Newsletter

Nasib Ekonomi RI Diumumkan Hari Ini, Awas! Kiriman "Badai" dari AS

Revo M, CNBC Indonesia
05 May 2025 06:15
new york stock exchange (nyse)
Foto: Infografis/ Indonesia Kalah Saing, Boleh Iri Dulu Gak Sama Vietnam?/ Ilham Restu

Saham-saham di bursa AS naik pada Jumat pekan lalu saat Wall Street mencerna laporan ketenagakerjaan nonpertanian untuk bulan April yang lebih baik dari perkiraan, yang meredakan kekhawatiran resesi dan mendorong indeks S&P 500 meraih rekor kemenangan terpanjangnya dalam lebih dari dua dekade.

Dilansir dari CNBC International, S&P 500 naik 1,47% dan ditutup pada 5.686,67. Ini menandai hari kesembilan berturut-turut indeks pasar luas tersebut mencatat kenaikan, sekaligus menjadi rekor kemenangan terpanjang sejak November 2004.

Dow Jones Industrial Average melonjak 564,47 poin atau 1,39%, mengakhiri sesi di 41.317,43. Nasdaq Composite naik 1,51% dan ditutup pada 17.977,73. Dengan lonjakan hari Jumat, S&P 500 kini telah pulih dari kerugian sejak 2 April, ketika Presiden AS, Donald Trump mengumumkan tarif "resiprokal". Ini terjadi sehari setelah Nasdaq yang didominasi saham teknologi mencapai pemulihan yang sama.

Jumlah tenaga kerja meningkat sebanyak 177.000 pada April, melampaui prediksi ekonom yang disurvei oleh Dow Jones yang memperkirakan 133.000. Meski angka ini menurun tajam dari penambahan 228.000 pada bulan Maret, namun jauh lebih baik dari yang ditakutkan setelah kekhawatiran resesi meningkat bulan lalu. Tingkat pengangguran berada di angka 4,2%, sesuai dengan ekspektasi.

Investor sudah optimis bahkan sebelum laporan pekerjaan yang kuat, setelah China menyatakan sedang mempertimbangkan kemungkinan memulai negosiasi dagang dengan AS.

Namun, otoritas China menegaskan kembali bahwa AS harus mencabut semua tarif sepihak, dengan menyatakan bahwa "jika AS ingin berbicara, maka harus menunjukkan ketulusan dan bersiap untuk memperbaiki praktik kelirunya serta membatalkan tarif sepihak." Kemudian pada hari yang sama, sebuah laporan dari The Wall Street Journal menyebut bahwa Beijing terbuka untuk melakukan pembicaraan dagang.

Wall Street juga mempertimbangkan laporan keuangan dari dua anggota "Magnificent Seven". Saham Apple turun 3,7% setelah pendapatan kuartal kedua fiskal dari divisi layanan mereka tidak mencapai perkiraan analis. Selain itu, pembuat iPhone ini mengatakan akan menambahkan biaya sebesar US$900 juta pada kuartal ini akibat tarif. Sementara itu, saham Amazon sedikit turun setelah perusahaan memberikan panduan keuangan yang lemah, dengan menyoroti "tarif dan kebijakan perdagangan" sebagai faktor penyebab.

"Kita sudah melihat bagaimana pasar keuangan bereaksi jika pemerintahan melanjutkan rencana tarif awal mereka, jadi kecuali mereka mengambil pendekatan berbeda di bulan Juli saat jeda 90 hari berakhir, kita akan melihat aksi pasar yang serupa dengan minggu pertama April," tambah Zaccarelli.

Saham-saham telah mengalami pemulihan luar biasa sejak Trump mengumumkan bulan lalu bahwa ia sementara menurunkan tarif baru untuk sebagian besar negara menjadi 10% selama 90 hari. Pasar semakin menguat belakangan ini, mendorong rangkaian kemenangan S&P 500, seiring dengan laporan laba perusahaan yang solid.

Ketiga indeks utama mencatat pekan positif kedua berturut-turut. S&P 500 naik 2,9%, masih sekitar 7% di bawah level tertingginya di bulan Februari setelah sebelumnya sempat turun hampir 20%. Dow mencatat kenaikan mingguan sebesar 3%, sementara Nasdaq naik 3,4%.

(rev/rev)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular