
Kabar Buruk dari Amerika Belum Usai, Pasar RI Bakal Baik-Baik Saja?

Pasar keuangan Indonesia, baik IHSG maupun rupiah akan kembali dipengaruhi oleh sentimen global, terutama terkait data inflasi AS periode November 2024 yang bervariasi.
Berikut sentimen pasar global yang dapat mempengaruhi IHSG dan rupiah pada perdagangan hari ini (13/12/2024).
Inflasi AS
Data inflasi terbaru AS cenderung beragam, di mana data inflasi konsumen pada bulan lalu tumbuh sesuai dengan ekspektasi pasar. Namun, inflasi produsen AS pada bulan lalu justru lebih panas dari prediksi pasar sebelumnya.
Semalam, IHP AS pada bulan lalu tercatat tumbuh mencapai 3% pada November lalu secara tahunan (year-on-year/yoy), lebih tinggi dari Oktober lalu yang tumbuh 2,6%. Angka ini juga lebih tinggi dari ekspektasi pasar sebesar 2,6%.
Sedangkan secara bulanan (month-to-month/mtm), IHP Negeri Paman Sam tumbuh mencapai 0,4%, lebih tinggi dari Oktober lalu sebesar 0,3% dan juga lebih tinggi dari perkiraan pasar sebesar 0,2%.
Pertumbuhan IHP AS sangat kontras dengan IHK AS yang dirilis kemarin, di mana data IHK terbaru sudah sesuai dengan pasar.
Sebelumnya kemarin, Biro Statistik Tenaga Kerja AS melaporkan Indeks Harga Konsumen (IHK) pada bulan lalu tumbuh 2,7% secara tahunan (yoy), dari sebelumnya pada Oktober lalu yang tumbuh 2,6%.
Sedangkan secara bulanan (mtm), IHK AS pada November lalu tumbuh 0,3%, dari sebelumnya pada Oktober lalu yang tumbuh 0,2%.
Data IHK AS pada bulan lalu, baik secara tahunan dan bulanan sudah sesuai dengan ekspektasi pasar sebelumnya. Konsensus pasar Trading Economics sebelumnya memperkirakan IHK AS pada November tumbuh 2,7% (yoy) dan 0,3% (mtm).
Adapun inflasi inti, tidak termasuk biaya pangan dan energi tumbuh 3,3% (yoy) pada November lalu, masih sama dengan periode Oktober lalu yang juga tumbuh 3,3% dan juga sudah sesuai dengan prediksi pasar sebelumnya.
Sedangkan IHK inti bulanan tumbuh 0,3% (mtm) pada November 2024, sama seperti pada Oktober 2024 yang juga tumbuh 0,3% dan angka IHK inti bulanan juga sudah sesuai dengan ekspektasi pasar.
Data inflasi konsumen dan inflasi produsen yang bervariasi membuat pasar bimbang akan rencana The Fed terkait penurunan suku bunga di pertemuan pekan depan.
Namun, mereka tampaknya tetap optimis bahwa The Fed akan kembali memangkas suku bunganya pada pertemuan pekan depan.
Asing Kembali Lepas Saham-Saham di RI.
Setelah beberapa hari terakhir asing perlahan masuk kembali ke pasar keuangan RI. Tetapi kemarin, asing tercatat kembali melepas saham-saham di RI.
Berdasarkan data pasar pada perdagangan Kamis kemarin, investor asing mencatatkan penjualan bersih (net sell) atau outflow hingga mencapai Rp2,18 triliun di seluruh pasar, dengan rincian sebesar Rp1,13 triliun di pasar reguler dan sebesar Rp1,06 triliun di pasar tunai dan negosiasi.
Padahal pada perdagangan Selasa lalu, asing sudah mulai masuk ke saham-saham RI dalam jumlah yang cukup besar. Data pasar pada Selasa lalu menunjukkan asing mencatatkan pembelian bersih (net buy) sebesar Rp 495,4 miliar di seluruh pasar, dengan rincian sebesar Rp322,98 miliar di pasar reguler dan sebesar Rp172,42 miliar di pasar tunai dan negosiasi.
Meski kemarin asing kembali melepas saham-saham RI, tetapi dalam sepekan terakhir, asing masih mencatatkan net buy sebesar Rp400,97 miliar di seluruh pasar, di mana sebesar Rp544,74 miliar di pasar reguler. Sayangnya di pasar tunai dan negosiasi, asing tercatat net sell sebesar Rp143,77 miliar dalam sepekan terakhir.
Tampaknya, asing mulai merealisasikan keuntungannya kemarin. Hal ini dinilai wajar karena IHSG sendiri sudah menguat dalam empat hari beruntun.
Data Pertumbuhan Ekonomi Inggris
Pada hari ini, data final dari pertumbuhan ekonomi atau produk domestik bruto (PDB) Inggris pada Oktober lalu akan dirilis.
Konsensus pasar dalam Trading Economics memperkirakan PDB Inggris pada Oktober lalu tumbuh 1,6% (yoy). Sedangkan secara bulanan, PDB Inggris diprediksi tumbuh 0,1% pada bulan lalu.
Sementara dari Deutsche Bank memperkirakan rebound terbatas untuk memulai kuartal terakhir tahun ini setelah September yang lemah.
Adapun prediksi dari Bank Jerman memperkirakan PDB Inggris naik 0,1% pada Oktober lalu, bangkit setelah penurunan 0,1% pada September lalu.
PDB Inggris meningkat sebesar 0,1% pada kuartal III-2024, dibandingkan dengan kuartal sebelumnya. Angka ini lebih lambat dibandingkan pertumbuhan 0,5% pada kuartal II-2024.
Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan bahwa Inggris akan tumbuh sebesar 1,1% pada 2024, lebih lambat dibandingkan periode sebelumnya tetapi akan menempatkan Inggris di tengah-tengah kelompok negara-negara terkemuka dunia.
(chd)