
CDIA & COIN Masuk FCA: Nasibnya Kini Jadi Tanda Tanya

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham yang biasanya masuk dalam pemantauan khusus alias Full Call Auction (FCA) seringnya mendapat respon buruk dari para investor, akan tetapi hal ini tidak berlaku pada dua saham jargoan investor PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA) dan PT Indokripto Koin Semesta Tbk (COIN).
Hingga perdagangan hari ini Jumat (1/8/2025), saham CDIA dan COIN masih mencatatkan Auto Rejection Atas (ARA) dengan kenaikan maksimal 10%.
PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA) telah melesat 536,72% sejak melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Sementara PT Indokripto Koin Semesta Tbk (COIN) telah melejit 492,59% sejak melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Sayangnya kini kenaikan dua harga saham tersebut kini terbatas usai masuk ke dalam papan pemantauan khusus alias FCA.
Diketahui, PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA) masuk FCA sejak 25 Juli 2025, sementara PT Indokripto Koin Semesta Tbk (COIN) masuk FCA sejak 24 Juli 2025.
Saham yang masuk ke dalam mekanisme Full Call Auction (FCA) adalah saham yang perdagangannya tidak dilakukan secara reguler alias continuous auction, tetapi hanya pada sesi-sesi tertentu biasanya tiga kali sehari.
Saham yang masuk FCA hanya bisa diperdagangkan saat auction pada pukul 09:00, 11:30, dan 14:30 WIB. Tidak ada auto-matching berjalan seperti saham normal. Risiko likuiditas sangat tinggi, sulit keluar saat harga jatuh.
Selain itu, kenaikan dan penurunan saham maksimal hanya 10%, berbeda dengan Batasan ARA ARB pada saham yang tidak masuk dalam pemantauan khusus. Dan harus diselesaikan secara tunai (T+0), bukan T+2.
Masuknya saham ke FCA dapat merugikan investor karena likuiditas sangat rendah sehingga sulit untuk menjual saham karena sedikit yang mau beli. Kemudian, harga saham biasanya sudah jatuh sangat dalam, menyebabkan potensi kerugian besar jika terpaksa jual rugi. Investor ritel pun terjebak, karena harga tidak wajar dapat terjadi akibat antrian jual sangat besar.
Bahkan saham FCA tidak bisa melakukan transaksi margin pada saham FCA. Hingga risiko delisting semakin besar, sehingga potensi saham menjadi tidak bernilai semakin tinggi.
Diketahui tujuan Bursa dalam menetapkan saham FCA yakni untuk mengendalikan volatilitas harga saham berisiko tinggi, meminimalkan manipulasi harga pada saham tidak likuid, dan melindungi investor dari fluktuasi ekstrem.
Namun sayangnya yang membuat kecewa para investor, lama suatu saham berada dalam kategori FCA tidak ditentukan secara pasti, karena bergantung pada evaluasi berkala dari Bursa Efek Indonesia (BEI).
Saham bisa tetap berada di mekanisme FCA selama kriteria BEI belum terpenuhi. Tidak ada aturan BEI yang menyebutkan saham harus keluar dalam waktu tertentu misalnya 3 bulan atau 1 tahun.
BEI biasanya akan melakukan evaluasi minimal satu kali setiap 6 bulan atau sewaktu-waktu bila diperlukan. Jika likuiditas, frekuensi transaksi, dan transparansi membaik, saham bisa keluar dari daftar FCA.
Namun ada juga banyak saham tetap berada dalam FCA selama bertahun-tahun karena tidak mengalami perbaikan kondisi, seperti saham-saham tidur, tidak likuid, atau milik emiten yang nyaris tidak beroperasi.
Saham bisa dikeluarkan dari mekanisme FCA jika volume dan frekuensi transaksinya meningkat secara stabil, harga bergerak wajar dan tidak lagi fluktuatif ekstrem. Kemudian, emiten memperbaiki kinerja dan rutin menyampaikan keterbukaan informasi. Dan tidak ada indikasi manipulasi atau praktik pasar yang meragukan.
Sehingga saham yang keluar dari FCA akan kembali diperdagangkan secara normal alias continuous auction. Dan BEI akan mengumumkan secara resmi jika ada perubahan status saham dari FCA ke reguler.
CNBC Indonesia Research juga mencatat deretan saham yang pernah masuk FCA di sepanjang tahun ini.
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(saw/saw)