Newsletter

Sabda Fed, Bakal Jadi Gempa Baru Buat IHSG & Rupiah?

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
19 December 2024 06:00
The Fed
Foto: Edward Ricardo

Suku Bunga BI Tetap 6%

Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) memutuskan mempertahankan suku bunga acuan BI Rate di level 6% per November 2024. Keputusan ini di luar ekspektasi yang memproyeksikan BI Rate akan turun.

Ditahannya kembali suku bunga acuan BI terjadi di tengah pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

"Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 17-18 Desember 2024 memutuskan untuk mempertahankan BI-Rate sebesar 6,00%," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers, Rabu (18/12/2024).

Sementara itu, suku bunga Deposit Facility sebesar 5,25%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,75%.


Sebelumnya, konsensus CNBC Indonesia yang dihimpun dari 15 lembaga/institusi mayoritas memproyeksikan bahwa BI akan memangkas suku bunganya sebesar 25 bps ke level 5,75%.

Sedangkan sebagian lembaga lainnya atau sebanyak enam institusi memproyeksi bahwa BI akan kembali menahan suku bunganya di level 6%.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan keputusan mempertahankan suku bunga ini konsisten dengan arah kebijakan moneter untuk memastikan tetap terkendalinya inflasi dengan sasaran 2,5% plus minus 1% pada 2024 dan 2025 serta mendukung pertumbuhan yang berkelanjutan.

"Fokus kebijakan moneter diarahkan untuk memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah dari dampak makin tingginya ketidakpastian perekonomian global akibat arah kebijakan AS dan eskalasi ketegangan geopolitik di berbagai wilayah," ujarnya dalam paparan hasil RDG BI, Rabu (18/12/2024).

Di sisi lain, Perry menegaskan ruang penurunan suku bunga acuan atau BI Rate masih terbuka, kendati bank sentral lebih hati-hati mengingat dampak ketidakpastian global terhadap nilai tukar rupiah.

Perry mengungkapkan fokus utama bank sentral saat ini mengarah ke stabilitas nilai tukar. Hal ini ditenggarai oleh adanya perubahan di tataran global, di antaranya rencana kebijakan perdagangan presiden terpilih AS Donald Trump, kenaikan imbal hasil US Treasury dan tren kenaikan inflasi global.

"Kami fokus dulu stabilkan nilai tukar rupiah karena ketidakpastian pasar keuangan global meningkatkan bukan berarti room penurunan suku bunga tidak ada tetap ada tapi timingnya 'its not right yet'," katanya.

The Fed Pangkas Suku Bunga 25 bps

The Fed memangkas suku bunganya sebesar 25 basis poin (bps) ke 4,35-4,50%, sesuai ekspektasi pasar. Akan tetapi di balik pemangkasan, bank sentral AS tersebut mengisyaratkan akan lebih hati-hati.

The Fed menunjukkan bahwa mereka mungkin hanya akan menurunkan dua kali lagi pada 2025. Ekspektasi tersebut tercermin dari dot plot terbaru November ini. Dot plot merupakan matriks ekspektasi dan pandangan suku bunga masa depan dari masing-masing anggota Federal Open Market Committee (FOMC).

Bahkan merujuk dot plot terbaru, dua pemotongan yang diekspektasikan pada 2025 ini hanya setengah dari target komite ketika plot tersebut terakhir diperbarui pada September dengan ekspektasi pemangkasan sebesar 100 bps pada 2025.

"Dengan langkah hari ini, kami telah menurunkan suku bunga sebesar satu poin persentase dari puncaknya, dan stance kebijakan kami kini jauh lebih longgar. Oleh karena itu, kami bisa lebih berhati-hati saat mempertimbangkan penyesuaian lebih lanjut terhadap suku bunga kebijakan kami." ujar Chairman The Fed Jerome Powell di konferensi pers usai rapat.

Lebih lanjut, pejabat Fed menunjukkan dua pemotongan lagi pada 2026 dan satu lagi pada 2027. Dalam jangka panjang, komite memandang suku bunga "netral" berada pada 3%, 0,1 poin persentase lebih tinggi dibandingkan pembaruan September, karena tingkat ini secara perlahan meningkat sepanjang tahun ini (3% vs 2,9%).

Suku bunga Fed funds menentukan biaya pinjaman antar bank untuk pinjaman semalam tetapi juga mempengaruhi berbagai jenis utang konsumen seperti pinjaman mobil, kartu kredit, dan hipotek.

Suku Bunga Pinjaman China

Dan pada akhir pekan, bank sentral China (PBoC) akan mengumumkan kebijakan suku bunganya pada periode Desember 2024. Sebelumnya pada periode November, China mempertahankan suku bunga acuan pinjamannya tidak berubah, sebuah langkah yang sangat dinanti-nantikan menyusul pemotongan tajam biaya pinjaman bulan lalu. Pemberi pinjaman utama China mempertahankan suku bunga acuan pinjaman 1 tahun dan 5 tahun tetap pada 3,1% dan 3,6%.

Pada bulan Oktober, bank-bank China telah memangkas suku bunga sebagai bagian dari paket stimulus Beijing untuk menghidupkan kembali momentum pertumbuhan, sebuah langkah yang menekan margin keuntungan pemberi pinjaman yang sudah tertekan, membatasi ruang untuk pelonggaran lebih lanjut.

China juga akan merilis produksi industri China secara tahunan sejak periode Januari hingga November 2024. Sebelumnya terpantau produksi industri China hingga Oktober 2024 tercatat 5,8%. Angka tersebut bergerak stagnan dari periode September 2024 yang juga tercatat 5,8%.

Masih dalam hari yang sama, China juga akan merilis tingkat pengangguran periode November 2024. Sebelumnya tingkat pengangguran di China menurun pada periode Oktober 2024 sebesar 5%, dari 5,1% pada periode September 2024.

Selain itu juga terdapat rilis data penjualan ritel China periode November 2024. Sebelumnya penjualan ritel di China mengalami lonjakan pada periode Oktober menjadi 4,8% dari sebelumnya 3,2% dari periode September 2024.

Suku Bunga Jepang Diperkirakan Sama

Bank sentral Jepang dijadwalkan akan mengumumkan kebijakan suku bunganya pada Kamis (19/12/2024).

Berdasarkan konsensus Trading Economics BoJ diperkirakan akan tetap menahan suku bunga di 0,25%.

(ras/ras)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular