Newsletter

Perang India-Pakistan Memanas & Fed Tahan Rate: RI Aman Atau Terancam?

Revo M, CNBC Indonesia
08 May 2025 06:10
India resmi melancarkan serangan ke Pakistan, Rabu (7/5/2025). Secara rinci, India menyerang sembilan lokasi di Pakistan dan Kashmir Pakistan,
Foto: India resmi melancarkan serangan ke Pakistan, Rabu (7/5/2025). Secara rinci, India menyerang sembilan lokasi di Pakistan dan Kashmir Pakistan, (Tangkapan Layar Video Telegram/بیسیمچی مدیا)

Sentimen penggerak pasar keuangan domestik hari ini lebih didominasi dari faktor eksternal, baik dari AS usai pengumuman suku bunga The Fed maupun kondisi terkini dari perang India dan Pakistan.

The Fed Tahan Suku Bunga

Bank sentral AS (The Fed) pada dini hari tadi memutuskan untuk kembali mempertahankan suku bunga acuannya di rentang 4,25-4,50%. 

Ini merupakan kali ketiga The Fed menahan suku bunganya setelah terakhir kali menurunkan suku bunganya pada pertemuan Desember 2024. Keputusan 

Keputusan menahan suku bunga mencerminkan sikap The Fed yang hati-hati dalam mengantisipasi dampak kebijakan tarif impor Presiden AS Donald Trump.

Komite Pasar Terbuka Federal yang menetapkan kebijakan mencatat bahwa "risiko pengangguran yang lebih tinggi dan inflasi yang lebih tinggi telah meningkat."

Ketua The Fed, Jerome Powell, menekankan bahwa meskipun ekonomi AS masih menunjukkan pertumbuhan yang solid dan pasar tenaga kerja tetap kuat, risiko terhadap inflasi dan pengangguran meningkat akibat ketidakpastian kebijakan perdagangan, terutama terkait tarif baru terhadap China.

Powell memperingatkan bahwa tarif tambahan yang diumumkan oleh pemerintahan Trump dapat menyebabkan stagflasi yang merupakan situasi di mana inflasi tinggi terjadi bersamaan dengan pertumbuhan ekonomi yang melambat dan meningkatnya pengangguran. Meskipun demikian, ia menegaskan bahwa The Fed memilih pendekatan "menunggu dan melihat atau wait and see" sambil memantau perkembangan ekonomi lebih lanjut sebelum mengambil tindakan kebijakan moneter tambahan.

Pertemuan The Fed berikutnya dijadwalkan pada Juni 2025. Investor dan pelaku pasar akan mencermati apakah ada perubahan dalam kebijakan moneter, terutama jika data ekonomi menunjukkan perlambatan lebih lanjut atau jika ketegangan perdagangan dengan China meningkat.

Sebagai catatan, per pagi hari ini berdasarkan CME FedWatch Tool, pelaku pasar meyakini bahwa The Fed masih akan kembali menahan suku bunganya pada pertemuan bulan dengan. Hanya 19,9% pelaku pasar yang berekspektasi untuk The Fed menurunkan suku bunganya sebesar 25 basis poin (bps).

CMEFoto: Meeting Probabilities
Sumber: CME FedWatch Tool

Panas Perang India vs Pakistan

India resmi melancarkan serangan ke Pakistan, Rabu (7/5/2025). Secara rinci, India menyerang sembilan lokasi di Pakistan dan Kashmir Pakistan.

"Keadilan Ditegakkan. Jai Hind! (Kemenangan untuk India)," tulis Angkatan Darat India pada X dalam pernyataan singkat.

Pihak Islamabad di sisi lain melaporkan sedikitnya tiga orang tewas dan 12 orang terluka akibat serangan ini. Menteri Pertahanan Pakistan Khawaja Asif mengatakan kepada Geo News bahwa "warga sipil tewas, termasuk wanita dan anak-anak" dalam operasi militer India.

"India mengklaim telah menyerang kamp-kamp teroris; ini tidak benar, media internasional dapat mengunjungi tempat-tempat yang menjadi sasaran warga sipil," kata Asif dalam sebuah pernyataan.

Delhi mengklaim serangan ini ditargetkan pada target teroris, yang diduga bertanggung jawab atas serangan 22 April di Pahalgam Kashmir, dan bukan sipil.

Menanggapi situasi ini, beberapa pemimpin dunia memberikan respon, seperti Trump yang mengaku baru mengetahui berita tersebut menjelang acaranya di ruang Oval. Menurutnya, serangan India ke tetangganya itu merupakan sesuatu yang memalukan.

"Ini memalukan. Kami baru saja mendengarnya, saat kami berjalan di pintu Ruang Oval, baru saja mendengarnya. Saya kira orang-orang tahu sesuatu akan terjadi berdasarkan sedikit kejadian di masa lalu, mereka telah bertempur untuk waktu yang lama, Anda tahu, mereka telah bertempur selama beberapa dekade dan abad," kata Trump dikutip CNN International.

"Saya hanya berharap ini berakhir dengan sangat cepat."

