
Kinerja Buruk Kok BKSL Catat Kenaikan Saham Ratusan Persen?

Jakarta, CNBC Indonesia - Kabar emiten yang selalu dikaitkan dengan Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara Indonesia) selalu menjadi angin segar bagi para investor. Saham-saham yang pernah disentuh oleh Danantara sering mengalami lonjakan harga signifikan dalam jangka pendek.
Meskipun tidak selalu berujung pada kinerja fundamental yang sehat, bahkan terkadang hanya naik karena rumor, dan kembali turun jika ekspektasi tidak terpenuhi.
Ketika kabar akuisisi, restrukturisasi, atau bahkan rumor kedekatan dengan Danantara muncul, maka para spekulan dan investor ritel langsung masuk, mendorong harga naik cepat. Fenomena ini sering disebut sebagai "bandwagon effect" banyak yang ikut-ikutan beli tanpa menghitung fundamental.
Kabar terbaru, terdapat isu kerja sama antara Danantara dengan PT Sentul City Tbk (BKSL). Danantara dikabarkan tengah menjajaki proyek pembangunan kawasan terpadu (KEK) di sektor kesehatan, seperti dengan konsep yang diterapkan di Chengdu, China. Proyek ini disebut-sebut akan dibangun di lahan milik Sentul City.
Meskipun hingga saat ini pihak management Sentul City mengonfirmasi belum ada perjanjian yang ditandatangani terkait pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kesehatan di wilayah Sentul City.
Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kesehatan merupakan bagian dari strategi pemerintah Indonesia untuk mendorong pertumbuhan ekonomi sektor kesehatan, menarik investasi, serta meningkatkan daya saing layanan kesehatan domestik maupun internasional (medical tourism).
Secara konsep, KEK Kesehatan merupakan zona ekonomi khusus yang difokuskan pada pengembangan industri dan layanan kesehatan, mulai dari layanan medis (rumah sakit, klinik), riset kesehatan, farmasi, teknologi medis, hingga wellness tourism.
Tujuan pengembangan KEK Kesehatan yakni untuk mengurangi ketergantungan masyarakat Indonesia terhadap layanan kesehatan luar negeri, terutama pasien yang berobat ke Malaysia, Singapura, dan Thailand.
KEK juga dimaksudkan meningkatkan investasi swasta di bidang layanan dan infrastruktur kesehatan. Juga mendorong pertumbuhan ekonomi lokal dan nasional melalui pariwisata medis dan industri kesehatan. Hingga penciptaan lapangan kerja berkualitas di bidang kesehatan dan pendukungnya (farmasi, hospitality, teknologi).
Pengembangan KEK Kesehatan pertama di Indonesia telah dilaksanakan di KEK Sanur, Bali. Diresmikan pada 2023 sebagai KEK khusus layanan kesehatan dan pariwisata medis. Juga dikembangkan di atas lahan eks Hotel Grand Inna Bali Beach, seluas lebih dari 40 hektare. Diketahui, investor utama merupakan Badan Usaha milik BUMN, PT Aviasi Pariwisata Indonesia (InJourney) bersama mitra strategis.
Di KEK Sanur, Bali terdapat beberapa fasilitas unggulan berupa rumah sakit bertaraf internasional hasil kerja sama dengan Mayo Clinic (Amerika Serikat), pusat riset dan edukasi kedokteran, klinik estetika dan rehabilitasi, hingga fasilitas penginapan dan wellness resort.
Terdapat pula potensi masa depan KEK Kesehatan. Dari sisi medical tourism, potensi pasar mencapai Rp100 triliun lebih per tahun dari pasien Indonesia yang selama ini berobat ke luar negeri.
Dari sisi riset dan bioteknologi, KEK dapat menjadi pusat inovasi dan pengembangan produk kesehatan nasional. Selain itu juga bisa sebagai pusat pelatihan tenaga kesehatan untuk meningkatkan kualitas SDM. Hingga ekspansi KEK Kesehatan lainnya ke wilayah strategis seperti Batam, Medan, atau Mandalika.
Lalu apa yang menjadi daya tarik Sentul City berpotensi menjadi KEK Kesehatan?
Sentul City merupakan salah satu kawasan hunian terpadu di kawasan Bogor yang dikembangkan oleh PT Sentul City Tbk (BKSL). Sentul City merupakan kota mandiri terencana yang dirancang dengan tujuan utama memastikan kehidupan berkualitas tinggi dengan integrasi sepenuhnya antara alam, fasilitas gaya hidup premium, dan kemudahan akses bagi masyarakat yang terus berkembang.
Sentul City menekankan pengembalian investasi yang berkualitas, manajemen yang berpengalaman, serta transparansi penuh untuk memenuhi harapan investor. Sebagai bentuk komitmen, Sentul City juga berusaha untuk menerapkan pembangunan kota hijau yang berkelanjutan dan inovatif agar keluarga dan masyarakat dapat secara konsisten menikmati pengalaman tinggal, bermain, dan bekerja di Sentul City.
Memiliki luas 3100 hektar, Sentul City merupakan kota mandiri hijau terencana yang terintegrasi secara menyeluruh, yang terletak di kawasan berkembang pesat antara selatan Jakarta dan Bogor.
Dengan arsitektur desain internasional yang inovatif, kota ini menawarkan kualitas tinggi bagi komunitas yang berkelanjutan di sekitar Jakarta. Sentul City memperkenalkan konsep Eco-City yang belum pernah ada sebelumnya, dengan Natural Setting, pendekatan keanekaragaman hayati tanaman untuk taman yang membentang sepanjang 6,2 km jalan utama. Terdapat lebih dari 6.000 pohon dengan 49 jenis yang tersebar di seluas 27 ha tanah.
Sentul City berambisi untuk menjadi Kota Hijau Global, yang menjadi pelopor dalam memberikan Kehidupan Berkualitas Tinggi dengan mengintegrasikan alam, fasilitas Komunitas premium, dan akses transportasi umum yang bersih, dengan tetap berpegang pada prinsip selalu berinovasi.
Sentul City menjadi pelopor dalam mempromosikan kehidupan berkualitas, karena terdapat korelasi positif antara pemanfaatan taman (Open Space) dengan kesehatan yang baik secara mental maupun fisik. Sentul City adalah satu-satunya kota di Indonesia yang memberikan akses nyata ke alam. Sentul City mengarahkan fokus pada inovasi dan terus berupaya mengembangkan solusi yang berkelanjutan seperti bangunan hijau, pemanenan air hujan, dan pembangunan yang berkelanjutan.
Seperti biasa, saham yang terkena sentuhan Danantara, akan mencatatkan kenaikan harga saham yang luar biasa. Hal ini terbukti dari kenaikan saham BKSL yang sangat signifikan.
Terpantau di sepanjang tahun ini kenaikan saham BKSL telah mencatatkan kenaikan sebesar 87,32% di level Rp133 per lembar saham hingga Senin (28/7/2025). Dalam tiga tahun, BKSL telah melesat 177,08%.
Kenaikan harga saham ratusan persen dalam tiga tahun terakhir tak sejalan dengan kinerja keuangannya yang masih membukukan kerugian berulang.
Sejak Covid-19, BKSL terus membukukan kerugian, bahkan pada 2024 kerugian naik dari kerugian yang tercatat pada 2023. Namun, pada kuartal I 2025, BKSL berhasil membalikkan kerugian menjadi laba meskipun tidak begitu banyak, hanya Rp 2 miliar pada kuartal I 2025 saja.
Dari sisi valuasi, saham BKSL juga terpantau mahal alias overvalued dari Price Earning Ratio (PER) rata-rata industrinya di 9,5.
![]() |
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(saw/saw)