
RI Tunggu Kabar dari China & Sabda Powell, Was-was IHSG-Rupiah Goyang!

Bursa saham Amerika Serikat mayoritas ditutup melemah pada perdagangan Jumat (18/7/2025), di tengah kekhawatiran pasar terhadap potensi perang dagang baru antara AS dan Uni Eropa.
Presiden Donald Trump dikabarkan tengah mendorong penerapan tarif minimum sebesar 15-20% terhadap produk impor dari Eropa. Langkah ini menjadi bagian dari tekanan Trump menjelang tenggat 1 Agustus, di mana tarif bisa melonjak hingga 30% jika kesepakatan perdagangan tak kunjung tercapai.
Mengutip CNBC Internasional, Dow Jones turun 142 poin atau 0,32% ke level 44.342,19. S&P 500 juga terkoreksi tipis 0,01% ke 6.296,79, meskipun sempat menyentuh rekor harian. Nasdaq justru menguat tipis 0,05% ke 20.895,66.
Di tengah gejolak tarif, beberapa saham juga mengalami tekanan tersendiri. Saham 3M anjlok lebih dari 3% setelah memangkas proyeksi pertumbuhan penjualan tahun ini. American Express juga ikut turun 2% karena laporan kinerjanya tidak memenuhi ekspektasi pasar.
Sementara itu, Netflix mencatat penurunan saham hingga 5% usai memproyeksikan margin operasional semester II yang lebih rendah dibanding paruh pertama tahun ini.
Namun secara mingguan, performa Wall Street masih terbilang solid. Nasdaq mencatat kenaikan 1,5%, S&P 500 naik 0,6%, dan hanya Dow Jones yang sedikit melemah.
Sejumlah laporan keuangan perusahaan menjadi penopang sentimen positif. Sekitar 12% perusahaan dalam indeks S&P 500 telah melaporkan hasil kuartal II, dan 83% di antaranya berhasil melampaui ekspektasi analis. Beberapa emiten seperti PepsiCo dan United Airlines bahkan melonjak usai membukukan laba di atas perkiraan.
Di luar isu perdagangan dan laporan keuangan, pasar juga mencermati data ekonomi terbaru. Survei Konsumen dari University of Michigan menunjukkan peningkatan sentimen sebesar 1,8% pada Juli menjadi 61,8, level tertinggi sejak Februari. Data ini turut mencerminkan berkurangnya kekhawatiran konsumen terhadap inflasi, meski tekanan dari potensi tarif tetap membayangi.
CEO Mahoney Asset Management, Ken Mahoney, mengatakan bahwa pasar saat ini berada dalam mode "risk-on", namun arah kebijakan suku bunga The Fed tetap menjadi pertimbangan utama.
Menurutnya, dalam sejarah, bull market seringkali berjalan lebih kuat tanpa pemangkasan suku bunga. Tapi melihat inflasi yang mulai mereda dan proyeksi pertumbuhan ekonomi yang masih positif, peluang pemangkasan tetap terbuka jika diperlukan.
Secara keseluruhan, pekan lalu menjadi periode yang cukup dinamis bagi Wall Street, dengan kombinasi antara kabar dari Gedung Putih, rilis kinerja emiten besar, serta data ekonomi yang terus menjadi panduan investor dalam menentukan arah pasar selanjutnya.
(tsn/tsn)
