Newsletter

Amerika Sudah Beri Kabar Baik, Masa Iya IHSG Tidak Mampu Bangkit?

Emanuella Bungasmara Ega Tirta, CNBC Indonesia
Selasa, 25/03/2025 06:20 WIB
Foto: Bendera Amerika Serikat (Photo by Win McNamee/Getty Images)
  • Pasar keuangan Indonesia babak belur pada perdagangan kemarin, IHSG dan rupiah ambruk
  • Wall Street kompak menguat di tengah harapan penundaan tariff
  • Kebijakan tarif Trump, Danantara serta RUPST Bank Mandiri akan menjadi sentimen pasar hari ini.

Jakarta,CNBC Indonesia- Pasar keuangan Indonesia babak belur pada perdagangan kemarin, di mana pasar saham dan rupiah sama-sama jatuh.

Pasar keuangan hari ini diharapkan berakhir positif seiring dengan meredanya kekhawatiran mengenai perang tarif dari Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil memangkas koreksi dan mengakhiri perdagangan Senin kemarin (24/3/2025) dengan penurunan 1,55% ke level 6.161,22. Indeks sempat anjlok lebih dari 4,6% ke 5.967, level terendah dalam hampir empat tahun sebelum akhirnya bangkit setelah pengumuman susunan pengurus Danantara.

IHSG sudah ambruk tiga hari beruntun dengan pelemahan mencapai 7,2%.

Saham-saham unggulan masih mengalami tekanan, terutama dari sektor perbankan, emiten grup konglomerat, dan BUMN. Saham AMMN ambles 13,19%, menjadi pemberat utama indeks dengan kontribusi negatif sebesar 25 poin. BREN, yang memiliki kapitalisasi pasar jumbo, juga anjlok 8,79%, menyeret IHSG turun 20 poin. Saham BRPT dan TPIA ikut terkoreksi masing-masing 6,43% dan 2,41%.

Investor tampak berhati-hati menjelang libur Lebaran, dengan aktivitas perdagangan mulai mereda. Sepanjang tahun ini, IHSG sudah melemah 11,61%, diperburuk oleh arus dana asing yang terus keluar dari pasar saham domestik. Dalam sebulan terakhir, net foreign sell mencapai Rp19,85 triliun, sementara sejak awal 2025, dana asing yang keluar mencapai Rp30,82 triliun.

Asing masih mencatat net sell pada perdagangan kemarin dengan nilai Rp 160,62 miliar. Jumlah ini lebih sedikit dibandingkan akhir pekan lalu yang melebihi Rp 2triliun.

Dari pasar valuta asing, nilai tukar rupiah kembali melemah terhadap dolar AS. Pada penutupan Senin (24/3/2025), rupiah ditutup di level Rp16.550 per dolar AS, turun 0,33%.

Tekanan terhadap rupiah datang dari ketidakpastian kebijakan perdagangan Presiden AS Donald Trump, yang dijadwalkan mengumumkan tarif balasan terhadap mitra dagangnya pada 2 April.

Indeks dolar AS (DXY) memang sedikit melemah ke 104,01, namun sinyal The Fed yang tidak terburu-buru memangkas suku bunga masih menjadi faktor penguat bagi dolar. Data Bank Indonesia menunjukkan bahwa pekan lalu terjadi arus keluar dana asing sebesar Rp4,25 triliun, terutama dari pasar saham.

Di pasar obligasi, imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun ditutup di 7,176%, turun tipis dari sesi sebelumnya 7,194%. Investor masih mencermati perkembangan global dan domestik, terutama terkait kebijakan fiskal pemerintah serta dinamika politik di dalam negeri.


(emb/emb)
Pages