5,50% menjadi 5,25%) dan pada Agustus 2025 yang menjadi pemangkasan keempat sebesar 25 bps (dari 5,25% menjadi 5,00%). Langkah ini memberi sinyal bahwa biaya modal bisa turun, yang diharapkan mendorong sektor konsumsi, properti dan saham bank.

Selain itu, surplus neraca barang Indonesia pada Juli tercatat cukup besar US$4,2 miliar, naik dibandingkan bulan sebelumnya. Hal ini membantu memperkuat pandangan bahwa ekonomi domestik memiliki buffer terhadap tekanan eksternal, yang menjadi katalis untuk saham.

Kemudian, beberapa saham Indonesia masuk ke dalam indeks global seperti MSCI (Global Standard / Small Cap) yang mendorong minat asing.

Dan pasar global mulai mengantisipasi bahwa The Federal Reserve AS mungkin akan mulai menurunkan suku bunga, yang mendorong aliran dana ke pasar negara berkembang termasuk Indonesia. Dengan suku bunga AS yang diperkirakan bisa diturunkan, imbal hasil relatif pasar Indonesia menjadi lebih menarik.

IHSG Rehat Sejenak

Usai mencapai level psikologis 8.000, IHSG mengalami koreksi sehat 2,72% hingga 1 September 2025 di level 7.736,06. Koreksi terjadi hanya aksi taking profit sementara usai kenaikan yang cukup tajam.

IHSG Kembali Bullish Sentuh 8.200

IHSG pun kembali melanjutkan bullishnya dengan kenaikan 6,66% hingga perdagangan 9 Oktober 2025 di level 8.250,94. Penutupan perdagangan ini juga menjadikan IHSG pertama kalinya ditutup di level psikologis 8.200.

Kenaikan ini lagi-lagi didorong oleh pemangkasan suku bunga BI yang kelima pada September 2025 sebesar 25bps dari 5,00% menjadi 4,75%. Pemangkasan ini memberikan sinyal bahwa biaya modal bisa turun, mendukung aktivitas ekonomi dan sektor saham, sehingga menjadi katalis positif untuk pasar saham.

Pemerintah juga mengumumkan sejumlah paket stimulus, dan ada komunikasi bahwa pasar modal tetap menjadi perhatian.

Seperti, komentar bahwa IHSG "can go to the moon" oleh Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa pada 9 Oktober 2025 memperkuat sentimen positif. Walaupun pengangkatan Menteri Keuangan baru sempat menimbulkan ketidakpastian, secara keseluruhan kebijakan dirasakan mendukung ekonomi dan akhirnya mendorong optimisme pasar keuangan.

IHSG Koreksi Kembali Usai Trump Bikin Gaduh

IHSG kembali jatuh 4,06% hingga perdagangan 17 Oktober 2025 di level 7.915,65. Pasar saham jatuh usai eskalasi ketegangan dagang AS-China meningkat. Trump mengumumkan potensi pengenaan tarif tambahan hingga 100% atas impor dari China sebagai tanggapan atas kebijakan ekspor rare earth dan kontrol teknologi oleh China. Pengumuman tersebut memicu reaksi negatif di pasar Asia, karena risiko gangguan rantai pasokan global, ketidakpastian perdagangan, dan potensi perlambatan ekspor.

Dalam kondisi meningkatnya ketidakpastian global, investor cenderung mengecilkan posisi di aset berisiko seperti saham emerging markets. Kapasitas pasar Indonesia yang mengandalkan investor asing dan likuiditas global membuat IHSG rentan terhadap tekanan eksternal.

Jika tarif ke China memburuk, maka sektor‐ekspor dan komoditas bisa terdampak karena permintaan global bisa melemah, dan investor menilai prospek pertumbuhan regional lebih lemah.

Selain itu, pelemahan ekonomi global bisa berdampak pada Indonesia melalui turunnya permintaan komoditas, investasi asing, dan arus perdagangan.

Kekhawatiran tentang dampak pertumbuhan global, mulai tarif dan konflik dagang besar bisa menekan pertumbuhan ekonomi global, yang pada gilirannya bisa menghambat ekspor, investasi, dan kinerja perusahaan di Indonesia.


Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(saw/saw)
Tags


Related Articles

Most Popular
Recommendation