Selain itu, Pemerintah China menyatakan penyesalan dan kekhawatiran atas serangan India terhadap Pakistan. Negeri Presiden Xi Jinping itu mendesak kedua belah pihak untuk menahan diri dalam menanggapi eskalasi besar antara tetangganya yang bersenjata nuklir.

Senada dengan Pemerintah China, Pemerintah Rusia juga meminta India dan Pakistan untuk menahan diri. Kekerasan baru ini menjadi puncak ketegangan baru dua negara tetangga bersenjata nuklir tersebut.

"Sangat prihatin dengan meningkatnya konfrontasi militer," kata pernyataan pers Rusia.

"Meminta pihak-pihak untuk menahan diri guna mencegah memburuknya situasi lebih lanjut. Berharap ketegangan dapat diselesaikan melalui cara-cara diplomatik yang damai."

Apabila ketegangan ini semakin memanas, maka Indonesia menjadi salah satu negara yang akan terkena dampaknya, seperti pelemahan nilai tukar rupiah, terhambatnya perdagangan dan menyebabkan penurunan permintaan dari kedua negara, serta terganggunya rantai pasok global.

Saham Sektor Basic Materials Kembali Berpesta

Bersamaan dengan menanjaknya IHSG, sektor basic materials juga mengalami apresiasi sebesar 2,18% dengan Barito Pacific (BRPT) dan Aneka Tambang (ANTM) menjadi dua emiten dengan top 10 market cap di sektor ini yang mengalami kenaikan fantastis yakni masing-masing sebesar 8,33% dan 8,27%.

Bank Sentral China (PBoC) Dongkrak Ekonomi

PBoC  mengambil langkah pelonggaran kebijakan moneter. Langkah ini mencerminkan keprihatinan Presiden Xi Jinping terhadap tekanan ekonomi yang meningkat. Xi Jinping kini semakin gencar mengambil langkah-langkah untuk mengatasi tekanan ekonomi yang makin berat, terutama akibat perang dagang yang berkepanjangan. 

Gubernur bank sentral China, Pan Ghongseng, mengatakan Beijing akan memangkas suku bunga utama dan menurunkan jumlah cadangan kas yang wajib disimpan oleh bank untuk mendorong peningkatan kredit.

"Rasio cadangan wajib akan dipangkas sebesar 0,5 poin persentase," kata Pan Gongsheng, dikutip dari AFP.

Dia menambahkan bahwa suku bunga reverse repo tujuh hari juga akan diturunkan dari 1,5% menjadi 1,4%.

Sebagai upaya untuk meningkatkan permintaan, Pan juga mengatakan bahwa bank sentral akan memangkas suku bunga pinjaman untuk pembelian rumah pertama dengan tenor lebih dari lima tahun menjadi 2,6%, dari sebelumnya 2,85%.

Dikutip dari Xinhua, berikut 10 kebijakan moneter baru China:

  1. Menurunkan rasio cadangan wajib (RRR) sebesar 0,5 poin persentase, yang diperkirakan akan menyediakan sekitar CNY 1 triliun likuiditas jangka panjang ke pasar.
  2. Menyempurnakan sistem cadangan wajib, dengan penurunan sementara RRR dari 5% menjadi 0% untuk perusahaan pembiayaan otomotif dan perusahaan leasing keuangan.
  3. Menurunkan suku bunga kebijakan sebesar 0,1 poin persentase, yaitu suku bunga reverse repo 7 hari di pasar terbuka diturunkan dari 1,5% menjadi 1,4%. Ini diharapkan akan mendorong suku bunga LPR (loan prime rate) turun sekitar 0,1 poin persentase.
  4. Menurunkan suku bunga instrumen kebijakan moneter struktural sebesar 0,25 poin persentase, termasuk:

* Berbagai suku bunga alat struktural khusus
*
Suku bunga refinancing untuk pertanian dan usaha kecil dari 1,75% menjadi 1,5%
*
Suku bunga PSL (Pledged Supplementary Lending) dari 2,25% menjadi 2%

5. Menurunkan suku bunga pinjaman dana perumahan (housing provident fund) sebesar 0,25 poin persentase, di mana suku bunga pinjaman rumah pertama dengan tenor lebih dari lima tahun diturunkan dari 2,85% menjadi 2,6%, dan suku bunga untuk tenor lainnya disesuaikan secara proporsional.

6. Menambah kuota refinancing untuk inovasi teknologi dan transformasi industri sebesar CNY 300 miliar, dari sebelumnya CNY 500 miliar menjadi CNY 800 miliar, guna terus mendukung pelaksanaan kebijakan "dua hal baru" (infrastruktur baru dan industrialisasi baru).

7.Mendirikan program refinancing sebesar CNY 500 miliar untuk konsumsi jasa dan perawatan lansia, guna mendorong bank-bank komersial meningkatkan
penyaluran kredit ke sektor tersebut.

8. Menambah kuota refinancing untuk sektor pertanian dan usaha kecil sebesar CNY 300 miliar, yang dikombinasikan dengan penurunan suku bunga terkait, untuk mendukung perluasan pinjaman ke sektor pertanian, usaha mikro, dan perusahaan swasta.

9. Mengoptimalkan dua alat kebijakan moneter untuk mendukung pasar modal, dengan menggabungkan:

* CNY 500 miliar untuk fasilitas swap bagi sekuritas, reksa dana, dan perusahaan asuransi

* CNY 300 miliar untuk refinancing pembelian kembali saham

10. Membuat mekanisme pembagian risiko untuk obligasi inovasi teknologi, di mana bank sentral menyediakan refinancing berbiaya rendah untuk membeli obligasi teknologi, bekerja sama dengan pemerintah daerah dan lembaga penjaminan pasar, guna menanggung sebagian risiko gagal bayar. Tujuannya adalah membantu perusahaan teknologi dan institusi investasi menerbitkan obligasi berbiaya rendah dan jangka panjang.

Ini adalah kali kesekian China mengeluarkan kebijakan untuk mendongkrak ekonomi. Negara yang dipimpin Presiden Xi Jinping ini terus menerus menggelontorkan fiskal dan moneter demi menggenjot ekonomi.

Lantas apa dampaknya untuk Indonesia?

Pertumbuhan ekonomi China dapat membawa berbagai dampak bagi Indonesia, baik yang menguntungkan maupun yang menantang. Salah satu keuntungan utama adalah meningkatnya ekspor Indonesia ke China, terutama dalam sektor komoditas seperti batu bara, minyak sawit, dan nikel, yang berkontribusi pada pertumbuhan perdagangan.

Selain itu, arus investasi dari China ke Indonesia berpotensi meningkat, khususnya dalam sektor infrastruktur dan manufaktur, sehingga dapat mempercepat perkembangan ekonomi nasional. Sektor pariwisata juga bisa merasakan manfaat, karena jumlah wisatawan asal China yang berkunjung ke Indonesia berpotensi meningkat, memberikan dorongan bagi industri pariwisata lokal.

Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi China juga membawa tantangan bagi Indonesia. Produk-produk China yang lebih terjangkau bisa membanjiri pasar domestik, sehingga meningkatkan persaingan bagi industri lokal.

Ketergantungan ekonomi yang terlalu besar terhadap China juga dapat menjadi risiko jika terjadi perubahan kebijakan atau krisis ekonomi di negara tersebut.

Selain itu, lonjakan permintaan dari China terhadap komoditas seperti energi dan bahan baku bisa menyebabkan kenaikan harga, yang berpotensi memicu inflasi di Indonesia. Oleh karena itu, Indonesia perlu merancang strategi yang cermat untuk mengoptimalkan peluang sekaligus mengantisipasi risiko yang dapat muncul akibat pesatnya pertumbuhan ekonomi China.

Cadangan Devisa April 2025

Pada hari ini, Bank Indonesia (BI) akan merilis data cadangan devisa (cadev) periode April 2025. 

Sebelumnya pada Maret 2025, cadev Indonesia naik menjadi US$157,1 miliar. Ini merupakan level tertinggi sepanjang sejarah, didorong oleh penerimaan pajak dan jasa serta penarikan pinjaman luar negeri oleh pemerintah. Kenaikan ini terjadi meskipun Bank Indonesia terus melakukan upaya stabilisasi nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global yang masih berlangsung.

Angka terbaru ini cukup untuk membiayai 6,7 bulan impor atau 6,5 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, dan jauh di atas standar kecukupan internasional yang sekitar 3 bulan impor. Bank sentral menegaskan bahwa cadangan devisa dalam beberapa bulan mendatang diperkirakan tetap memadai, ditopang oleh prospek ekspor yang positif, surplus transaksi modal dan finansial, serta imbal hasil investasi yang menarik.

Cadangan devisa memiliki peran krusial dalam menjaga stabilitas ekonomi suatu negara, seperti menstabilkan nilai tukar, membiayai impor, membantu pembayaran utang, meningkatkan kepercayaan investor, serta sebagai penyangga saat krisis.

Dengan cadev yang tebal, maka bank sentral dapat mengendalikan nilai tukar mata uang melalui intervensi di pasar valuta asing, sehingga mencegah fluktuasi yang dapat berdampak negatif pada perekonomian. Selain itu, cadev digunakan untuk membiayai impor berbagai barang dan jasa, memastikan kelancaran perdagangan internasional dan memenuhi kebutuhan domestik.

Pemerintah juga memanfaatkan cadev untuk melunasi utang luar negeri, menjaga stabilitas keuangan negara, serta memastikan kewajiban finansial terpenuhi secara tepat waktu. Selain itu, jumlah cadev yang cukup besar dapat meningkatkan kepercayaan investor terhadap kondisi ekonomi suatu negara, sehingga mendorong masuknya investasi asing.

Lebih lanjut, dalam situasi krisis ekonomi, cadev dapat berfungsi sebagai penyangga yang membantu menjaga likuiditas dan mengurangi risiko gejolak keuangan. Dengan pengelolaan yang baik, cadev dapat menjadi instrumen strategis dalam mempertahankan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi suatu negara.

(rev/rev)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular