Newsletter

Dolar Ganas, Fed Sudah Bicara: Pasar Saham Tunggu 'Kartu Truf' Purbaya

Elvan Widyatama, CNBC Indonesia
09 October 2025 06:17
New York Stock Exchange
Foto: Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa saat acara Serah Terima Jabatan Menteri Keuangan di Aula Mezanin Gd Juanda 1, Kementerian Kuangan, Jakarta, Selasa (9/9/2025). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Dari pasar saham Amerika Serikat (AS), bursa Wall Street ditutup beragam pada perdagangan Rabu atau Kamis dini hari waktu Indonesia.

Indeks S&P 500 dan Nasdaq Composite mencetak rekor tertinggi baru baik secara intraday maupun penutupan pada Rabu. Namun, Dow Jones tidak bergerak.

Indeks acuan S&P 500 naik 0,58% dan ditutup di 6.753,72, didukung oleh kenaikan sektor teknologi informasi, utilitas, dan industri dalam indeks tersebut. Ketiga sektor ini mencatat rekor penutupan tertinggi baru.

Nasdaq Composite menguat 1,12% untuk ditutup di 23.043,38. Sementara itu, Dow Jones Industrial Average nyaris tidak bergerak dan hanya turun 1,20 poin ke 46.601,78.

Saham-saham menunjukkan sedikit reaksi terhadap dirilisnya risalah pertemuan bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) bulan September.

The Fed memangkas suku bunga untuk pertama kalinya pada 2025 di September dan notulen tersebut menunjukkan adanya perbedaan pendapat di dalam The Fed mengenai seberapa jauh pemangkasan suku bunga selanjutnya.

Saham Nvidia naik 2% setelah CEO Jensen Huang mengatakan bahwa permintaan meningkat dalam beberapa bulan terakhir.

Dia mengatakan bahwa tahun ini, terutama enam bulan terakhir, permintaan komputasi meningkat secara signifikan.

Huang juga menegaskan keterlibatan perusahaan dalam pendanaan startup AI milik Elon Musk, xAI, dan menyebut bahwa dia sangat antusias dengan peluang pembiayaan yang mereka lakukan.

"Kita tahu beberapa hal yang bisa dilakukan AI. Kita semua bisa terkesan dengan beberapa kemampuan tersebut, tapi pada akhirnya, harus ada permintaan untuk chip, permintaan untuk layer perangkat lunak yang dibangun di atas semua komputasi itu," kata ahli strategi investasi Baird, Ross Mayfield, kepada CNBC International.

Kenaikan Nvidia terjadi sehari setelah saham favorit chip AI tersebut turun seiring dengan penurunan saham Oracle setelah laporan yang menyebutkan bahwa Oracle mengalami margin yang lebih tipis di bisnis cloud dibandingkan perkiraan analis. Laporan tersebut juga menyatakan bahwa perusahaan ini mengalami kerugian pada beberapa kesepakatan untuk menyewakan chip Nvidia.

Hal ini menambah kekhawatiran bahwa pasar saham sedang terjebak dalam gelembung AI, yang mengingatkan kembali pada akhir 1990-an, ketika euforia perusahaan internet awal akhirnya menyebabkan pecahnya gelembung dot-com.

Banyak pengamat pasar mendorong investor untuk menyeimbangkan kembali portofolio mereka, sambil mengakui kemungkinan kenaikan lebih lanjut sebelum reli AI mencapai puncaknya.

"Bahkan jika kita melihat akhir 1990-an, Nasdaq mengalami koreksi besar setiap tahun, jadi saya pikir akan terus ada antusiasme untuk aksi jual saham teknologi," kata Mayfield.

Dia menambahkan beberapa koreksi besar pada saham teknologi, momen seperti DeepSeek, sebelum akhirnya mencapai puncak pasar bullish.

"Saya hanya tidak merasa kita sudah dekat ke sana," imbuhnya.

Sementara itu, penutupan pemerintahan AS saat ini memasuki hari kedelapan pada Rabu, dengan Senat sekali lagi menolak dua rancangan anggaran sementara yang bersaing. Pemungutan suara ini menandai keenam kalinya Senat gagal meloloskan undang-undang untuk membuka kembali pemerintahan.

Penutupan ini sejauh ini memberikan dampak kecil pada pasar saham, namun menimbulkan risiko lebih besar terhadap sentimen jika berlangsung lebih lama, mengingat potensi dampak terhadap ekonomi AS.

Presiden Donald Trump menyarankan bahwa tidak semua pegawai federal yang diliburkan akan menerima gaji yang tertunda.

(evw/evw)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular