Adu Kuat Manufaktur ASEAN: Thailand Mulai Menyeramkan, RI Kewalahan

Elvan Widyatama, CNBC Indonesia
06 October 2025 12:55
PMI Manufaktur RI Terendah di ASEAN, Kalah dari Vietnam
Foto: CNBC INDONESIA

Jakarta, CNBC Indonesia - Aktivitas manufaktur di negara-negara ASEAN terus menunjukkan penguatan pada September 2025.

Berdasarkan laporan terbaru Data Purchasing Managers' Index (PMI) oleh S&P Global untuk periode September 2025, hasilnya PMI Manufaktur ASEAN berada di zona ekspansi dengan peningkatan ke 51,6 dari 51 di periode Agustus 2025.

Kenaikan ini menandakan ekspansi yang semakin solid di sektor manufaktur ASEAN, sekaligus mencerminkan peningkatan pesanan baru, pembelian bahan baku, dan rekrutmen tenaga kerja baru setelah enam bulan sebelumnya mengalami penurunan.

Menurut S&P Global, ekspansi ini menjadi yang terkuat sejak Juli 2024 yang ditopang oleh meningkatnya permintaan domestik dan meluasnya aktivitas pembelian di seluruh kawasan ASEAN. Sektor industri juga melaporkan adanya tekanan kapasitas akibat peningkatan tumpukan pekerjaan atau backlog, yang menjadi sinyal positif bagi pertumbuhan produksi dalam beberapa bulan ke depan.

"Sektor manufaktur ASEAN menutup kuartal ketiga dengan catatan kuat, ditandai ekspansi pesanan baru dan produksi yang solid. Aktivitas pembelian meningkat dan lapangan kerja bertambah untuk pertama kalinya dalam tujuh bulan terakhir," ujar Maryam Baluch, Ekonom S&P Global Market Intelligence.

Thailand menjadi negara dengan kinerja terbaik, di mana indeks PMI-nya meningkat dari 52,7 pada Agustus menjadi 54,6 pada September 2025. Kinerja kuat juga datang dari Myanmar, yang naik dari 50,4 menjadi 53,1, menandakan pertumbuhan solid di tengah stabilitas konsumsi dan permintaan domestik.

Sementara itu, aktivitas manufaktur Singapura mencatat lonjakan yang tajam dari 51,2 menjadi 56,4, yang didorong oleh pemulihan ekspor dan aktivitas industri berteknologi tinggi. Serta, manufaktur Vietnam yang pada periode September tercatat berada di zona ekspansi sebesar 50,4 atau tidak berubah dari bulan sebelumnya. 

PMI Thailand juga terbang ke 54,6 pada September 2025 yang menandai pemulihan di negara tersebut setelah terus dilanda demo.

Sebaliknya, Malaysia dan Filipina menjadi dua negara ASEAN yang masih tertahan di zona kontraksi dengan PMI masing-masing di 49,8 dan 49,9. Hal ini menunjukkan tekanan pada permintaan global dan aktivitas produksi dalam negeri.

Bagaimana Dengan RI?

Indonesia mencatatkan ekspansi terbatas di sektor manufaktur, dengan PMI sebesar 50,4 pada September 2025, turun dari 51,5 pada Agustus. Meski demikian, angka ini tetap berada di atas batas ekspansi dan menandakan perbaikan aktivitas industri yang berkelanjutan di dalam negeri.

Pertumbuhan pesanan baru menjadi pendorong utama ekspansi, terutama dari permintaan domestik, sementara ekspor masih melemah karena rendahnya permintaan global. Meskipun produksi sempat menurun, perusahaan tetap meningkatkan pembelian bahan baku serta stok barang jadi untuk mengantisipasi kenaikan harga bahan mentah.

Ekonom S&P Global Market Intelligence, Usamah Bhatti, mengatakan bahwa aktivitas manufaktur Indonesia masih bertahan di jalur positif.

"Ekonomi manufaktur Indonesia membaik dalam laju yang moderat pada September, didorong oleh peningkatan berkelanjutan pada pesanan baru," ujar Bhatti.

Ia juga menambahkan, "Meski produksi mengalami penurunan, perusahaan berupaya menambah persediaan untuk menghadapi kenaikan harga bahan baku. Kepercayaan terhadap prospek bisnis setahun ke depan juga meningkat ke level tertinggi dalam empat bulan terakhir."

Dengan posisi PMI 50,4, Indonesia berada di peringkat ke-4 di ASEAN bersama dengan Vietnam dan berada di bawah Singapura, Thailand, dan Myanmar, namun masih lebih baik dibandingkan Malaysia dan Filipina yang berada di area kontraksi.

CNBC INDONESIA RESEARCH 

[email protected]

(evw/evw)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation