Newsletter

Hari Ini Bersiaplah Hadapi Badai dari Amerika, Guncangan dari China

Emanuella Bungasmara Ega Tirta, CNBC Indonesia
13 October 2025 05:55
Wallstreet
Foto: Bendera Amerika Serikat (AP Photo/Charlie Riedel)

Bursa saham Amerika Serikat (AS) ambruk pada akhir pekan lalu hingga membuat ribuan triliun menguap dalam 24 jam. Saham jeblok karena kebijakan Presiden AS Donald Trump.

Menurut Bespoke Investment Group, sekitar US$2 triliun atau sekitar Rp 33.090 triliun (US$1= Rp 16.545) nilai pasar saham AS lenyap pada perdagagan Jumat (10/10/2025) setelah Trump mengunggah cuitan "panas" dan mengancam China.

Pada pukul 10:57 Jumat pagi waktu AS Timur (ET), Trump menulis di platform Truth Social bahwa China semakin bermusuhan"dengan dunia, terutama terkait penguasaannya atas logam tanah jarang (rare earths). Dia menuduh China "menyandera dunia" karena "monopoli"-nya atas sumber daya penting tersebut.

Bagian yang paling membuat pasar saham bereaksi dalam unggahan Trump sepanjang 500 kata itu adalah kalimat adalah:

"Salah satu kebijakan yang sedang kami hitung saat ini adalah peningkatan besar tarif terhadap produk China yang masuk ke Amerika Serikat." Ujarnya.

Dan hanya itu yang dibutuhkan untuk mengguncang pasar.

Satu unggahan tersebut langsung membuat pasar saham AS kalang kabut.

Indeks S&P 500 anjlok 2,71% menjadi 6.552,51. Indeks Nasdaq jatuh 3,56% menjadi penutupan terburuk sejak April, padahal sempat mencetak rekor tertinggi sebelum unggahan Trump.

Indeks Dow Jones Industrial Average jeblok 879 poin (1,9%) terburuk sejak Mei.

Pasar jatuh arena negosiasi perdagangan antara pemerintahan Trump dan China berjalan jauh lebih lambat dibandingkan dengan negara lain. Namun, pelaku pasar menilai hubungan kedua negara tetap menuju perbaikan, terlebih Trump dan Xi Jinping dijadwalkan bertemu dalam KTT APEC akhir bulan ini.

Dalam perkembangan terbaru, Presiden AS Donald Trump mengumumkan kenaikan tarif 100% untuk barang-barang impor dari China yang masuk ke negaranya mulai 1 November 2025. Langkah ini diambil sebagai respons atas China yang memperketat ekspor logam tanah jarang (LTJ).
China memproduksi lebih dari 90% logam tanah jarang dan magnet tanah jarang olahan dunia. Banyak di antaranya merupakan material vital dalam berbagai produk, mulai dari kendaraan listrik hingga mesin pesawat terbang dan radar militer.

Hari ini Senin (13/10/2025) bisa menjadi hari berat lainnya. Setelah penutupan bursa, Trump kembali menulis bahwa ia akan memberlakukan tarif 100% terhadap China, "di atas tarif apa pun yang sedang mereka bayarkan."

Ia juga menambahkan bahwa AS akan menerapkan kontrol ekspor terhadap semua perangkat lunak kritis, yang bisa sangat merugikan pemimpin pasar AI seperti Nvidia. Tarif baru itu akan berlaku awal bulan depan, bertepatan dengan waktu KTT APEC sehingga pertemuan Trump dan Xi kemungkinan batal.

Namun sebagian investor memilih menunggu, mengingat ancaman tarif di bulan April juga akhirnya dilunakkan melalui negosiasi dan pengecualian, yang justru mendorong reli besar ke rekor baru.

"Kabar baiknya, ini mungkin hanya taktik negosiasi lain dari pemerintahan yang bisa menghasilkan hasil positif jangka panjang. Kejatuhan mendadak seperti ini justru bisa jadi peluang beli," kata Jay Woods, Chief Market Strategist di Freedom Capital Markets, kepada CNBC International.

(emb/emb)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular