80 Tahun Indonesia Merdeka

Warisan Abadi 7 Presiden RI: Monas, Satelit, Jalan Tol, BPJS - MRT

tim riset, CNBC Indonesia
Sabtu, 16/08/2025 22:00 WIB
Foto: ilustrasi Presiden RI (Edward Ricardo/ CNBC Indonesia)

Jakarta,CNBC Indonesia - Indonesia telah melalui perjalanan selama 80 tahun setelah merdeka. Selama 80 tahun tersebut, Indonesia telah dipimpin delapan presiden yang berbeda.

Dari Soekarno hingga Joko Widodo, setiap presiden telah meninggalkan jejak yang tak terhapuskan dalam pembangunan Indonesia selama masa kepemimpinannya. Indonesia kini dipimpin Prabowo Subianto sejak Oktober 2024.

Masing-masing era kepemimpinan membawa perubahan dan kemajuan yang signifikan, membentuk fondasi bagi Indonesia modern yang kita kenal hari ini.

Soekarno, dengan visinya yang revolusioner, meletakkan dasar-dasar ideologis dan membangun berbagai landmark ikonik yang masih berdiri kokoh. Soeharto membawa stabilitas dan pertumbuhan ekonomi melalui pembangunan infrastruktur dan modernisasi pertanian.

B.J.Habibie membuka pintu demokrasi dan mendorong kemajuan teknologi.Abdurrahman Wahid memperkuat pondasi pluralisme dan toleransi.Megawati Soekarnoputri menandai era baru dengan penguatan institusi anti-korupsi.

Sedangkan,Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memfokuskan pada stabilitas politik dan peningkatan kesejahteraan rakyat.  Joko Widodo (Jokowi)yang mengakselerasi pembangunan infrastruktur dan reformasi birokrasi di seluruh penjuru Nusantara.

Dari perjuangan kemerdekaan hingga pembangunan infrastruktur modern, dari penguatan demokrasi hingga pemerataan pembangunan, perjalanan Indonesia mencerminkan visi dan kebijakan para pemimpinnya.

Kini, saat merayakan kemerdekaan, penting bagi kita untuk memahami dan menghargai warisan para presiden terdahulu.

Pengetahuan ini tidak hanya memberikan perspektif historis, tetapi juga menjadi pelajaran berharga dalam menghadapi tantangan masa depan.

1. Era Presiden Soekarno (Masa jabatan 18 Agustus - 12 Maret 1967)

Sebagai proklamator kemerdekaan sekaligus presiden pertama Republik Indonesia,Soekarno adalah sosok yang dikenal tidak hanya sebagai pemimpin politik, tetapi juga sebagai simbol perjuangan bangsa.

Dalam masa pemerintahannya,Soekarno berupaya untuk meletakkan fondasi yang kuat bagi Indonesia, baik dalam bidang politik, ekonomi, sosial, maupun kebudayaan.

Foto: Infografis/Sejarah Rupiah/Edward Ricardo
Sejarah Rupiah



Berbagai karya monumental dari Soekarno, seperti Jembatan Amperadan Bendungan Ir. H.Juanda, tidak hanya menjadi bukti kemajuan infrastruktur pada masanya, tetapi juga mencerminkan visi besar untuk memajukan kesejahteraan rakyat dan menghubungkan Indonesia secara fisik serta simbolis.

Berikut beberapa warisan besar dari era Soekarno yang terus berdampak hingga kini:

Dasar negara Pancasila

Soekarno merupakan salah satu penggagas Pancasila sebagai dasar negara Indonesia. Pada 1 Juni 1945, ia menyampaikan pidatonya di hadapan Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan menawarkan gagasan Pancasila.

Pancasila kemudian dijadikan dasar negara yang masih berlaku hingga saat ini. Prinsip ini dianggap mampu menyatukan keberagaman etnis, agama, dan budaya Indonesia.

Soekarno juga dikenal sebagai pengagum karya seni yang kemudian dia wujudkan dalam beragam pusat peninggalan di Indonesia. Presiden kelahiran 6 Juni 1901 tersebut juga membangun deretan bangunan agung dan bersejarah untuk Indonesia. Di antaranya:

1. Monumen Nasional

Monas atau Monumen Nasional sebagai ikon Jakarta dibangun dari kombinasi tradisional dan modernitas, pembangunan tugu ini terinspirasi dari menara Eiffel yang ada di Paris, Prancis. Di atas nya terdapat hiasan yang terbuat dari emas dengan bentuk seperti kobaran api.

Terdapat koleksi diorama yang dipamerkan di dalam Museum Monumen Sejarah Nasional lantai dasar Tugu Monas.

Foto: Sejumlah pengunjung berwisata di Kawasan Monumen Nasional (Monas), Jakarta, Jumat (12/4/2024). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)
Sejumlah pengunjung berwisata di Kawasan Monumen Nasional (Monas), Jakarta, Jumat (12/4/2024). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)



2. Stadion Gelora Bung Karno(GBK) dan Hotel Indonesia (HI)

GBK dan Hotel Indonesia (HI) merupakan dua bangunan yang didirikan untuk menyambut pesta olahraga Asian Games keempat, pada  1962.

Hotel Indonesia menjadi hotel bintang lima pertama di Indonesia yang diresmikan pada 5 Agustus 1967. Sedangkan GBK dibangun untuk memenuhi syarat Asian Games, di mana Jakarta sebagai rumah pada saat itu.

Foto: REUTERS/Darren Whiteside
2018 Asian Games - Opening ceremony - GBK Main Stadium - Jakarta, Indonesia - August 18, 2018 - A general view of fireworks during the opening ceremony. REUTERS/Darren Whiteside


3.Masjid Istiqlal

Masjid terbesar di Jakarta ini merupakan masjid yang berdiri di atas pemikiran Bung Karno.

Soekarn  bersama Friedrich Silaban mendesain bangunan tersebut. Hingga akhirnya Ibu Kota Indonesia memiliki tempat ibadah bagi umat dengan konsep yang megah dan modern.

4. Patung Dirgantara atau Pancoran dan Pembebasan Irian Barat

Kedua patung ini merupakan karya dari pematung legendaris Edhi Sunarso. Pada tahun 1965, Soekarno meminta Edhiuntuk membuat patung sebagai upaya mengenang jasa para penerbang Indonesia dan menghadirkan citra dunia penerbangan Indonesia a dimata dunia.

Ambisi Soekarno ini diwujudkan dalam patung wujud sesosok manusia angkasa yang perkasa, yang berdiri di atas tugu yang melengkung.

Foto: Pancoran (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto))
Pancoran (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto))



Sementara itu Patung Pembebasan Irian Barat sebelumnya, patung J.PCoen, Gubernur VOC, di Lapangan Banteng merupakan salah satu warisan lokal. Kemudian, BungKarnoberinisiatif untuk mengganti dengan patung simbol dari pejuangTrikoradan juga masyarakat Irian Barat.

5. Pendidikan Perguruan Tinggi

Banyak sekolah dan universitas yang didirikan di era Soekarno, termasuk Universitas Gadjah Mada.

Seokarno juga banyak membangun infrastruktur strategis dari jembatan hingga bendungan. Di antaranya:

6. Jembatan Ampera di Palembang, Sumatera Selatan

Jembatan Ampera, yang memiliki makna "Amanat Penderitaan Rakyat," adalah salah satu ikon paling terkenal di Kota Palembang. Jembatan ini menghubungkan dua sisi Sungai Musi, yaitu bagian hulu dan hilir.

Pembangunannya dimulai pada April 1962, menggunakan dana hasil rampasan perang dari Jepang, dan jembatan ini diresmikan pada tahun 1965.

Foto: Jembatan Ampera. (Dok: PUPR)
Jembatan Ampera. (Dok: PUPR)
Foto: Kolase Jembatan Ampera Palembang lama dan baru. (Istimewa)
Kolase Jembatan Ampera Palembang lama dan baru. (Istimewa)



Dengan panjang mencapai 1.177 meter,Ampera awalnya dikenal dengan nama Jembatan BungKarno dan pada masanya merupakan salah satu jembatan terpanjang di Asia Tenggara, menandai kemajuan infrastruktur di Indonesia.

7. Bendungan Ir. H.Juanda(Jatiluhur) di Purwakarta, Jawa Barat

Bendungan Ir. H.Juanda, yang juga dikenal sebagai Waduk Jatiluhur, adalah bendungan serbaguna pertama di Indonesia.

Pembangunannya dimulai pada tahun 1957 dengan bantuan kontraktor asal Prancis.
Bendungan ini memiliki berbagai fungsi, termasuk sebagai sarana irigasi bagi lahan pertanian, pengendali banjir, serta mendukung pembangkit listrik tenaga air yang menyuplai energi ke daerah sekitarnya. Bendungan Jatiluhur menjadi bukti inovasi teknologi dan ketahanan sumber daya air Indonesia pada masa itu.

8. Bandara Juanda di Sidoarjo, Jawa Timur

Bandara Juanda, yang berlokasi di Sedati, Sidoarjo, Jawa Timur, mulai dibangun pada tahun 1959 dan resmi dibuka pada Agustus 1964.

Awalnya, bandara ini difungsikan sebagai pangkalan militer, namun sejak tahun 1981, bandara ini beralih fungsi menjadi fasilitas penerbangan komersial. Kini, Bandara Juanda menjadi salah satu bandara utama yang menghubungkan Indonesia dengan berbagai rute domestik dan internasional.

Foto: Bandara Internasional Juanda (Zainal Effendi/detikcom)
Bandara Internasional Juanda (Zainal Effendi/detikcom)



Rumah Sakit Penting di Berbagai Wilayah

Sejumlah rumah sakit penting juga dibangun pada masa itu, termasuk RSUP Sanglah di Bali, RS Dr.Soetomo di Surabaya, RS Kebon Jati di Bandung, dan RS H.Yuliddin Away di Aceh Selatan.

RSUP Sanglah diDenpasar, misalnya, mulai dibangun pada tahun 1956 dan diresmikan pada Desember 1959. Rumah sakit ini menjadi pusat layanan kesehatan terdepan di Bali, melayani pasien dari berbagai daerah dengan fasilitas modern.

Begitu juga dengan RS Dr. Soetomo yang menjadi pusat rujukan di Jawa Timur, memperkuat akses masyarakat terhadap layanan kesehatan berkualitas tinggi.


(mae/mae)
Pages