Kopi Susu Laris Manis, Produksi Gula Aren RI Melesat 1.000x Lipat

Emanuella Ega Tirta, CNBC Indonesia
03 August 2025 18:15
Gula Aren (Freepik)
Foto: Gula Aren (Freepik)

Jakarta, CNBC Indonesia- Lonjakan produksi gula aren Indonesia tahun 2024 patut diapresiasi. Tapi, persoalan klasik soal bahan baku, ketimpangan wilayah, dan minimnya industrialisasi masih menjadi pekerjaan rumah besar.

Gula aren kian menjadi bagian penting dalam industri makanan dan minuman Indonesia. Dari kopi susu kekinian di kota hingga penganan tradisional di pasar desa, permintaannya terus meningkat. Sayangnya, produksi nasional sempat stagnan bahkan turun dalam beberapa tahun terakhir.

Kabar baik datang pada 2024. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), produksi gula aren nasional melonjak drastis dari hanya 142 ton pada 2023 menjadi 154.126 ton. Lonjakan ini mengakhiri tren penurunan dua tahun berturut-turut.

Secara spasial, kebangkitan produksi didominasi oleh tiga provinsi: Jawa Timur (60.138 ton), Jawa Tengah (51.095 ton), dan Sumatera Utara (23.160 ton). Ketiganya menyumbang 86% total output nasional. Sisanya berasal dari Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat, dan beberapa wilayah kecil lain yang mulai mengembangkan komoditas ini.

Namun lonjakan produksi ini belum tentu berarti pasokan akan stabil ke depan. Tantangan utama justru ada di sisi hulu. Produksi nira aren bahan baku utama gula justru anjlok dari 17,3 ton (2022) menjadi hanya 1,1 ton pada 2023. Sementara produksi tepung aren juga stagnan. Ini menandakan belum pulihnya ekosistem produksi di tingkat petani, meskipun output akhir terlihat naik.

Sebagian daerah bahkan menghadapi masalah regenerasi petani. Usia produktif pohon aren bisa mencapai 25-30 tahun, tetapi tak banyak petani muda yang berminat mengelola kebun aren karena rendahnya insentif. Jika tren ini dibiarkan, maka lonjakan produksi 2024 bisa bersifat sementara dan tidak berkelanjutan.

Pemerintah sebetulnya sudah menjadikan komoditas hutan bukan kayu (HHBK) sebagai salah satu program prioritas dalam pembangunan kehutanan sosial. Namun implementasi di tingkat daerah masih sangat bervariasi. Tanpa harmonisasi lintas kementerian dan insentif fiskal, industrialisasi produk aren akan sulit berkembang.

Pohon aren sendiri sebenarnya punya keunggulan komparatif. Tumbuh di lahan marginal, tidak butuh pupuk mahal, dan dapat hidup puluhan tahun. Namun tanpa regenerasi petani, kelembagaan koperasi, dan akses pasar yang kuat, potensi ini akan sulit dimaksimalkan. Apalagi mayoritas produksi masih dikelola secara tradisional.

Jika tidak ada intervensi jangka panjang, krisis pasokan bisa kembali terjadi dalam waktu dekat. Permintaan terus naik, terutama dari sektor minuman dalam kemasan dan industri kopi. Tapi jika bahan baku tetap langka dan terkonsentrasi hanya di beberapa provinsi, maka harga bisa melonjak, margin usaha menipis, dan konsumen ikut terdampak.

CNBC Indonesia Research

(emb/emb)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation