Newsletter

Investor Was-was: Wall Street Dihantam Sell Off, Awas RI Bisa Goyang

Revo M, CNBC Indonesia
11 April 2025 06:15
wall street
Foto: Bendera Amerika Serikat (Photo by Win McNamee/Getty Images)

Dari Amerika Serikat (AS), bursa saham Wall Street kembali jatuh pada perdagangan Kamis (10/4/2025) atau Jumat dini hari waktu Indonesia (11/4/2025). Wall Street jeblok karena aksi jual besar-besaran atau sell off dari pelaku saham.

Pelemahan kemarin menghapus sebagian dari lonjakan yang terjadi pada hari sebelumnya setelah Presiden Trump mengumumkan penangguhan selama 90 hari atas beberapa tarif "resiprokal"-nya.

Bursa Wall Street tetap ambruk kemarin karena Investor khawatir bahwa meskipun ada jeda sementara terhadap sebagian bea masuk tersebut, aktivitas ekonomi tetap akan melambat karena Trump secara khusus menargetkan China dengan tarif yang jauh lebih tinggi.

  • Indeks S&P 500: Turun 3,46% ke 5.268,05
  • Nasdaq Composite: Jatuh 4,31% ke 16.387,31
  • Dow Jones Industrial Average: Anjlok 1.014,79 poin (turun 2,5%) ke 39.593,66

Saham-saham teknologi besar mengalami penurunan signifikan:

  • Apple: Turun 4,2%
  • Tesla: Turun 7,3%
  • Nvidia: Turun hampir 6%
  • Meta Platforms: Turun hampir 7%

Pasar tampaknya khawatir bahwa jeda tarif sementara ini tidak cukup untuk menahan dampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi global, terutama dengan meningkatnya ketegangan perdagangan antara AS dan China.

Kerugian di pasar semakin membesar setelah Gedung Putih mengonfirmasi bahwa total kumulatif tarif terhadap China akan mencapai 145%.

Tarif ini terdiri dari bea baru sebesar 125% atas barang-barang, ditambah dengan tarif 20% yang diberlakukan sebelumnya sebagai tanggapan terhadap krisis fentanyl.

Berikut tarif yang saat ini berlaku:

  • 145% tarif atas semua barang dari China
  • 25% tarif atas aluminium, mobil, dan barang dari Kanada dan Meksiko yang tidak termasuk dalam Perjanjian Amerika Serikat-Meksiko-Kanada (USMCA)
  • 10% tarif atas semua impor lainnya

Meski begitu, Trump menyatakan pada Kamis sore bahwa ia tidak menutup kemungkinan untuk memperpanjang penangguhan tarif.

"Kita akan lihat nanti bagaimana situasinya," kata Trump dalam rapat Kabinet.

Meskipun sempat ada optimisme menyusul penangguhan tarif itu, banyak analis Wall Street berpandangan bahwa pasar belum sepenuhnya aman.

"Investor mulai sadar kembali. Ketidakpastian adalah masalah besar karena tarif 145% itu bisa saja berubah besok. Sulit sekali menentukan titik tertinggi atau terendah karena narasinya dan persepsi investor terus berubah drastis." ujar Melissa Brown, Direktur Pelaksana Riset Terapan di SimCorp, kepada CNBC International.

Meskipun beberapa tarif ditunda, kenaikan tarif terhadap China membuat total tarif efektif mencapai rekor tertinggi.

"Penundaan memang membantu, tetapi tidak menghilangkan ketidakpastian," tulis Michael Gapen, Kepala Ekonom AS di Morgan Stanley, dalam catatan Kamis, kepada CNBC International.

(rev/rev)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular