Newsletter

Musim Window Dressing Tiba, Pesta Bisa Rusak Karena Amerika

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
11 December 2024 06:15
Papan di atas lantai perdagangan menunjukkan angka penutupan indeks industri Dow Jones di Bursa Efek New York, Jumat, 2 Agustus 2024. Saham anjlok pada hari Jumat karena kekhawatiran ekonomi AS dapat terpuruk akibat beban suku bunga tinggi yang dimaksudkan untuk menekan inflasi. (AP/Richard Drew)
Foto: Infografis/Ini 10 Saham Untuk Warisan Anak Cucu: BBCA Hingga ROTI/Aristya rahadian

Beralih ke Amerika Serikat (AS), bursa saham Wall Street kembali ditutup melemah pada perdagangan Selasa kemarin, karena investor dengan cemas menunggu rilis data inflasi utama yang dapat memengaruhi keputusan suku bunga The Fed minggu depan.

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup melemah 0,35% ke posisi 44.247,83, S&P 500 terkoreksi 0,3% ke 6.034,91, dan Nasdaq Composite terpangkas 0,25% menjadi 19.687,24.

Pembacaan Indeks Harga Konsumen (IHK) AS periode November yang akan dirilis pada malam hari ini, merupakan salah satu laporan utama terakhir menjelang pertemuan The Fed pada 17-18 Desember.

Ekonom yang disurvei oleh Dow Jones memperkirakan bahwa inflasi umum naik 0,3% pada November secara bulanan (month-to-month/mtm) dan 2,7% secara tahunan (year-on-year/yoy).

Jika hal ini benar terjadi, maka probabilitas The Fed dalam menurunkan suku bunganya di bulan ini akan semakin kecil mengingat angka inflasi yang terus meningkat.

"Ada sedikit sikap menunggu dan melihat di pasar menjelang data CPI dan PPI minggu ini, Pasar ingin melihat angka yang tidak akan terlalu mengganggu Fed minggu depan," kata Mona Mahajan, kepala strategi investasi di Edward Jones, dikutip dari Reuters.

"Jika CPI sesuai dengan estimasi, investor akan mengharapkan "semuanya aman" bagi The Fed untuk menurunkan suku bunga sebesar 25 bps minggu depan, tambahnya.

Sejauh ini, menurut perangkat CME FedWatch, probabilitas pasar yang memperkirakan The Fed akan kembali memangkas suku bunga acuannya masih cukup besar yakni mencapai 8,61%. Angka ini mengalami peningkatan dari sehari sebelumnya yang mencapai 85%.

Dengan meningkatnya probabilitas pasar yang memperkirakan The Fed akan kembali memangkas suku bunga acuannya, maka sejatinya pasar masih cukup optimis bahwa bank sentral Negeri Paman Sam akan kembali memangkas suku bunga acuannya pada pertemuan pekan depan.

Namun yang perlu diwaspadai adalah pernyataan Ketua The Fed, Jerome Powell yang menekankan kehati-hatian mengenai pendekatan bank sentral dalam melonggarkan kebijakan moneter karena ketahanan ekonomi.

Hal ini karena data tenaga kerja di AS makin pulih, membuat kemungkinan The Fed akan kembali merubah sikapnya pada pertemuan terakhir di 2024.

The Fed kini berada dalam periode tanpa komentar mengenai pertemuan penetapan kebijakannya, tetapi investor akan memperoleh satu wawasan terakhir mengenai pengambilan keputusan mereka dengan data inflasi utama yang akan dirilis pekan ini.

Pelaku pasar akan mencermati tanda-tanda bahwa The Fed akan menghentikan siklus pelonggarannya pada Januari 2025, setelah sejumlah pejabat The Fed minggu lalu mengisyaratkan pelonggaran kebijakan moneter yang lebih lambat seiring dengan ketahanan ekonomi.

″Pasar telah menyempit selama seminggu terakhir. Investor menunggu untuk melihat apakah itu sekadar pelemahan musiman tradisional pada pertengahan Desember, dan saya pikir [mereka] mengharapkan partisipasi akan meluas sekali lagi karena pasar memang mengalami peningkatan di akhir tahun," ungkap Sam Stovall, kepala strategi investasi CFRA Research dilansir dari CNBC International.

(saw/mae)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular