
Pekan Pertama Ramadan Penuh Tantangan: Semoga Tetap Cuan

Sepanjang perdagangan hari ini dan satu pekan depan, sentimen baik dari dalam maupun luar negeri akan mewarnai pergerakan pasar keuangan Tanah Air, seperti data PMI dan Indeks Harga Konsumen Indonesia (IHK) hingga kekhawatiran soal tarif Trump yang akan diterapkan Selasa (4/3/2025).
Sentimen Hari Ini
Inflasi dan PMI Manufaktur
Pada Senin (03/03/2025), ada dua sentimen bagi Indonesia, yang pertama adalah Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur serta data IHK.
PMI Manufaktur Indonesia periode Januari 2025 terpantau berada di zona ekspansif (>50) dengan angka 51,9.
Ini adalah pertumbuhan aktivitas pabrik selama dua bulan berturut-turut dan laju terkuat sejak Mei 2024, dengan output meningkat selama tiga bulan dan menandai peningkatan terkuat sejak Mei lalu. Selain itu, pesanan baru terus meningkat di tengah peningkatan pesanan luar negeri selama dua bulan berturut-turut.
Lebih lanjut, perusahaan meningkatkan aktivitas pembelian mereka, menjelang bulan puasa di bulan Maret.
Selain itu, BPS akan merilis data IHK periode Februari 2025 yang menurut konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 12 institusi memperkirakan IHK diproyeksi akan turun atau mengalami deflasi secara bulanan (month to month/mtm) sebesar 0,04% pada Februari 2025. Sementara secara tahunan (year on year/yoy), inflasi diproyeksi akan berada pada angka 0,64%.
Ekonom Bank Danamon, Hosianna Situmorang mengungkapkan faktor masih berlanjutnya diskon tarif listrik 50% membuat IHK secara bulanan berpotensi mengalami deflasi.
Namun, laju deflasi lebih lanjut tertahan oleh kenaikan harga cabai akibat faktor musiman cuaca serta permintaan yang meningkat menjelang bulan Ramadhan. Selain itu, kenaikan harga emas juga turut menjadi faktor penopang inflasi, seiring dengan meningkatnya permintaan emas sebagai aset lindung nilai di tengah ketidakpastian global.
"Memasuki momen Ramadhan dan menjelang Lebaran, tekanan inflasi diperkirakan mulai meningkat, terutama dari kelompok harga pangan bergejolak (volatile food) dan permintaan barang serta jasa yang lebih tinggi," kata Hosianna.
Pada hari yang sama, akan ada data Amerika Serikat (AS) soal S&P Global Manufacturing PMI serta ISM Manufacturing PMI.
Kedua data ini masih diperkirakan bergerak di atas angka 50 yang menunjukkan kondisi manufaktur AS dalam kategori ekspansif.
Rapat Kerja Menteri Keuangan
Hari ini, Komisi XI DPR akan menggelar rapat Kerja dengan Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Menteri PPN/Kepala Bappenas Rachmat Pambudy di ruang rapat Komisi XI DPR, Senayan, Jakarta Pusat.
Rapat membahas Strategi Pencapaian Pertumbuhan Ekonomi & Strategi Pencapaian Tax Ratio.
Rapat ini menjadi penting di tengah guncangan eksternal yang menekan ekonomi domestik pada pekan lalu. Menarik ditunggu apa langkah pemerintah dalam mengantisipasi hal yang terburuk serta apakah ada kebijakan baru pemerintah dalam menghadapi besarnya tekanan dan lketiakpstian global.
Sentimen Pekan Ini: Data Tenaga Kerja AS Hingga Pidato The Fed
Pada Selasa (04/03/2025), Presiden AS, Donald Trump kembali mempertegas tabuhan genderang perang dagangnya dengan mengumumkan tarif baru terhadap Meksiko dan Kanada sebesar 25% akan mulai berlaku pada 4 Maret, sementara China akan dikenakan tambahan tarif 10% pada tanggal yang sama. Keputusan ini memperkuat kebijakan proteksionisme ekonomi yang menjadi ciri khas pemerintahannya, sekaligus menambah ketidakpastian di pasar global.
Kebijakan tarif ini sebelumnya sempat ditangguhkan pada 3 Februari untuk jangka waktu satu bulan, yang menyebabkan kebingungan tentang apakah tarif akan kembali diberlakukan atau tidak setelah periode penundaan berakhir.
Dalam sebuah unggahan di Truth Social pada Kamis (27/2/2025), Trump memastikan bahwa tarif tersebut akan berjalan sesuai jadwal.
Selain itu, ia mengumumkan bahwa China yang saat ini sudah dikenai tarif 10% akan menghadapi tambahan tarif 10% lagi, sehingga total tarif yang dikenakan terhadap impor China akan meningkat menjadi 20% mulai 4 Maret.
Trump juga menegaskan bahwa tanggal 2 April akan tetap menjadi hari berlakunya kebijakan tarif timbal balik (resiprokal) yang ia canangkan.
Kemudian di akhir pekan ini, Jumat (07/03/2025), terdapat sentimen soal U.S. unemployment rate serta Non-Farm Payroll (NFP).
Tingkat pengangguran AS turun 0,1 poin persentase menjadi 4,0% pada Januari 2025, menandai level terendah sejak Mei dan sedikit di bawah ekspektasi pasar sebesar 4,1%. Jumlah individu yang menganggur menurun sebesar 37.000 menjadi 6,85 juta, sementara lapangan kerja meningkat sebesar 2.234 menjadi 163,9 juta.
Selain itu, tingkat partisipasi angkatan kerja meningkat menjadi 62,6%, dan rasio lapangan kerja-penduduk meningkat menjadi 60,1%.
Beralih ke data NFP, perekonomian AS menambahkan 143 ribu pekerjaan pada Januari 2025, jauh di bawah kenaikan yang direvisi naik sebesar 307 ribu pada Desember dan perkiraan sebesar 170 ribu.
Pidato The Fed
Sejumlah petinggi The Fed akan berbicara pada event pekan ini. Pernyataaan mereka dipastikan akan ditunggu karena menjadi petunjuk pasar ke depan.
Gubernur Christopher J. Waller akan berbicara pada Economic Outlook di Wall Street Journal CFO Network Summit, New York, N.Y pada Kamis (6/2/2025).
Pada Jumat (7/2/2025), Gubernur Michelle W. Bowman akan berbicara pada diskusi "Monetary Policy Transmission Post-COVID" di University of Chicago Booth School of Business 2025 U.S. Monetary Policy Forum, New York, N.Y.
Puncaknya pada Jumat adalah Chairman The Fed Jerome H. Powell yang akan berbicara di acara Economic Outlook di The University of Chicago Booth School of Business 2025 U.S. Monetary Policy Forum, New York, N.Y.
Ekonomi RI di Awal Ramadhan
Pekan ini ini menjadi minggu pertama Ramadan di bursa perdagangan Indonesia. Datangnya Ramadan diharapkan ikut menjadi pendorong positif bagi pasar keuangan Indonesia. Pasalnya, gairah ekonomi biasanya melaju kencang pada bulan tersebut. Konsumsi masyarakat juga akan mencapai puncaknya selama Ramadan. Kondisi ini akan mendorong penjualan barang dan jasa hingga ekonomi.
Ramadan biasanya akan mendatangkan banyak cuan bagi perusahaan yang bergerak di consumer goods, transportasi, perbankan, hingga ritel. Perusahaan seperti PT Unilever Indonesia, Indofood Group, PT HM Sampoerna, PT Matahari Putra Prima Tbk atau dikenal dengan nama MPPA Retail Group, hingga PT Jasa Marga akan diuntungkan karena penjualannya naik.
Pemerintah percaya diri ekonomi Indonesia pada kuartal I-2025 akan tumbuh kencang di atas 5%. Penyebabnya, momentum Hari Raya Idul Fitri dan Ramadan yang biasanya mendorong konsumsi rumah tangga terjadi pada kuartal I, tak lagi kuartal II.
Sebagaimana diketahui, berdasarkan pola musimannya, pertumbuhan ekonomi kuartal I tiap tahunnya lebih rendah dibanding kuartal II. Misalnya, pada kuartal I-2022 pertumbuhan ekonominya hanya 5,02% sedangkan kuartal II nya 5,46%. Demikian juga pada kuartal I-2023 yang hanya 5,04% dan kuartal II sebesar 5,17%, meskipun pada kuartal I-2024 tumbuh hingga 5,11% sedangkan kuartal II nya hanya 5,05%.
"Mulai tahun ini Ramadan dan Lebaran geser ke kuartal I, dulu kan di kuartal II sehingga kuartal II paling tinggi selama ini kan," kata Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono Moegiarso di kantornya, Jumat (28/2/2025).
Susiwijono mengatakan, pemerintah menggelontorkan berbagai kebijakan stimulus mulai dari untuk mendorong sisi permintaan masyarakat, maupun dari sisi pasokannya supaya konsumsi rumah tangga bisa naik pesat pertumbuhannya.
"Kita dorong di Maret ini, Insya Allah mudah-mudahan masih bisa (di atas 5%), karena kan dua sisi, daya beli kita jaga mulai gaji ke-13, THR, Bansos, PKH, semua kan kita dorong semua, dari sisi demand ada," tuturnya.
"Dari sisi supply kita kasih juga program-programnya kan, tiket diskonnya mulai tanggal-tanggal Maret atau berapa, tarif tol, PPN DTP, PPh DTP, semua kan jalan," tegas Airlangga.
Sementara dari sisi peredaran uang, Bank Indonesia (BI) menegaskan layanan penukaran uang baru atau program Semarak Rupiah Ramadhan dan Berkah Idul Fitri (Serambi) digelar mulai pada 3 Maret hingga 27 Maret 2025.
Deputi Gubernur BI, Doni Primanto Joewono mengatakan Bank Indonsesi sudah menyiapkan Rp 197,6 triliun untuk mengantisipsi besarnya permintaan uang selama Ramadan.