Newsletter

Liburan Usai, Bersiaplah Menghadapi Badai

Revo M, CNBC Indonesia
08 April 2025 06:13
Financial Markets Wall Street
Foto: Infografis/ Nah Lho! 2 Negara Ini Diramal Kena Krisis Ekonomi di 2024/ Ilham Restu

Bursa global masih mencatatkan kinerja negatif dan ambruk berjamaah.

Dari Amerika Serikat, bursa Wall Street bergerak beragam pada perdagangan Senin waktu AS atau Selasa dini hari waktu Indonesia (8/4/2025). Penutupan lebih baik dibandingkan Kamis dan Jumat pekan lalu di mana ketiga indeks Wall Street ambruk berjamaah.

Indeks Dow Jones Industrial Average turun sebesar 349,26 poin, atau 0,91%, dan ditutup di 37.965,60. Indeks dengan 30 saham ini sempat turun lebih dari 1.700 poin pada titik terendah. Indeks kemudian bergerak sebesar 2.595 poin dari titik terendah ke tertinggi, ini menjadi rekor perubahan arah dalam sejarah Dow Jones.

Indeks S&P 500 turun 0,23% dan ditutup di angka 5.062,25. Indeks sempat turun 4,7% pada titik terendah sesi perdagangan. Sempat memasuki wilayah pasar bearish selama sesi berlangsung, namun terakhir tercatat turun hampir 18% dari titik tertingginya baru-baru ini.

Indeks Nasdaq Composite di luar dugaan menguat 0,10% dan ditutup pada angka 15.603,26. Investor mulai membeli saham teknologi dengan kapitalisasi besar seperti Nvidia dan Palantir. Pada titik terendahnya di sesi perdagangan, indeks yang banyak diisi saham teknologi ini sempat turun lebih dari 5%.


Sementara itu, busa saham Eropa merosot untuk empat hari berturut-turut pada Senin kemarin di tengah aksi jual global yang dimulai minggu lalu setelah pengumuman terbaru tentang kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump.

Indeks pan-Eropa Stoxx 600 turun hingga 6% di awal sesi, namun sedikit memangkas kerugian dan ditutup turun 4,54%. Indeks CAC 40 Prancis anjlok 4,8%, sementara Indeks DAX Jerman turun 4,26% dan Indeks FTSE 100 Inggris kehilangan 4,4%.

Pasar saham global terguncang selama sesi sore di Eropa, sempat melonjak ke zona hijau setelah laporan media dan spekulasi di media sosial tentang kemungkinan jeda tarif. Juru bicara Gedung Putih, Karoline Leavitt, mengatakan bahwa pembicaraan tentang jeda 90 hari adalah "berita palsu."

Ketidakpastian semakin meningkat menjelang penutupan sesi Eropa, ketika Trump mengancam akan meningkatkan tarif terhadap China sebesar 50% lagi kecuali China membatalkan tarif balasan yang mereka kenakan.

Bursa Asia Pasifik Hancur

Pasar Asia-Pasifik kembali memperpanjang aksi jual pada Senin karena kekhawatiran akan perang dagang global yang dipicu oleh tarif Presiden AS Donald Trump memicu suasana penghindaran risiko (risk-off).

Bursa saham Hong Kong turun paling tajam.  Indeks Hang Seng anjlok 13,22% ke level 19.828,30, sementara Indeks Teknologi Hang Seng jatuh 17,16% ke 4.401,51. Indeks CSI 300 China daratan merosot 7,05% ke 3.589,44, menjadi penurunan satu hari terbesar sejak Oktober lalu.

Qi Wang, Kepala Investasi Manajemen Kekayaan di UOB Kay Hian mengatakan pasar China terpukul oleh langkah balasan Beijing terhadap tarif Trump. Dalam jangka pendek, Wang memperkirakan bahwa pasar akan bergerak mengikuti reaksi-reaksi ini.

Ke depan, Wang memperhatikan tanggapan resmi dari Uni Eropa, yang sebelumnya mengatakan tengah menyiapkan langkah-langkah balasan. Ia juga mencermati reaksi AS terhadap balasan terbaru dari China.

Wang juga memperhatikan sentimen politik di AS, terutama karena konsumen Amerika jelas tidak senang dengan langkah Beijing

Indeks acuan Jepang, Nikkei 225, turun 7,83% ke level terendah dalam 18 bulan di angka 31.136,58, sementara indeks yang lebih luas, Topix, merosot 7,79% ke 2.288,66. Sebelumnya di hari yang sama, perdagangan berjangka di Jepang sempat dihentikan karena mencapai batas bawah otomatis (circuit breakers).

Di Korea Selatan, indeks Kospi anjlok 5,57% ke 2.328,20, sementara Kosdaq (saham-saham kapitalisasi kecil) turun 5,25% ke 651,30.

Di Australia, indeks S&P/ASX 200 turun 4,23% dan ditutup pada level 7.343,30. Indeks acuan ini masuk ke wilayah koreksi setelah mencatat penurunan 11% sejak puncaknya pada Februari di sesi sebelumnya.

(rev/rev)
Pages

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular