
Amerika Sudah Beri Kabar Baik, Masa Iya IHSG Tidak Mampu Bangkit?

Pelaku pasar perlu mencermati sentimen yang bisa berdampak ke pergerakan saham, nilai tukar dan SBN. Dari dalam negeri, sentimen Danantara hingga Rapat Umum Pemenang Saham Tahunan (RUPST) Bank Mandiri bisa menjadi sentimen hari ini. Menghijaunya Wall Street serta meredanya kekhawatiran market AS mengenai tarif Trump bisa menjadi penggerak positif.
Danantara Rampungkan Susunan Pengurus
CEO BPI Danantara, Rosan Roeslani, mengumumkan struktur lengkap pengurus dalam konferensi pers Meet The Team Danantara pada Senin (24/3). Ia menekankan bahwa pemilihan tim tidak hanya mempertimbangkan keahlian tetapi juga dedikasi untuk negeri.
"Dalam pemilihan nama ini, kami memastikan mereka tidak hanya expert, tapi juga memiliki komitmen pengabdian kepada bangsa," ujar Rosan.
Sejumlah nama besar masuk dalam jajaran pengurus Danantara, termasuk Pandu Sjahrir sebagai Chief Investment Officer (CIO) dan Erick Thohir dalam Dewan Pengawas.
Berikut susunan pengurus inti Danantara:
Chief Executive Officer (CEO): Rosan Roeslani
Chief Operational Officer (COO): Dony Oskaria
Chief Investment Officer (CIO): Pandu Sjahrir
Dewan Pengawas: Erick Thohir, Muliaman Hadad, para Menko, dan Mensetneg
Dewan Penasihat: Ray Dalio, Jeffrey Sachs, Helman Sitohang, Chapman Taylor, Thaksin Shinawatra
Danantara juga mengumumkan susunan inti dari kepengurusan mereka mulai dari managing director hingga manajer pengelola risiko dan investasi.
Selain struktur organisasi, Danantara juga mengumumkan sektor investasi prioritas yang mencakup ketahanan pangan dan energi, hilirisasi industri, serta infrastruktur digital. Pendekatan investasi yang diambil bersifat jangka panjang dengan fokus pada daya saing dan penciptaan nilai ekonomi.
Dengan initial funding yang diproyeksi mencapai US$ 20 miliar,
Pemerintah juga telah mengalihkan saham seri B beberapa BUMN ke PT Biro Klasifikasi Indonesia (BKI) sebagai bagian dari tambahan penyertaan modal negara ke Danantara. Meski kepemilikan saham berpindah ke BKI, kendali negara atas BUMN strategis tetap terjaga melalui kepemilikan saham Seri A Dwiwarna. Dengan aset 10 BUMN yang masuk dalam proyeksi Danantara, total dana kelolaan bisa mencapai Rp9.924,23 triliun.
BRI Setujui Dividen Jumbo Rp 51,74 Triliun
Dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) tahunan, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) menyepakati pembagian dividen sebesar 85% dari laba bersih tahun buku 2024, atau setara dengan Rp 51,74 triliun. Dengan perhitungan ini, pemegang saham akan menerima dividen Rp 345 per lembar saham.
Sebagai catatan, BRI sebelumnya telah membagikan dividen interim sebesar Rp 135 per lembar saham. Dengan demikian, sisa dividen final yang akan dibagikan adalah Rp 208,40 per lembar saham.
Kinerja keuangan BRI sepanjang 2024 terbilang solid dengan laba bersih Rp 60,64 triliun, didukung oleh pendapatan bunga bersih Rp 142,05 triliun dan pertumbuhan kredit 7,98% secara tahunan (yoy). Selain itu, total kredit UMKM yang disalurkan mencapai Rp 1.110,37 triliun.
Kepercayaan Konsumen AS Jadi Sorotan
Hari ini, Amerika Serikat akan merilis Indeks Kepercayaan Konsumen periode Maret 2025. Pada Februari lalu, indeks ini turun tajam menjadi 98,3 dari 105,3, mencatat penurunan terbesar sejak Agustus 2021. Ini juga menjadi bulan ketiga berturut-turut kepercayaan konsumen melemah.
Stephanie Guichard, Ekonom Senior di The Conference Board, menjelaskan bahwa pesimisme konsumen terus meningkat, terutama terkait kondisi bisnis, prospek pekerjaan, dan pendapatan masa depan. Bahkan, ekspektasi terhadap kondisi tenaga kerja ke depan mencapai titik terlemah dalam sepuluh bulan terakhir.
Jika tren pelemahan ini berlanjut, maka dampaknya bisa terasa ke berbagai sektor ekonomi, termasuk konsumsi rumah tangga dan pasar keuangan global. Investor akan mencermati bagaimana data ini memengaruhi ekspektasi kebijakan moneter The Federal Reserve ke depan.
Harga IPO Rp2.390, YUPI Bersiap Melantai di BEI
Produsen permen PT Yupi Indo Jelly Gum Tbk (YUPI), akan resmi mencatatkan saham perdananya di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada hari ini 25 Maret 2025 dengan harga IPO sebesar Rp2.390 per saham.
Dalam proses penawaran umum yang berlangsung 19-21 Maret, perseroan berhasil menetapkan harga di kisaran tengah dari rentang bookbuilding Rp2.100-Rp2.500 per saham. Dari total 854,44 juta saham yang ditawarkan, sekitar 256,33 juta saham merupakan emisi baru, sementara 598,11 juta saham lainnya merupakan divestasi dari pemegang saham eksisting, PT Sweets Indonesia. Melalui aksi korporasi ini, YUPI diperkirakan akan mengantongi dana segar sebesar Rp2,04 triliun.
Sebagian besar dana hasil IPO, sekitar 72 persen, akan dialokasikan untuk pembangunan fasilitas produksi baru di Nganjuk, Jawa Timur, yang ditargetkan beroperasi pada 2026 dengan estimasi investasi Rp437,5 miliar. Jika dana yang terkumpul dari IPO tidak mencukupi, perusahaan akan menutupi kekurangan tersebut melalui kas internal.
Sementara itu, 28 persen dana IPO akan digunakan sebagai modal kerja guna mendukung ekspansi bisnis, baik di pasar domestik maupun internasional. Perusahaan juga berencana memperpanjang term of payment bagi distributor untuk mendorong peningkatan penjualan, serta menambah stok bahan baku dan produk jadi guna menjaga kelancaran operasional.
Dengan aksi korporasi ini, YUPI akan menjadi emiten ke-11 yang tercatat di BEI sepanjang 2025. Perseroan menunjuk PT CIMB Niaga Sekuritas dan PT Mandiri Sekuritas sebagai penjamin emisi efek dalam proses IPO ini. Sementara dana yang diperoleh dari penjualan saham divestasi akan sepenuhnya menjadi hak pemegang saham penjual, tanpa ada bagian yang masuk ke kas perusahaan.
RUPS Bank Mandiri
Bank Mandiri akan menggelar RUPS pada hari ini. Pelaku pasar menunggu susunan direksi dan komisaris baru dari Bank Mandiri serta pembagian dividen mereka. Menarik disimak pula seperti apa kebijakan Bank Mandiri ke depan, terutama setelah masuk Danantara.
Harapan Relaksasi Tarif Trump
Presiden Donald Trump memberi isyarat pada Jumat bahwa akan ada beberapa fleksibilitas terkait tarif resiprokal yang dijadwalkan berlaku pada 2 April dan diperkirakan akan mendorong inflasi serta menghambat pertumbuhan ekonomi.
Setelah rapat kabinet pada Senin, Trump mengatakan bahwa tarif untuk berbagai produk akan diumumkan dalam waktu dekat. Kemudian, pada Senin sore, ia menambahkan AS akan memberi banyak negara pengecualian.
Trump berulang kali menyebut Rabu depan sebagai "Hari Pembebasan", ketika tarif resiprokal besar-besaran akan diberlakukan untuk menyamakan pajak impor negara asing dengan pajak AS, dolar demi dolar.
Ia juga sebelumnya berencana menerapkan tarif 25% untuk semua barang dari Meksiko dan Kanada, yang telah dua kali ditunda setelah sempat berlaku sebentar awal bulan ini. Selain itu, Trump berjanji akan memberlakukan tarif untuk berbagai produk seperti otomotif, farmasi, mikrochip, tembaga, kayu, dan lainnya.
Namun kini, menurut laporan Bloomberg dan The Wall Street Journal, tarif-tarif spesifik ini tidak akan diberlakukan pada 2 April. Sementara itu, nasib tarif 25% untuk barang dari Meksiko dan Kanada masih belum jelas, apakah akan berlaku atau ditunda lagi.
Seorang pejabat Gedung Putih mengatakan kepada CNN bahwa belum ada keputusan final dan tarif untuk berbagai sektor mungkin atau mungkin tidak diumumkan pada 2 April.
Tarif resiprokal akan tetap berlaku, kemungkinan mulai April, tetapi hanya untuk beberapa negara terlebih dahulu.
Negara-negara pertama yang menghadapi tarif ini kemungkinan adalah 15% negara yang dianggap sebagai "The Dirty 15" oleh Menteri Keuangan Scott Bessent dalam wawancaranya di Fox Business pekan lalu. Ia menyebut negara-negara ini sebagai mitra dagang yang berperilaku tidak adil terhadap AS.
Mitra dagang yang masuk daftar ini kemungkinan adalah Australia, Brasil, Kanada, China, Uni Eropa, India, Jepang, Korea Selatan, Meksiko, Rusia, dan Vietnam.
Walaupun tarif ini dapat mencakup sebagian besar barang yang masuk ke AS, pendekatan yang lebih spesifik ini tetap merupakan pengurangan signifikan dibandingkan beberapa kebijakan tarif terkeras yang sebelumnya dijanjikan Trump.
Namun, Trump menegaskan bahwa jika tarif pada berbagai produk ditunda, maka penundaan itu tidak akan lama.
"Kita butuh baja, kita butuh farmasi, kita butuh aluminium, kita butuh banyak hal yang sudah lama tidak kita produksi sendiri. Tapi kita mampu membuat semuanya," kata Trump dalam rapat kabinet. "Jadi, kami akan mengumumkan kebijakan ini dalam waktu dekat - bukan waktu yang lama, tetapi sangat dekat." ujarnya.
Trump mengisyaratkan bahwa tarif pada mobil bisa menjadi yang pertama diterapkan, dengan pengumuman yang akan datang dalam waktu sangat singkat
(emb/emb)