
CDIA Hari Ini Keluar dari FCA, Langsung Ngacir Atau Tergelincir?

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham yang masuk dalam Papan Pemantauan Khusus alias Full Call Auction (FCA) di Bursa Efek Indonesia (BEI) seringkali dipandang negatif oleh investor. Publik kini menunggu apakah saham PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA) akan mengalami hal yang sama atau sebaliknya.
Sebagai catatab, CDIA akan keluar dari papan pemantauan khusus dengan mekanisme perdagangan FCA pada hari ini, Selasa (5/8/2025).
Pencabutan tersebut tertuang dalam pengumuman No. Peng-CK-00049/BEI.PLP/08-2025 Pencabutan Efek Bersifat Ekuitas Dari Pemantauan Khusus.
Seperti diketahui, saham CDIA masuk daftar pemantauan khusus dan mulai diperdagangkan menggunakan mekanisme FCA pada Jumat (25/7/2025). Saham masuk FCA setelah BEI mengumumkan saham emiten Prajogo Pangestu itu bergerak di luar kebiasaan (unusual market activity/UMA) atau memenuhi kriteria efek 10 hingga berujung pada suspensi pada 17 dan 23 Juli 2025.
Sejumlah pihak menunggu apakah saham CDIA akan terbang atau terperosok setelah keluar dari FCA dan diperdagangkan.
Kinerja Saham FCA
Saham yang masuk dalam efek pemantauan khusus biasanya memiliki masalah seperti tidak menyampaikan laporan keuangan tepat waktu, mengalami kerugian berturut-turut, terindikasi disclaimer atau adverse opinion oleh auditor, terlibat dalam potensi delisting hingga perdagangan tidak likuid atau pergerakan harga tidak wajar.
Label "FCA" memberi sentimen buruk karena pasar tahu bahwa ada warning sign dari otoritas pasar modal. Saat status ini diumumkan, harga saham cenderung anjlok karena banyak investor melakukan aksi jual.
Saham FCA hanya bisa diperdagangkan di Pasar Negosiasi, bukan di pasar reguler, sehingga likuiditas rendah, spread harga bisa sangat lebar, dan akses untuk investor ritel menjadi terbatas.
Begitupun sebaliknya, saham yang keluar dari daftar papan pemantauan khusus alias FCA umumnya dipandang positif oleh investor.
Saham yang keluar dari FCA berarti emiten tersebut telah memperbaiki aspek yang menyebabkan mereka masuk FCA, seperti tidak lagi memiliki ekuitas negatif, tidak terlambat menyampaikan laporan keuangan, tidak lagi dalam kondisi potensi delisting, bahkan telah memenuhi ketentuan free float. Hal ini menjadi sinyal bahwa manajemen perusahaan sedang melakukan perbaikan atau sudah dalam kondisi lebih sehat.
Saham yang keluar dari FCA berarti saham tersebut bisa kembali ditransaksikan di pasar reguler dan tunai, bukan hanya di pasar negosiasi atau full call auction. Hal ini meningkatkan likuiditas saham, sehingga lebih menarik bagi investor ritel maupun institusi.
Saham yang keluar dari FCA pun berpotensi rebound, karena saham-saham FCA biasanya ditekan alias dibatasi likuiditasnya. Keluar dari FCA membuka peluang kenaikan harga yang sebelumnya tertahan karena pembatasan perdagangan. Hal ini pun sering dimanfaatkan oleh trader untuk momentum trading.
Investor besar cenderung menghindari saham FCA karena risikonya tinggi. Keluar dari FCA berarti saham tersebut berpeluang kembali masuk radar investor institusi atau reksa dana.
Bursa Efek Indonesia (BEI) telah mengumumkan efek bersifat ekuitas dalam pemantauan khusus terbaru yang mulai efektif pada 1 hingga 5 Agustus 2025, terpantau 3 emiten keluar dari FCA, 1 masuk dalam FCA, dan 1 penambahan kritea pemantauan khusus.
BEI telah menetapkan 11 kriteria efek bersifat ekuitas dalam pemantauan khusus.
Duo saham IPO jumbo kini telah berhasil keluar dari FCA. PT Indokripto Koin Semesta Tbk (COIN) yang lebih dulu keluar dari FCA pada Senin (4/8/2025), langsung mencatatkan kenaikan harga saham Auto Rejection Atas (ARA) 25% di level Rp1.000 per saham.
Kini PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA) juga berpeluang mencatatkan ARA dengan batas maksimal kenaikan 25%.
Peluang melesatnya saham CDIA memberikan potensi pergerakan positif bagi IHSG, mengingat market cap saham CDIA telah mencapai Rp22,34 triliun. Apalagi IHSG sempat jatuh pada perdagangan kemarin Senin (4/8/2025) dengan penurunan 0,97% di level 7.464,65.
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(saw/saw)