Newsletter

Bank Dunia Beri Kabar Buruk, IHSG - Rupiah Semoga Aman

Revo M, CNBC Indonesia
11 June 2025 06:20
new york stock exchange (nyse)
Foto: Infografis/ Nah Lho! 2 Negara Ini Diramal Kena Krisis Ekonomi di 2024/ Ilham Restu

Indeks saham Amerika naik pada hari Selasa atau Rabu dini hari waktu Indonesia karena investor berharap adanya hasil positif dari pembicaraan dagang antara Amerika Serikat dan China.

Dow Jones Industrial Average naik 105,11 poin atau 0,25% dan ditutup di angka 42.866,87. S&P 500 menguat 0,55% menjadi 6.038,81, sementara Nasdaq Composite naik 0,63% dan berakhir di 19.714,99. 

Pembicaraan antara pejabat Amerika dan China di London berlanjut pada hari kedua. Menteri Perdagangan AS, Howard Lutnick, menyatakan bahwa ia berharap diskusi akan selesai pada Selasa malam, namun bisa berlanjut hingga Rabu jika diperlukan.

"Saya rasa pembicaraan berjalan sangat, sangat baik. Kami benar-benar mencurahkan waktu, tenaga, dan energi-semua pihak bekerja keras dan fokus," ujar Lutnick kepada wartawan di London.

Para pelaku pasar memantau pembicaraan ini untuk melihat apakah akan tercapai kesepakatan yang tidak melibatkan penerapan tarif tinggi antar kedua negara. Bulan lalu, kedua negara sepakat untuk memangkas sementara bea masuk mereka, yang dianggap sebagai terobosan penting setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan rencana tarif tinggi secara luas terhadap barang impor.

Pasar saham telah reli sepanjang bulan Juni ini karena investor tetap optimistis terhadap kelanjutan pembicaraan perdagangan global dan kekuatan pasar secara umum. Kenaikan ini didukung oleh hasil laba perusahaan yang kuat serta kebangkitan saham teknologi, terutama setelah banyak pengumuman terkait kecerdasan buatan belakangan ini.

"Secara teknikal, saham-saham telah mengalami kenaikan yang baik dan berhasil melewati level-level kunci untuk kembali ke jalurnya. Dalam jangka panjang, minggu ini dimulai tepat di atas garis tren turun sejak tertinggi tahunan," kata Jay Woods, Kepala Strategi Global di Freedom Capital Markets.

"Kenaikan ini mirip dengan banyak saham teknologi lain yang mencoba kembali ke level tertingginya. Kabar baiknya adalah, dengan arah pergerakan yang berubah, bahkan koreksi pun tampaknya memiliki titik pijakan yang kuat dan peluang masuk yang menarik dari sisi risiko/imbalan," tambah Woods.

Meski begitu, sebagian investor masih khawatir bahwa tarif yang ada saat ini bisa mendorong inflasi dalam waktu dekat, yang pada akhirnya akan memberatkan pasar saham.

"Meski gambarannya belum sepenuhnya jelas, tarif-tarif yang dapat ditegakkan tetap ada. The Fed khawatir bahwa dampak inflasi yang sebenarnya belum sepenuhnya muncul. Berdasarkan struktur tarif yang kompleks saat ini, kami memperkirakan bahwa sektor otomotif, pakaian, dan makanan akan menunjukkan tanda-tanda awal dari inflasi akibat tarif."kata Mark Malek, Chief Investment Officer di Siebert Financial. "

(rev/rev)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular