Newsletter

Bank Dunia Beri Kabar Buruk, IHSG - Rupiah Semoga Aman

Revo M, CNBC Indonesia
11 June 2025 06:20
Nah Lho! 2 Negara Ini Diramal Kena Krisis Ekonomi di 2024
Foto: Infografis/ Nah Lho! 2 Negara Ini Diramal Kena Krisis Ekonomi di 2024/ Ilham Restu
  • Pasar keuangan Indonesia ditutup menguat pada perdagangan kemarin, IHSG dan rupiah terapresiasi
  • Wall Street kompak menguat di tengah penantian data inflasi AS dan perkembangan pembicaraan dagang AS-China
  • Proyeksi pertumbuhan Bank Dunia, data ekonomi dalam  negeri dan AS hingga China akan menggerakkan pasar hari ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia ditutup beragam pada pertandingan kemarin, Selasa (10/6/2025). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terbang, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat tipis, dan Surat Berharga Negara (SBN) terpantau dijual investor.

Pasar keuangan diperkirakan cenderung positif pada hari ini di tengah sentimen yang cukup tenang baik dari dalam maupun luar negeri. Selengkapnya mengenai proyeksi dan sentimen pasar bisa dibaca pada halaman 3 artikel ini.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melesat 1,65% ke level 7.230 pada penutupan perdagangan kemarin, Selasa (10/6/2025). Sebanyak 352 saham naik, 261 saham turun, dan 195 saham stagnan.

Nilai transaksi hingga akhir perdagangan mencapai Rp17,88 triliun dengan melibatkan 29,15 miliar saham dalam 1,52 juta kali transaksi.

Investor asing mencatatkan net buy dalam jumlah yang cukup besar yakni Rp1,03 triliun (all market) dengan rincian Rp1,01 triliun (regular market) dan Rp20,23 miliar (negosiasi dan tunai)

Secara sektoral, sembilan dari 11 mengalami apresiasi dengan penguatan paling signifikan yakni sektor teknologi sebesar 3,54%, kemudian sektor transportasi yang naik 3,53%, dan sektor energi yang menguat 2,18%.

Sementara sektor healthcare dan property masing-masing tertekan sebesar 0,98% dan 0,11%.

Salah satu sentimen yang mendorong kinerja IHSG kemarin yakni terkait kelanjutan perang tarif dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China.

Pejabat dari AS dan China mengadakan pembicaraan perdagangan pada Senin di London, Inggris dengan Menteri Keuangan AS Scott Bessent, Menteri Perdagangan Howard Lutnick, dan Perwakilan Dagang Jamieson Greer mewakili pihak AS.

Direktur Dewan Ekonomi Nasional, Kevin Hassett, mengatakan kepada AS sedang mencari kepastian bahwa China akan kembali mengekspor mineral kritis.

"Harapan kami adalah... segera setelah jabat tangan terjadi, segala bentuk pembatasan ekspor dari pihak AS akan dilonggarkan, dan rare earth akan dilepas dalam volume besar, lalu kita bisa kembali menegosiasikan hal-hal yang lebih kecil." Imbuh Hasset dalam program "Squawk Box" di CNBC International.

Beralih ke pasar mata uang, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada Selasa (10/6/2025) ditutup pada posisi Rp16.265/US$ atau menguat 0,03%.

Rupiah terpantau mengalami penguatan di tengah dolar yang menguat karena pembicaraan perdagangan antara AS dan China berlanjut hingga hari kedua dan investor berharap akan ada hasil yang sukses.

Sentimen terhadap mata uang tersebut tetap rapuh karena kekhawatiran atas "kebijakan perdagangan AS yang tidak menentu dan risiko fiskal," kata analis IG dalam sebuah catatan.

Harapan akan gencatan senjata tarif antara dua ekonomi terbesar dunia tersebut menopang dolar, yang telah menghadapi tekanan tahun ini di tengah kebijakan perdagangan Presiden Donald Trump yang melemahkan kepercayaan investor terhadap aset-aset AS.

Pasar juga mencermati laporan CPI dan PPI yang akan datang minggu ini, yang diharapkan memberikan wawasan lebih jauh mengenai dinamika inflasi dan dampak ekonomi akibat sengketa perdagangan yang berkepanjangan.

Selanjutnya, pada imbal hasil SBN yang bertenor 10 tahun terpantau kembali naik tipis ke angka 6,752%.

Perlu diketahui, hubungan yield dan harga pada SBN ini berbanding terbalik, artinya ketika yield naik berarti harga obligasi turun, hal ini menunjukkan investor mengurangi porsinya dalam aset SBN.

Indeks saham Amerika naik pada hari Selasa atau Rabu dini hari waktu Indonesia karena investor berharap adanya hasil positif dari pembicaraan dagang antara Amerika Serikat dan China.

Dow Jones Industrial Average naik 105,11 poin atau 0,25% dan ditutup di angka 42.866,87. S&P 500 menguat 0,55% menjadi 6.038,81, sementara Nasdaq Composite naik 0,63% dan berakhir di 19.714,99. 

Pembicaraan antara pejabat Amerika dan China di London berlanjut pada hari kedua. Menteri Perdagangan AS, Howard Lutnick, menyatakan bahwa ia berharap diskusi akan selesai pada Selasa malam, namun bisa berlanjut hingga Rabu jika diperlukan.

"Saya rasa pembicaraan berjalan sangat, sangat baik. Kami benar-benar mencurahkan waktu, tenaga, dan energi-semua pihak bekerja keras dan fokus," ujar Lutnick kepada wartawan di London.

Para pelaku pasar memantau pembicaraan ini untuk melihat apakah akan tercapai kesepakatan yang tidak melibatkan penerapan tarif tinggi antar kedua negara. Bulan lalu, kedua negara sepakat untuk memangkas sementara bea masuk mereka, yang dianggap sebagai terobosan penting setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan rencana tarif tinggi secara luas terhadap barang impor.

Pasar saham telah reli sepanjang bulan Juni ini karena investor tetap optimistis terhadap kelanjutan pembicaraan perdagangan global dan kekuatan pasar secara umum. Kenaikan ini didukung oleh hasil laba perusahaan yang kuat serta kebangkitan saham teknologi, terutama setelah banyak pengumuman terkait kecerdasan buatan belakangan ini.

"Secara teknikal, saham-saham telah mengalami kenaikan yang baik dan berhasil melewati level-level kunci untuk kembali ke jalurnya. Dalam jangka panjang, minggu ini dimulai tepat di atas garis tren turun sejak tertinggi tahunan," kata Jay Woods, Kepala Strategi Global di Freedom Capital Markets.

"Kenaikan ini mirip dengan banyak saham teknologi lain yang mencoba kembali ke level tertingginya. Kabar baiknya adalah, dengan arah pergerakan yang berubah, bahkan koreksi pun tampaknya memiliki titik pijakan yang kuat dan peluang masuk yang menarik dari sisi risiko/imbalan," tambah Woods.

Meski begitu, sebagian investor masih khawatir bahwa tarif yang ada saat ini bisa mendorong inflasi dalam waktu dekat, yang pada akhirnya akan memberatkan pasar saham.

"Meski gambarannya belum sepenuhnya jelas, tarif-tarif yang dapat ditegakkan tetap ada. The Fed khawatir bahwa dampak inflasi yang sebenarnya belum sepenuhnya muncul. Berdasarkan struktur tarif yang kompleks saat ini, kami memperkirakan bahwa sektor otomotif, pakaian, dan makanan akan menunjukkan tanda-tanda awal dari inflasi akibat tarif."kata Mark Malek, Chief Investment Officer di Siebert Financial. "

Gejolak masih belum selesai dan para investor tetap perlu buka mata lebar-lebar dengan kondisi yang ada saat ini meskipun secara umum, sentimen-sentimen baik dari dalam maupun luar negeri sudah mulai mereda.

Dari Timur Tengah (Timteng), Israel diklaim kembali memborbardir terhadap pelabuhan Hodeida di Yaman pada Selasa (10/6/2025) kembali meningkatkan ketegangan di kawasan Laut Merah, sekaligus mengancam aliran bantuan kemanusiaan bagi jutaan rakyat yang hidup di tengah konflik dan kelaparan.

Kejadian tersebut tentunya akan memberikan ketidakpastian terlepas apakah dampaknya besar atau kecil dan hal ini akan memberikan pengaruh juga kepada perspektif investor global untuk masuk ke pasar keuangan suatu negara termasuk Indonesia yang merupakan negara berkembang.

Sedangkan dari Tanah Air, sentimen yang ada saat ini relatif cukup positif dan dibuktikan dengan investor asing yang kembali ke Indonesia.

Timur Tengah Kembali Memanas

Serangan udara yang diklaim dilakukan Israel terhadap pelabuhan Hodeida di Yaman pada Selasa (10/6/2025). Serangan ini diumumkan oleh kelompok Houthi, meskipun belum diakui secara resmi oleh pemerintah Israel. Militer Israel hingga kini belum memberikan tanggapan atas laporan serangan tersebut.

Saluran berita satelit milik Houthi, al-Masirah, yang dikutip The Associated Press, melaporkan bahwa serangan tersebut menghantam dermaga pelabuhan di kota Hodeida, namun tidak memberikan rincian lebih lanjut. Hodeida merupakan pelabuhan utama untuk distribusi bantuan makanan dan kemanusiaan ke wilayah-wilayah yang terdampak konflik di Yaman sejak kelompok Houthi merebut ibu kota Sanaa pada 2014.

Sebelum serangan berlangsung, pada Senin (9/6/2025) malam, Israel mengeluarkan peringatan daring yang menyerukan evakuasi dari pelabuhan Ras Isa, Hodeida, dan al-Salif. Dalam peringatan tersebut, Israel menuduh rezim Houthi menggunakan pelabuhan-pelabuhan tersebut untuk "aktivitas terorisme."

Serangan ini terjadi di tengah rangkaian aksi militer dan serangan drone serta rudal yang terus dilakukan oleh kelompok Houthi terhadap Israel dan kapal-kapal komersial maupun militer di kawasan Laut Merah. Serangan-serangan ini diklaim sebagai bagian dari dukungan Houthi terhadap Hamas di Gaza dalam perang yang masih berlangsung antara Hamas dan Israel.

Timur Tengah adalah kawasan penghasil minyak terbesar di dunia. Konflik yang berkepanjangan dapat mengganggu pasokan minyak global, menyebabkan lonjakan harga minyak mentah. Jika harga minyak naik, Indonesia bisa mengalami kenaikan harga BBM, yang berpotensi memicu inflasi.

Secara keseluruhan, konflik di Timur Tengah berpotensi memberikan dampak ekonomi dan diplomatik bagi Indonesia. Pemerintah perlu mengantisipasi perubahan harga komoditas serta menjaga stabilitas ekonomi dalam menghadapi ketidakpastian global.

Cadangan Devisa (Cadev) RI Tetap

Cadev Indonesia periode Mei 2025 terpantau tetap US$152,5 miliar atau sama dengan bulan sebelumnya.

Berdasarkan siaran pers Bank Indonesia, Selasa (10/6/2025), posisi cadangan devisa pada akhir Mei 2025 setara dengan pembiayaan 6,4 bulan impor atau 6,2 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.

"Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan," tulis BI.

BI memandang posisi cadangan devisa memadai untuk mendukung ketahanan sektor eksternal sejalan dengan prospek ekspor yang tetap terjaga, neraca transaksi modal dan finansial yang diprakirakan tetap mencatatkan surplus, serta persepsi positif investor terhadap prospek perekonomian domestik dan imbal hasil investasi yang menarik.

"Bank Indonesia terus meningkatkan sinergi dengan Pemerintah dalam memperkuat ketahanan eksternal guna menjaga stabilitas perekonomian untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan."

Negosiasi RI Berjalan Baik

Pemerintah Amerika Serikat (AS) menganggap dokumen negosiasi tarif Indonesia sudah sesuai dengan kemauan pemerintahan Presiden AS Donald Trump. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, ini membuat rencana negosiasi tarif resiprokal dengan AS untuk putaran kedua tak jadi dibutuhkan. Rencananya, negosiasi tarif putaran kedua dijadwalkan pemerintah AS dengan Indonesia pada pekan ini. Namun, jadwal itu tak jadi dilanjutkan.

Salah satu poin negosiasi yang disampaikan Indonesia saat itu ialah Indonesia penawaran konkret untuk meningkatkan pembelian dan impor Indonesia dari AS untuk menyeimbangkan defisit perdagangan AS, antara lain pembelian produk energi (crude oil, LPG dan gasoline) serta peningkatan impor produk pertanian dari AS (soybeans, soybeans meal dan wheat) yang memang sangat dibutuhkan dan tidak diproduksi di Indonesia.

Airlangga saat itu juga menyampaikan komitmen Indonesia untuk kerja sama di bidang critical minerals, dukungan investasi AS dan juga komitmen untuk menyelesaikan permasalahan Non-Tariff Barrier (NTB) yang menjadi concern pihak pengusaha AS di Indonesia.

Dengan mengikuti kemauan pemerintahan Trump, Indonesia berusaha menjaga hubungan baik dengan AS, yang dapat berdampak positif pada kerja sama ekonomi dan investasi.

Inflasi AS Kembali Menanjak?

Pada malam hari ini, AS akan merilis data Indeks Harga Konsumen (IHK) yang diperkirakan mengalami kenaikan menjadi 2,5% yoy pada Mei 2025 atau lebih tinggi dibandingkan April 2025 yang sebesar 2,3% yoy.

Lebih lanjut, ukuran inti yang tidak termasuk harga pangan dan energi yang bergejolak, yang menjadi fokus pejabat Fed diperkirakan naik menjadi 2,9%, tertinggi dalam tiga bulan.

Hasil seperti itu tampaknya akan memperkuat kelambanan jangka pendek di bank sentral AS. Acuan suku bunga The Fed mengungkapkan bahwa pasar telah dengan tegas menepis kemungkinan kenaikan suku bunga pada bulan Juni atau Juli. 

Penjualan Mobil Indonesia

Pada Rabu (11/6/2025), terdapat rilis data penjualan mobil periode Mei 2025. Sebelumnya, penjualan mobil di Indonesia pada bulan April 2025 mengalami penurunan, tercatat sebanyak 51.205 unit secara wholesales, turun 27,8% dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 70.895 unit. Penurunan ini menjadi yang terburuk dalam 12 bulan terakhir, terutama dipengaruhi oleh libur panjang Idul Fitri.

Penjualan retail atau penjualan dari diler ke konsumen juga turun 3,2% secara tahunan (yoy), dari 58.890 unit pada April 2024 menjadi 57.031 unit pada April 2025. Secara keseluruhan, penurunan penjualan mobil di Indonesia pada April 2025 menunjukkan adanya dampak negatif dari libur panjang Idul Fitri terhadap aktivitas penjualan.

Bank Dunia Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global

Bank Dunia secara tajam memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global karena ketidakpastian perdagangan sebagai faktor utama.

Bank Dunia memperkirakan ekonomi global hanya akan tumbuh sebesar 2,3% pada 2025, turun dari proyeksi sebelumnya sebesar 2,7%.

"Ini akan menjadi tingkat pertumbuhan global paling lambat sejak 2008, kecuali pada masa resesi global secara menyeluruh," kata Bank Dunia dalam laporan Global Economic Prospects.

Ketidakpastian perdagangan disebut sangat membebani prospek ekonomi global, menurut Bank Dunia.

"Perselisihan internasional terutama soal perdagangan telah mengguncang banyak kepastian kebijakan yang sebelumnya membantu mengurangi kemiskinan ekstrem dan memperluas kemakmuran setelah Perang Dunia II berakhir," kata Indermit Gill, Wakil Presiden Senior dan Kepala Ekonom Bank Dunia, dalam laporan tersebut.

Bank Dunia juga menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi AS untuk tahun 2025 sebesar 0,9 poin persentase menjadi 1,4%, dan memangkas perkiraan pertumbuhan PDB kawasan euro sebesar 0,3 poin persentase menjadi 0,7%.

Bank Dunia mencatat bahwa jika ketegangan perdagangan meningkat, pertumbuhan bisa lebih lambat lagi. Namun, prospek bisa membaik jika negara-negara utama berhasil mencapai kesepakatan perdagangan jangka panjang.

"Analisis kami menunjukkan bahwa jika sengketa perdagangan saat ini diselesaikan dengan perjanjian yang memangkas tarif hingga setengah dari levelnya pada akhir Mei 2025, pertumbuhan global bisa meningkat sekitar 0,2 poin persentase rata-rata selama tahun 2025 dan 2026," jelas Gill.

Saat ini, Amerika Serikat dan banyak mitra dagangnya sedang dalam tahap negosiasi setelah Presiden AS Donald Trump memberlakukan tarif tinggi terhadap berbagai negara pada bulan April. Misalnya, pekan ini AS dan Tiongkok kembali bertemu di London setelah sebelumnya sepakat untuk menurunkan tarif sementara dalam pembicaraan pada bulan Mei.

Ekonomi China masih mempertahankan proyeksi pertumbuhan ekonomi China di angka 4,5% pada 2025 dan 4,0% pada 2026.

Untuk Indonesia, Bank Dunia (World Bank) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan tumbuh sebesar 4,7% pada tahun ini. Proyeksi ini masih sama dengan laporan Regional Economic Update 2025 yang dirilis 25 April lalu. Namun, proyeksi untuk Indonesia ini lebih rendah dibandingkan proyeksi awal tahun atau Januari ini, sebesar 5,1%.

Bank Dunia juga memperkirakan ekonomi Indonesia hanya akan tumbuh 4,8% pada 2026, lebih rendah dibandingkan proyeksi pada awal tahun atau Januari yakni 5,1%.

"Meskipun beberapa negara akan mendapat manfaat dari dukungan kebijakan fiskal-seperti program belanja sosial dan investasi publik di Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Vietnam-dampak makroekonomi penuh dari hambatan perdagangan yang lebih tinggi, yang sulit diprediksi, dapat menekan pertumbuhan," tulis Bank Dunia dalam laporannya.

Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:

  1. PPI Jepang periode Mei 2025 (06:50 WIB)
  2. Laju IHK AS periode Mei 2025 (19:30 WIB)
  3. Penjualan Mobil dan Motor Indonesia secara tahunan
  4. Presiden Prabowo Subianto menghadiri upacara pembukaan pameran industri pertahanan internasional Indo Defence 2024 di JIEXPO Kemayoran, Jakarta Pusat.

  5. MoU CT Advance Techology & Tubacex Group di Park Hyatt Jakarta Pusat. Turut hadir antara lain Dirjen ILMATE Kemenperin.

  6. Konferensi Pers KKP Inisiasi Kemandirian Garam Nasional Melalui K-SIGN Rote Ndao Media Center KKP, Jakarta Pusat. Narasumber antara lain Direktur Jenderal Pengelolaan Kelautan dan Direktur Utama PT Garam.

  7. International Conference on Infrastructure di Jakarta International Convention Center, Jakarta Pusat. Turut hadir antara lain Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur, Menteri PU, dan Menteri Dalam Negeri.

  8. Kunjungan kerja Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) ke Lapangan BP Tangguh, Teluk Bintuni, Papua Barat.

  9. Konferensi pers Dittipidsiber Bareskrim Polri Terkait Tindak Pidana Minyak dan Gas Bumi yang akan dilaksanakan di Gedung Awaloedin Djamin Bareskrim Polri Lantai 9, Jakarta Selatan.

  10. Fortinet Accelerate25 Asia di The Ritz-Carlton, Jakarta Selatan. Turut hadir Country Director Fortinet Indonesia dan Direktur Jenderal Pengawas Ruang Digital Kementerian Komdigi.

  11. Konferensi Pers peluncuran Kampanye Gerakan Berhenti Merokok untuk Indonesia Sehat di Ballroom Mutiara 1 & 2, JW Marriot Hotel Jakarta, Kuningan, Jakarta Selatan. Narasumber antara lain Ketua Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) dan Direktur PTM Kementerian Kesehatan.

Berikut sejumlah agenda emiten di dalam negeri pada hari ini:

  1. Pemberitahuan RUPS Rencana PT Sumber Tani Agung Resources Tbk (STAA)
  2. tanggal Pembayaran Dividen Tunai BFI Finance Indonesia Tbk (BFIN)
  3. tanggal DPS Dividen Tunai PT Soho Global Health Tbk (SOHO)
  4. tanggal DPS HMETD PT Habco Trans Maritima Tbk (HATM)
  5. tanggal DPS Dividen Tunai PT Jhonlin Agro Raya Tbk (JARR)
  6. tanggal DPS Dividen Tunai Samindo Resources Tbk (MYOH)
  7. tanggal ex Dividen Tunai BISI INTERNATIONAL Tbk (BISI)
  8. tanggal cum Dividen Tunai Selamat Sempurna Tb (SMSM)
  9. tanggal DPS Dividen Tunai Interim PT Sariguna Primatirta Tbk (CLEO)
  10. tanggal DPS Dividen Tunai PT Saraswanti Anugerah Makmur Tbk (SAMF)

Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular