IHSG Ambles: 10 Saham Ini Justru Ngacir, Ramai Diborong

Susi Setiawati, CNBC Indonesia
09 September 2025 15:14
Layar menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (23/6/2025). (CNBC Indonesia/ Faisal Rahman)
Foto: Layar menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (23/6/2025). (CNBC Indonesia/ Faisal Rahman)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali jatuh pada perdagangan hari ini, Selasa (9/9/2025).  Kendati IHSG mengalami penurunan, beberapa saham justru masih mampu mencatatkan kenaikan ditengah badai pasar saham saat ini.

Hingga perdagangan Selasa (9/9/2025) pukul 15.03 WIB, IHSG masih terkoreksi 1,80% di level 7.627,18. Koreksi ini memperdalam kejatuhan IHSG sejak perdagangan kemarin.

Keluarnya Sri Mulyani dari jajaran pemerintah menjadi katalis negatif bagi pasar saham. Sri Mulyani akhirnya resmi tidak berstatus menjadi Menteri Keuangan setelah Presiden Prabowo Subianto melantik Purbaya Yudhi Sadewa sebagai menteri keuangan yang baru.

Seperti diketahui, Presiden Prabowo Subianto melakukan kocok ulang (reshuffle) terhadap personel Kabinet Merah Putih, termasuk menteri keuangan pada Senin (8/9/2025). Reshuffle kemarin merupakan yang pertama yang dilakukan Prabowo setelah memimpin Kabinet Merah Putih sejak 20 Oktober 2024.

Akan tetapi perlu diingat, penurunan tersebut hanya disebabkan oleh sentimen sesaat bukan karena fundamental ekonomi RI. Karena perekonomian Indonesia masih tumbuh 5,12% secara tahunan (year on year/yoy) pada kuartal II 2025 di tengah dinamika global yang masih penuh ketidakpastian.

Beberapa saham pun masih menunjukkan performa baiknya dan menjadi saham-saham yang ramai di transaksikan hari ini meskipun IHSG telah terkoreksi mendekati 2%.

Kenaikan beberapa saham di atas didominasi oleh saham-saham di sektor pertambangan emas, mulai dari PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Indika Energy Tbk (INDY), PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA), hingga PT Archi Indonesia Tbk (ARCI).

Diketahui, pada perdagangan kemarin Senin (8/9/2025), harga emas dunia melesat 1,37% di level US$3.635,36 per troy ons. Penutupan perdagangan ini menjadikan harga emas tertinggi sepanjang masa dan naik selama dua hari beruntun.

Harga emas melonjak melewati level US$3.600 per troy ons untuk pertama kalinya pada perdagangan Senin, mencapai rekor tertinggi, karena data ketenagakerjaan AS yang lemah memperkuat ekspektasi bahwa The Fed akan memangkas suku bunga pada minggu depan.

Laporan ketenagakerjaan hari Jumat menunjukkan pertumbuhan lapangan kerja AS melambat tajam pada Agustus. Perangkat CME FedWatch menunjukkan pasar melihat peluang 88% untuk pemangkasan suku bunga seperempat poin pada pertemuan The Fed bulan September, dengan peluang sekitar 12% untuk pemangkasan yang lebih besar, yaitu 50 basis poin.

Suku bunga yang lebih rendah mengurangi biaya peluang untuk menyimpan emas batangan yang tidak memberikan imbal hasil.

Harga emas naik 37% sepanjang tahun ini, setelah naik 27% pada tahun 2024, didorong oleh pelemahan dolar, akumulasi bank sentral yang kuat, pengaturan moneter yang dovish, dan meningkatnya ketidakpastian global.

Selain itu, kenaikan saham MDKA sejalan dengan anak usahanya yang akan segera melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Anak usaha PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA), bernama PT Merdeka Gold Resources Tbk telah menerbitkan prospektus awal penawaran umum perdana atau Initial Public Offering (IPO) pada Senin (8/9/2025).

PT Merdeka Gold Resources Tbk merupakan pengembang dari proyek Emas Pani. Berdasarkan prospektus singkat, PT Merdeka Gold Resources Tbk akan melepas sebanyak 1,61 miliar saham dengan nominal Rp 150 setiap saham. Jumlah ini setara dengan sebanyak-banyaknya 10% dari modal yang ditempatkan perusahaan.

PT Merdeka Gold Resources Tbk akan melakukan penawaran awal pada harga kisaran Rp1.800 hingga Rp3.020 per lembar saham. Dana yang diraup dari IPO berkisar Rp2,89 triliun hingga Rp4,86 triliun.

Berdasarkan jadwal, masa penawaran awal dimulai pada 8 hingga 10 September 2025. Masa penawaran umum berlangsung pada 17 hingga 19 September 2025. Kemudian tanggal penjatahan jatuh pada 19 September 2025. Tanggal distribusi berlangsung pada 22 September 2025. Dan tanggal pencatatan di Bursa Efek Indonesia: 23 September 2025.

Tiga penjamin emisi telah ditunjuk yakni PT Indo Premier Sekuritas, PT Trimegah Sekuritas Indonesia Tbk, dan PT Sinarmas Sekuritas.

Kemudian kenaikan saham PT ITSEC Asia Tbk (CYBR) didorong oleh aksi serok dari pengendali. Presiden Direktur PT ITSEC Asia Tbk (CYBR) Patrick Rudolf Dannacher gencar menambah porsi kepemilikan sahamnya di perseroan.

Berdasarkan keterbukaan informasi BEI, Patrick kembali menyerok saham CYBR dengan transaksi pembelian sebanyak 100.000 lembar saham atau setara 0,002% saham CYBR dengan harga Rp 950 per saham, pada 4 September 2025.

Setelah transaksi pembelian saham tersebut, maka porsi kepemilikan saham Patrick menjadi sebanyak 81.173.950 lembar saham atau setara 1,232% dibandingkan sebelumnya yang tercatat sebanyak 81.073.950 lembar saham atau setara 1,230% kepemilikan saham.

Tujuan transaksi untuk investasi dengan status kepemilikan saham secara langsung.

Selanjutnya terdapat emiten property, PT Repower Asia Indonesia Tbk (REAL) yang juga mencatatka performa positif. Kenaikan saham REAL dipicu maraknya rumor masuknya investor asing, di tengah tren meningkatnya minat pasar terhadap saham-saham Full Call Auction (FCA).

Dikabarkan, investor asing khususnya dari Timur Tengah, tengah agresif membidik sektor properti di Indonesia. Baru-baru ini DAMAC Digital mengumumkan investasi senilai US$2,3 miliar untuk pembangunan data center di Cikarang.

Hal ini turut mendorong sentimen positif bagi saham REAL. Diperkirakan kemungkinan REAL menjadi target investasi atau mitra strategis dalam pengembangan properti yang berhubungan dengan pusat data.

Kemudian dari emiten jasa transportasi laut, PT Humpuss Maritim Internasional Tbk (HUMI) juga terus mencatatkan kenaikan. Hal ini sejalan perusahaan telah merealisasikan belanja modal atau capital expenditure (capex) tahun 2025, untuk pengadaan empat unit kapal, serta pengembangan sistem digital untuk meningkatkan efisiensi operasional.

Bahkan pada tahun ini, HUMI menargetkan penggunaan capex untuk pengadaan 10 unit kapal. Sehingga, masih terdapat enam unit kapal yang belum terealisasi.

Perseroan terus berkomitmen mendukung ekosistem kepelabuhanan di Indonesia melalui anak usahanya. Salah satunya dimulai melalui PT Humpuss Transportasi Curah (HTC) yang menambah satu unit Kapal Tunda (Tug Boat) dengan spesifikasi mesin 2×1018 HP, bernama TB Jeneponto 01.

Lanjut dari sektor property milik group Djarum, terdapat kabar baik, dimana PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) memastikan tetap konsisten membagikan dividen dengan rasio sekitar 30% dari laba bersih, meskipun kinerja perusahaan diproyeksikan melemah sepanjang tahun ini.

Diperkirakan kinerja keuangan SSIA di sepanjang 2025 akan turun, dimana pendapatan diperkirakan turun 4% secara tahunan (yoy) ke angka Rp6 triliun. Estimasi ini jauh lebih rendah dari realisasi pendapatan perseroan pada 2024 yang mencapai Rp6,25 triliun.

Dengan rasio dividen yang masih tinggi, mendorong investor bertahan dan memborong saham SSIA.

Kemudian dari sektor pertambangan batu bara, PT Harum Energy Tbk (HRUM) diproyeksikan akan mengalami lonjakan kinerja keuangan pada 2026, sejalan dengan beresnya proyek anak usahanya yakni smelter nikel berteknologi High Pressure Acid Leaching (HPAL) di kuartal I 2026.

Selain itu, HRUM terus melakukan ekspansi di bisnis nikel. HRUM telah menyiapkan anggaran belanja modal alias capital expenditure (capex) jumbo untuk mengembangkan proyek tambang dan hilirisasi.

Diketahui pada 2025 HRUM menyiapkan capex sekitar US$ 400 juta. Sebagian besar capex tersebut akan dipakai untuk pengembangan operasi penambangan bijih nikel di anak perusahaan, yakni PT Position. HRUM juga memprioritaskan penyelesaian konstruksi proyek High Pressure Acid Leach (HPAL) di PT Blue Sparking Energy (BSE).

Dan terakhir saham yang baru saja melakukan perubahan bisnisnya ke energi terbarukan, PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA), terus mencatatkan kenaikan, sejalan dengan fokus pemerintah terhadap pengelolaan sampah menjadi energi terbarukan.

Pemerintah tengah merampungkan revisi Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 35 Tahun 2018 tentang percepatan pembangunan instalasi pengelolaan sampah menjadi energi listrik (PSEL) berbasis teknologi ramah lingkungan. Revisi ini bertujuan menyederhanakan proses perizinan serta pengelolaan dan mekanisme pembayaran.

Revisi ini sudah mencapai tahap finalisasi, tinggal menanti untuk disahkan. Pemerintah daerah nantinya akan bertanggung jawab menyediakan pasokan sampah dan lokasi pengelolaan sampah terpadu (TPST).

Dalam Perpres tersebut, pemerintah daerah dapat menjamin ketersediaan sampah 1.000 ton per hari dan menyediakan lahan.

Pengelolaan sampah berpotensi menghasilkan tiga produk yakni bahan bakar minyak (BBM) terbarukan, bioenergi, dan listrik.

Hal ini pun menguntungkan salah satu saham yang baru saja masuk ke dalam industri material sampah yakni PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA). Emiten ini merupakan perusahaan energi terintegrasi yang bergerak di berbagai bidang, termasuk energi terbarukan, pertambangan, perkebunan, dan kendaraan listrik. Kini TOBA sedang bertransformasi menuju bisnis yang lebih berkelanjutan dengan fokus pada energi hijau.


Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(saw/saw)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation