Newsletter

Sabda Fed, Bakal Jadi Gempa Baru Buat IHSG & Rupiah?

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
19 December 2024 06:00
Ketua Dewan Federal Reserve Jerome Powell berbicara saat konferensi pers di Federal Reserve di Washington, Rabu, 12 Juni 2024.
Foto: Ketua Dewan Federal Reserve Jerome Powell berbicara saat konferensi pers di Federal Reserve di Washington, Rabu, 12 Juni 2024. (AP/Susan Walsh)
  • The Fed tidak akan agresif menurunkan suku bunga pada 2025
  • BI mempertahankan suku bunga 6%, berbeda dari proyeksi penurunan suku bunga
  • BoJ dan bank sentral China segera menyusul mengumumkan kebijakan suku bunga

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan pada perdagangan hari ini akan digerakkan oleh sentimen mengenai kebijakan suku bunga bank sentral. Diketahui Bank Indonesia dan bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve telah mengumumkan suku bunganya, akan disusul oleh bank sentral Jepang dan China.

Kebijakan suku bunga menjadi sentimen penting bagi para pelaku pasar karena dapat memberikan dampak terhadap pertumbuhan ekonomi suatu negara.

Adapun ulasan mengenai kebijakan suku bunga bank sentral bisa dibaca di halaman tiga.

Setelah Bank Indonesia pada Rabu (18/12/2024) mengumumkan suku bunga, pasar saham dan mata uang rupiah melemah.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali ditutup di zona merah pada akhir perdagangan Rabu (18/12/2024), menjadi hari keempat perdagangan secara beruntun.

IHSG ditutup melemah 0,7% ke posisi 7.107,87. IHSG kembali ke level psikologis 7.100 setelah sempat menyentuh ke 7.200-an. Bahkan, IHSG makin dekati level psikologis 7.000.

Nilai transaksi indeks mencapai sekitar Rp 11 triliun dengan melibatkan 17 miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 995.934 kali. Sebanyak 211 saham menguat, 381 saham melemah, dan 199 saham stagnan.

Secara sektoral, transportasi menjadi penekan IHSG terbesar pada akhir perdagangan kemarin yakni mencapai 1,37%,

Sementara dari sisi saham, dua emiten perbankan raksasa kembali menjadi penekan utama IHSG pada sesi pertama, yakni saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) yang mencapai 11,2 indeks poin dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) sebesar 6,5 indeks poin.

Selain itu, adapula raksasa batu bara PT Bayan Resources Tbk (BYAN) yang mencapai 7 indeks poin dan saham PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) sebesar 5,7 indeks poin.

Di sisi lain, nilai tukar rupiah kembali terpuruk di hadapan dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan Rabu (18/12/2024).

Melansir data Refinitiv, pada penutupan perdagangan Rabu (18/12/2024) rupiah melemah hingga 0,16% ke level Rp16,085/US$. Sepanjang hari, nilai tukar rupiah berfluktuasi hingga sentuh level Rp16.120/US$ dan terkuat di posisi Rp16,075/US$.

Pelemahan ini adalah yang terdalam sejak 6 Agustus 2024 dengan sebelumnya berada pada posisi Rp16.160/US$.

Seiring dengan pelemahan rupiah hari ini (18/12/2024), Indeks Dolar AS (DXY) stagnan tepat pukul 15.00 WIB di posisi 106,95.

Indeks Dow Jones Industrial semakin mencatatkan dirinya dalam sejarah pada hari Rabu, dengan mencatat penurunan selama 10 hari berturut-turut akibat pandangan mengecewakan dari Federal Reserve terkait suku bunga yang mengguncang pasar saham.

Dow merosot 1.123,03 poin, atau 2,58%, menjadi 42.326,87, mencatat penurunan beruntun terburuk sejak penurunan 11 hari pada tahun 1974. Penurunan pada hari Rabu ini merupakan yang terburuk sejak bulan Agustus dan baru kedua kalinya indeks kehilangan lebih dari 1.000 poin dalam satu sesi tahun ini.

S&P 500 juga kehilangan 2,95% menjadi 5.872,16, sementara Nasdaq Composite anjlok 3,56% menjadi 19.392,69 dengan kerugian yang semakin tajam menjelang penutupan perdagangan.

Bank sentral menurunkan suku bunga pinjaman semalam sebesar seperempat poin menjadi kisaran target 4,25%-4,5%, sesuai dengan ekspektasi. Namun, pada Rabu sore, The Fed mengindikasikan hanya akan memangkas suku bunga dua kali pada tahun 2025, lebih sedikit dibandingkan empat kali pemotongan dalam proyeksi sebelumnya. Ketua Fed, Jerome Powell, menyatakan bahwa penurunan suku bunga dalam beberapa bulan terakhir memungkinkan bank sentral untuk "lebih berhati-hati dalam mempertimbangkan penyesuaian lebih lanjut terhadap tingkat kebijakan kami."

Sebelum pengumuman hari Rabu, para pedagang berharap Fed akan tetap agresif dalam memangkas suku bunga pada 2025, yang sebelumnya mendorong pasar bullish. Imbal hasil Treasury melonjak setelah prospek hati-hati dari Fed, menekan harga saham. Imbal hasil Treasury 10-tahun melampaui 4,50%.

"Aset berisiko dan pasar saham yang sangat tinggi nilainya tidak menyukai gagasan bahwa pemotongan suku bunga menjadi lebih kecil kemungkinannya di kedua sisi mandat," ujar CEO DoubleLine Capital, Jeffrey Gundlach, di acara "Closing Bell" CNBC. "Kesimpulan saya dari konferensi pers tersebut adalah bahwa tidak akan ada siklus pemotongan yang agresif ... dan pasar tampaknya sejalan dengan pandangan itu."

Penurunan beruntun Dow dimulai sehari setelah indeks ditutup di atas level 45.000 untuk pertama kalinya pada 4 Desember. Total kerugian selama rentetan ini mencapai 6%.

"Selamat tinggal 'punch bowl.' Tidak ada semangat Natal dari Fed. Para pembuat kebijakan melihat inflasi lebih tinggi dan pengangguran lebih rendah pada 2024. Tidak ada alasan untuk bersikap dovish mengingat prospek itu," kata David Russell, kepala strategi pasar global di TradeStation. "Pekerjaan mudah sudah selesai karena suku bunga tidak lagi jelas restriktif. Sekarang adalah waktu yang logis untuk berhenti sejenak."

Sebelum situasi memanas pada hari Rabu, rentetan terburuk Dow selama beberapa dekade sebagian besar disebabkan oleh rotasi keluar dari saham ekonomi lama dan masuk ke saham teknologi, sebuah sektor yang kurang terwakili dalam penghitungan indeks berusia satu abad tersebut dibandingkan dengan metrik pasar yang lebih luas.

Namun, pasar secara keseluruhan terguncang pada hari Rabu. Penurunan S&P 500 juga merupakan yang terburuk sejak Agustus, sehingga mengurangi kenaikan 2024-nya menjadi 23%.

Suku Bunga BI Tetap 6%

Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) memutuskan mempertahankan suku bunga acuan BI Rate di level 6% per November 2024. Keputusan ini di luar ekspektasi yang memproyeksikan BI Rate akan turun.

Ditahannya kembali suku bunga acuan BI terjadi di tengah pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

"Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 17-18 Desember 2024 memutuskan untuk mempertahankan BI-Rate sebesar 6,00%," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers, Rabu (18/12/2024).

Sementara itu, suku bunga Deposit Facility sebesar 5,25%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,75%.


Sebelumnya, konsensus CNBC Indonesia yang dihimpun dari 15 lembaga/institusi mayoritas memproyeksikan bahwa BI akan memangkas suku bunganya sebesar 25 bps ke level 5,75%.

Sedangkan sebagian lembaga lainnya atau sebanyak enam institusi memproyeksi bahwa BI akan kembali menahan suku bunganya di level 6%.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan keputusan mempertahankan suku bunga ini konsisten dengan arah kebijakan moneter untuk memastikan tetap terkendalinya inflasi dengan sasaran 2,5% plus minus 1% pada 2024 dan 2025 serta mendukung pertumbuhan yang berkelanjutan.

"Fokus kebijakan moneter diarahkan untuk memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah dari dampak makin tingginya ketidakpastian perekonomian global akibat arah kebijakan AS dan eskalasi ketegangan geopolitik di berbagai wilayah," ujarnya dalam paparan hasil RDG BI, Rabu (18/12/2024).

Di sisi lain, Perry menegaskan ruang penurunan suku bunga acuan atau BI Rate masih terbuka, kendati bank sentral lebih hati-hati mengingat dampak ketidakpastian global terhadap nilai tukar rupiah.

Perry mengungkapkan fokus utama bank sentral saat ini mengarah ke stabilitas nilai tukar. Hal ini ditenggarai oleh adanya perubahan di tataran global, di antaranya rencana kebijakan perdagangan presiden terpilih AS Donald Trump, kenaikan imbal hasil US Treasury dan tren kenaikan inflasi global.

"Kami fokus dulu stabilkan nilai tukar rupiah karena ketidakpastian pasar keuangan global meningkatkan bukan berarti room penurunan suku bunga tidak ada tetap ada tapi timingnya 'its not right yet'," katanya.

The Fed Pangkas Suku Bunga 25 bps

The Fed memangkas suku bunganya sebesar 25 basis poin (bps) ke 4,35-4,50%, sesuai ekspektasi pasar. Akan tetapi di balik pemangkasan, bank sentral AS tersebut mengisyaratkan akan lebih hati-hati.

The Fed menunjukkan bahwa mereka mungkin hanya akan menurunkan dua kali lagi pada 2025. Ekspektasi tersebut tercermin dari dot plot terbaru November ini. Dot plot merupakan matriks ekspektasi dan pandangan suku bunga masa depan dari masing-masing anggota Federal Open Market Committee (FOMC).

Bahkan merujuk dot plot terbaru, dua pemotongan yang diekspektasikan pada 2025 ini hanya setengah dari target komite ketika plot tersebut terakhir diperbarui pada September dengan ekspektasi pemangkasan sebesar 100 bps pada 2025.

"Dengan langkah hari ini, kami telah menurunkan suku bunga sebesar satu poin persentase dari puncaknya, dan stance kebijakan kami kini jauh lebih longgar. Oleh karena itu, kami bisa lebih berhati-hati saat mempertimbangkan penyesuaian lebih lanjut terhadap suku bunga kebijakan kami." ujar Chairman The Fed Jerome Powell di konferensi pers usai rapat.

Lebih lanjut, pejabat Fed menunjukkan dua pemotongan lagi pada 2026 dan satu lagi pada 2027. Dalam jangka panjang, komite memandang suku bunga "netral" berada pada 3%, 0,1 poin persentase lebih tinggi dibandingkan pembaruan September, karena tingkat ini secara perlahan meningkat sepanjang tahun ini (3% vs 2,9%).

Suku bunga Fed funds menentukan biaya pinjaman antar bank untuk pinjaman semalam tetapi juga mempengaruhi berbagai jenis utang konsumen seperti pinjaman mobil, kartu kredit, dan hipotek.

Suku Bunga Pinjaman China

Dan pada akhir pekan, bank sentral China (PBoC) akan mengumumkan kebijakan suku bunganya pada periode Desember 2024. Sebelumnya pada periode November, China mempertahankan suku bunga acuan pinjamannya tidak berubah, sebuah langkah yang sangat dinanti-nantikan menyusul pemotongan tajam biaya pinjaman bulan lalu. Pemberi pinjaman utama China mempertahankan suku bunga acuan pinjaman 1 tahun dan 5 tahun tetap pada 3,1% dan 3,6%.

Pada bulan Oktober, bank-bank China telah memangkas suku bunga sebagai bagian dari paket stimulus Beijing untuk menghidupkan kembali momentum pertumbuhan, sebuah langkah yang menekan margin keuntungan pemberi pinjaman yang sudah tertekan, membatasi ruang untuk pelonggaran lebih lanjut.

China juga akan merilis produksi industri China secara tahunan sejak periode Januari hingga November 2024. Sebelumnya terpantau produksi industri China hingga Oktober 2024 tercatat 5,8%. Angka tersebut bergerak stagnan dari periode September 2024 yang juga tercatat 5,8%.

Masih dalam hari yang sama, China juga akan merilis tingkat pengangguran periode November 2024. Sebelumnya tingkat pengangguran di China menurun pada periode Oktober 2024 sebesar 5%, dari 5,1% pada periode September 2024.

Selain itu juga terdapat rilis data penjualan ritel China periode November 2024. Sebelumnya penjualan ritel di China mengalami lonjakan pada periode Oktober menjadi 4,8% dari sebelumnya 3,2% dari periode September 2024.

Suku Bunga Jepang Diperkirakan Sama

Bank sentral Jepang dijadwalkan akan mengumumkan kebijakan suku bunganya pada Kamis (19/12/2024).

Berdasarkan konsensus Trading Economics BoJ diperkirakan akan tetap menahan suku bunga di 0,25%.

Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:

  1. Rilis Suku Bunga Jepang (10.00 WIB)
  2. Pertumbuhan Ekonomi AS (20.30 WIB)

Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:

Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular