Dari pasar obligasi, imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun terus merangkak naik ke 6,54% atau tertinggi dalam enam hari. Lonjakan imbal hasil ini menandai adanya aksi jual investor secara besar-besaran sehingga harga turun dan imbal hasil naik.
Dari pasar saham AS, bursa Wall Street ditutup beragam pada perdagangan Senin atau Selasa dini hari waktu Indonesia.
Indeks S&P 500, naik tipis 0,02% dan ditutup di 6.389,77. Indeks ini sempat mencetak rekor tertinggi baru tak lama setelah pembukaan, tetapi hanya naik 0,2%.
Indeks S&P 500 berakhir hampir stagnan karena pelaku pasar mengabaikan kesepakatan dagang antara AS dan Uni Eropa, sementara pekan penuh katalis pasar, termasuk keputusan suku bunga The Fed sudah di depan mata.
Indeks Dow Jones Industrial Average turun 64,36 poin atau 0,14% menjadi 44.837,56, sementara Nasdaq Composite menguat 0,33% dan ditutup di 21.178,58. Indeks yang didominasi saham teknologi ini juga mencatat rekor tertingginya pada Senin.
Para investor tengah bersiap menyambut serangkaian data penting, termasuk pekan tersibuk musim laporan keuangan sejauh ini, keputusan suku bunga the Fed dan laporan ketenagakerjaan pada Jumat.
Lebih dari 150 perusahaan dalam indeks S&P 500 dijadwalkan merilis laporan keuangannya, termasuk raksasa teknologi "Magnificent Seven" seperti Meta Platforms dan Microsoft pada Rabu, disusul oleh Amazon dan Apple pada Kamis.
Investor akan memperhatikan komentar-komentar perusahaan mengenai pengeluaran untuk AI sebagai arah apakah investasi besar ke penyedia layanan hyperscale tahun ini memang layak.
The Fed akan mengadakan pertemuan kebijakan selama dua hari yang akan berakhir pada Rabu. Meskipun bank sentral diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuan jangka pendek di kisaran saat ini yaitu 4,25% hingga 4,5%, para pelaku pasar akan mencermati petunjuk apakah pemangkasan suku bunga mungkin terjadi pada pertemuan September.
Pada Jumat, investor juga akan mencermati laporan pekerjaan Juli untuk mengukur kesehatan ekonomi. Laporan tersebut diperkirakan akan menunjukkan penambahan 102.000 pekerjaan, turun dari 147.000 pada Juni.
Hari Jumat juga merupakan batas waktu yang ditetapkan P
residen Donald Trump bagi mitra dagang untuk mulai membayar tarif.
"Dengan pasar yang mendorong ke level tertinggi baru dan volatilitas turun ke level terendah sejak Februari, dua tantangan besar yang dihadapi investor adalah rasa puas diri dan dorongan untuk mengejar pasar," kata Daniel Skelly, direktur pelaksana di Morgan Stanley Wealth Management, dikutip dari CNBC International.
Dia menambahkan meskipun ada perkembangan positif di sisi perdagangan, dampak penuh dari tarif masih menjadi tanda tanya.
Pada Minggu, Presiden AS Donald Trump mengumumkan bahwa AS telah mencapai kesepakatan dengan Uni Eropa untuk menurunkan tarif menjadi 15%.
Sebelumnya, Trump mengancam akan memberlakukan tarif sebesar 30% terhadap sebagian besar barang impor dari mitra dagang terbesar AS itu.
Pada Senin, Trump mengatakan bahwa tarif dasar global bagi negara-negara yang belum merundingkan ulang perjanjian dagang dengan AS kemungkinan akan berada di kisaran 15% hingga 20%.
"Minggu ini adalah mimpi dan sekaligus ketakutan bagi para trader. Ada begitu banyak peristiwa penting yang bisa terjadi. Apa yang akan menjadi berita utama terbesar antara keputusan FOMC dan konferensi pers Ketua The Fed?" kata Jay Woods, kepala strategi global di Freedom Capital Markets.
Data ekonomi lainnya yang dijadwalkan minggu ini termasuk JOLTS (Job Openings and Labor Turnover Survey) pada Selasa, laporan tenaga kerja sektor swasta ADP pada Rabu, dan klaim pengangguran mingguan pada hari Kamis.
Hari ini pelaku pasar akan mengarahkan perhatian pada rilis data tenaga kerja AS (JOLTs) malam nanti dan perkembangan terbaru kesepakatan dagang Amerika Serikat dengan sejumlah negara utama.
Di tengah tekanan eksternal, pemerintah menyampaikan nada optimisme bahwa pertumbuhan ekonomi tahun ini masih bisa menyentuh 5%. Namun sinyal waspada tetap diberikan, terutama karena sektor manufaktur belum sepenuhnya pulih dan tekanan global belum reda.
Ekonomi RI Optimistis Tumbuh 5%, Tapi Waspadai Manufaktur & Modal Asing
Di tengah gejolak global, Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) menegaskan bahwa ekonomi Indonesia tetap berada di jalur positif. Dalam konferensi pers Senin (28/7), Menteri Keuangan Sri Mulyani menyatakan bahwa pertumbuhan kuartal II-2025 diyakini tetap solid, berkat konsumsi rumah tangga, daya beli masyarakat, serta dukungan APBN yang berfungsi sebagai bantalan fiskal.
Menteri Keuangan Sri Mulyani memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa tembus 5% pada 2025. Tapi untuk mencapainya, Sri Mulyani menegaskan bahwa sektor swasta harus menjadi motor utama pertumbuhan. Untuk itu, pemerintah akan mempercepat deregulasi dan mengoptimalkan peran Danantara untuk memperluas pembiayaan strategis.
Pemerintah telah mengguyur stimulus ekonomi sejak kuartal I dan memperkuat belanja pada sektor prioritas. Program-program strategis seperti subsidi energi, bantuan sosial untuk kelompok rentan, serta relaksasi sektor UMKM masih berlanjut hingga semester II.
Namun KSSK juga mencermati tanda-tanda pelemahan di sektor manufaktur. PMI Indonesia masih kontraksi di level 46,9 pada Juni lalu, dan ini menjadi sinyal bahwa tekanan global mulai menyentuh industri dalam negeri. Pemerintah mewaspadai risiko rambatan yang lebih luas.
Gubernur BI Perry Warjiyo juga menjelaskan bahwa bank sentral terus memperlonggar likuiditas melalui pemangkasan lelang Sekuritas Rupiah BI (SRBI). Posisi SRBI telah menyusut lebih dari Rp140 triliun hanya dalam waktu beberapa bulan terakhir. Aksi ini dilakukan pasca BI memangkas suku bunga acuan secara bertahap hingga Juli, masing-masing 25 bps, untuk menjaga daya dorong ekonomi.
BI Siap Pangkas Suku Bunga Lagi
Bank Indonesia (BI) membuka ruang penurunan suku bunga acuan atau BI rate ke depan. Hal ini dikarenakan prakiraan rendahnya inflasi dan stabilitas nilai tukar rupiah.
Sebagai catatan, BI sudah memangkas suku bunga tiga kali tahun ini yakni pada Januari, Mei, dan Juli masing-masing 25 bps menjadi 5,25%.
"BI ke depan masih melihat ruang untuk penurunan suku bunga lebih lanjut," ungkap Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers, di Kantor Pusat LPS, Jakarta, Senin (28/7/2025)
"Kebijakan suku bunga tetap konsisten dengan rendahnya prakiraan inflasi dengan sasaran 2,5 plus minus 1%," ujarnya.
Begitu juga dengan nilai tukar rupiah. Menurut Perry hingga saat ini rupiah bergerak stabil di tengah tingginya ketidakpastian global.
Perry menambahkan, penurunan suku bunga diperlukan untuk mendorong perekonomian nasional. Turunnya BI rate harusnya diikuti dengan pemangkasan bunga kredit perbankan.
"Kami akan terus mencermati ruang itu untuk dorong pertumbuhan ekonomi dengan tetap mempertahankan stabilitas nilai tukar rupiah dah pencapaian sasaran inflasi," jelasnya.
Besaran penurunan BI rate dan waktunya akan melihat dinamika yang terjadi pada level global maupun dalam negeri.
Data JOLTs dan Rapat The Fed
Pelaku pasar akan mencermati rilis data Job Openings and Labor Turnover Survey (JOLTs) dari Amerika Serikat untuk periode Juni. Ini akan menjadi salah satu indikator penting menjelang keputusan suku bunga The Fed pada Kamis dini hari.
Pada rilis sebelumnya, JOLTs menunjukkan lonjakan signifikan, lowongan kerja naik 374.000 menjadi 7,769 juta tertinggi sejak November 2024 dan jauh melampaui ekspektasi. Kenaikan terutama terjadi di sektor jasa makanan, keuangan, dan asuransi, sedangkan sektor pemerintahan justru mengalami penurunan.
Jika JOLTs kembali melonjak, pasar akan memperkuat ekspektasi bahwa kondisi tenaga kerja AS masih sangat ketat. Ini bisa mendorong nada hawkish dari Ketua The Fed Jerome Powell dalam FOMC 30 Juli mendatang. Sebaliknya, jika lowongan melemah, kemungkinan sikap dovish akan menguat membuka ruang bagi penguatan pasar negara berkembang seperti Indonesia.
The Fed akan menggelar rapat FOMC mulai hari ini, Selasa waktu Indonesia dan akan mengumumkan kebijakan pada Rabu waktu AS atau Kamis dini hari mendatang.
Meskipun bank sentral diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuan jangka pendek di kisaran saat ini yaitu 4,25% hingga 4,5%, para pelaku pasar akan mencermati petunjuk apakah pemangkasan suku bunga mungkin terjadi pada pertemuan September.
Deal Dagang Mulai Terbentuk, Tapi Ketegangan Belum Reda
Pekan ini juga menjadi momen penting dalam lanskap perdagangan global. Presiden AS Donald Trump telah mengumumkan sejumlah kesepakatan dagang bilateral dengan Uni Eropa, Indonesia, Jepang, Vietnam, hingga Filipina hanya beberapa hari menjelang tenggat tarif 1 Agustus.
Kesepakatan dengan Uni Eropa menetapkan tarif 15% atas sebagian besar barang Eropa yang masuk AS, termasuk kendaraan, namun tidak mencakup produk farmasi dan pesawat. Sebagai balasan, Uni Eropa akan menggelontorkan investasi dan belanja energi senilai lebih dari US$1,3 triliun di AS.
Indonesia juga termasuk dalam daftar negara yang berhasil mencapai kesepakatan. Trump menetapkan tarif resiprokal 19% untuk produk Indonesia, namun membuka hampir seluruh akses ekspor AS ke Indonesia. Termasuk dalam paket ini adalah penghapusan hambatan lisensi pangan, dukungan digital economy, dan akses atas komoditas strategis.
Namun, ketegangan masih tersisa. India dan China belum mencapai kesepakatan, dan risiko eskalasi masih terbuka. Walau China sudah menyepakati ekspor rare earth dan AS mencabut sebagian larangan dagang, pasar tetap berhati-hati terhadap kemungkinan kejutan tarif di menit-menit akhir.
Ketegangan Baru AS vs Rusia, Kamboja vs Thailand Damai
Ketegangan antara Rusia dan AS kemabli meningkat setelah Presiden AS Donald Trump pada Senin (28/7/2025) menetapkan tenggat waktu, yaitu 10 atau 12 hari, bagi Rusia untuk mencapai kemajuan dalam mengakhiri perang di Ukraina atau menghadapi konsekuensinya. Hal ini menggarisbawahi rasa frustrasi terhadap Presiden Rusia Vladimir Putin atas konflik yang telah berlangsung selama 3,5 tahun tersebut.
Trump telah mengancam akan menjatuhkan sanksi kepada Rusia dan negara-negara pembeli ekspornya jika tidak ada kemajuan. Tenggat waktu baru ini menunjukkan bahwa presiden AS siap untuk menindaklanjuti ancaman-ancaman tersebut setelah sebelumnya ragu-ragu
Berbicara di Skotlandia, tempat ia mengadakan pertemuan dengan para pemimpin Eropa dan bermain golf, Trump mengatakan ia kecewa dengan Putin dan memperpendek tenggat waktu 50 hari yang telah ia tetapkan untuk masalah ini awal bulan ini.
"Saya akan membuat tenggat waktu baru sekitar ... 10 atau 12 hari dari hari ini," kata Trump kepada para wartawan saat bertemu dengan Perdana Menteri Inggris Keir Starmer. "Tidak ada alasan untuk menunggu... Kami hanya tidak melihat adanya kemajuan.
Sebaliknya, Kamboja dan Thailand sepakat melakukan gencatan senjata "segera dan tanpa syarat", dalam langkah diplomatik penting yang dimediasi oleh Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim di Kuala Lumpur, Senin (28/7/2025).
Thailand dan Kamboja resmi menyetujui gencatan senjata, Senin (28/7/2025). Pengumuman resmi diberikan Perdana Menteri (PM) Malaysia Anwar Ibrahim dan akan berlaku tengah malam 28 Juli 2025.
"Baik Kamboja maupun Thailand mencapai kesepahaman bersama sebagai berikut," ujar Anwar yang menjadi tuan rumah pertemuan di Putrajaya, Malaysia.
"Pertama, gencatan senjata segera dan tanpa syarat yang berlaku mulai 24 jam waktu setempat, tengah malam tanggal 28 Juli 2025, malam ini," tambahnya.
Dolar Terbang Lagi
Indeks dolar menguat signifikan pada perdagangan kemarin dan berakhir di posisi 98,63 atau terkuat dalam delapan hari terakhir. Indeks dolar yang menguat menandai investor tengah memburu dolar AS dan meninggalkan instrumen non-dolar, termasuk rupiah. Nilai tukar rupiah pun dikhawatirkan kembali melemah.
Dolar yang semakin menarik membuat IHSG, rupiah hingga obligasi rawan outflow sehingga mencatatkan kinerja buruk.
Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:
- Rilis data Job Openings and Labor Turnover Survey (JOLTs) dari Amerika Serikat untuk periode Juni
-
Presiden Republik Indonesia menerima kunjungan kenegaraan Perdana Menteri Kerajaan Malaysia di Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat.
-
Opening Ceremony INAMARINE & RAILWAYTECH Indonesia 2025 di JIExpo, Kemayoran, Jakarta Pusat. Turut hadir Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan.\
-
Rapat koordinasi tindak lanjut peluncuran kelembagaan 80 ribu Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih dan implementasi peraturan menteri terkait dukungan operasional Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih di kantor Kementerian Koordinator Bidang Pangan, Jakarta Pusat.
-
Rapat Pimpinan Nasional Himpunan Pengembangan Ekosistem Alat Kesehatan Indonesia di Hotel The Westin, Jakarta Selatan. Turut hadir antara lain Menteri Perindustrian.
-
Medco E&P Natuna Ltd. menggelar seremoni peresmian produksi perdana Proyek Terubuk WHP-M yang akan dihadiri Kepala SKK Migas di The Energy Building, SCBD, Jakarta Selatan.
-
Impact Preneurs Summit 2025 di Auditorium Cakti Buddhi Bhakti, kantor pusat Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan, Jakarta Selatan.
-
Bisnis Indonesia Midyear Challenges 2025 di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat. Turut hadir antara lain Menteri Koordinator Bidang Perekonomian dan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia.
-
Diskusi publik INDEF "Angka Kemiskinan Turun, Kesejahteraan Naik?" di kantor INDEF, Jakarta Selatan.
Berikut sejumlah agenda emiten di dalam negeri pada hari ini:
- tanggal Pembayaran Dividen Tunai Kawasan Industri Jababeka Tbk
Berikut Indikator Ekonomi RI:
CNBC Indonesia Research
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.