Newsletter

Investor Siap-Siap! 2 Data Genting RI Bakal Guncang Pasar

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
02 December 2024 06:00
Seorang pengunjung Bursa Efek Indonesia berdiri di depan papan elektronik yang menampilkan daftar indeks saham, Kamis, (7/11/2024). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Seorang pengunjung Bursa Efek Indonesia berdiri di depan papan elektronik yang menampilkan daftar indeks saham, Kamis, (7/11/2024). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
  • Hari ini ada data pending yakni inflasi dan PMI Manufaktur yang akan jadi penggerak pasar keuangan RI
  • Ada juga data aktivitas manufaktur dari China
  • Investor bersiap pekan ini banyak data-data genting yang rilis

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia pada pekan ini berpotensi untuk bergerak fluktuatif karena banyak data penting yang akan rilis pada hari ini. Diantaranya data inflasi dan aktivitas manufaktur Indonesia, tenaga kerja Amerika Serikat, dan pidato kepala bank sentral Amerika Serikat The Federal Reserve atau The Fed.

Ulasan lengkap mengenai sentimen-sentimen yang akan memengaruhi pasar ada di halaman tiga dan beragam agenda penting hari ini ada di halaman empat.

Kilas balik kinerja pasar keuangan Indonesia sepanjang pekan kemarin penuh dengan tantangan. 

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih betah di zona merah. Pada penutupan perdagangan Jumat (28/11/2024), IHSG melemah hingga 1,19% ke posisi 7.114,27. 

IHSG bahkan melorot 6,07% sepanjang November 2024. Ini merupakan performa terparah sejak September 2020.

Penurunan performa indeks utama pasar saham di Indonesia dibarengi aksi jual investor asing yang masif. Berdasarkan data RTI, dan asing yang minggat dari pasar Indonesia sepanjang November 2024 mencapai Rp15 triliun di pasar reguler dan Rp15,26 triliun di semua pasar.

Pelemahan IHSG tercatat seiring kondisi pasar modal global dan regional yang masih tertekan, serta masih adanya tekanan jual pada beberapa emiten perbankan dan saham ADRO.

Senior Technical Analyst Samuel Sekuritas, Muhammad Alfatih menyebutkan bahwa Topsell oleh asing di pasar saham hingga kemarin masih seputar perbankan besar Indonesia, hal ini yang menjadi penekan bagi IHSG karna perbankan memiliki bobot yang besar di dalam IHSG.

Selain itu, Alfatih juga menambahkan bahwa adanya aksi jual saham PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) yang terus berlanjut setelah pembagian dividen jumbo menjadi pemicu melemahnya IHSG.

Saham ADRO anjlok signifikan hingga 24,80% ke level Rp2.760 per lembar pada perdagangan sebelumnya (28/11/2024), sedangkan pada penutupan akhir pekan ini ADRO kembali ambruk hingga 24,64% menjadi Rp2.080 per lembar seiring langkah investor yang merealisasikan keuntungan pasca pembagian dividen dengan yield mencapai 36,05%. Dari sisi global, ketegangan geopolitik antara Rusia dan Ukraina masih menjadi perhatian utama investor.

Serangan rudal Rusia ke infrastruktur energi Ukraina menciptakan ketidakpastian di pasar, terutama di tengah ancaman penggunaan senjata nuklir oleh Rusia setelah Ukraina memanfaatkan sistem senjata ATACMS dari Amerika Serikat untuk menyerang target di wilayah Rusia. Walaupun intelijen AS menyebut kemungkinan serangan nuklir tetap rendah, sentimen kehati-hatian tetap mendominasi pasar.

Di sisi lain, nilai tukar garuda berhasil menguat di hadapan dolar Amerika Serikat (AS) di tengah indeks dolar yang melemah.

Melansir data Refinitiv, pada penutupan perdagangan akhir pekan Jumat (29/11/2024) rupiah menguat hingga 0,16% ke level Rp15.840/US$. Selama sepekan kemarin, rupiah bergerak cukup stabil dengan alami penguatan tipis hingga 0,19% dari penutupan sebelumnya yang berada pada level Rp15.870/US$.

Dow Jones Industrial Average dan S&P 500 mencatat rekor tertinggi baru pada hari Jumat, di tengah hari perdagangan yang lebih singkat yang menutup bulan yang kuat untuk pasar saham.

S&P 500 naik 0,56% menjadi 6.032,38, sementara Nasdaq Composite melonjak 0,83% ke 19.218,17. Dow Jones naik 188,59 poin atau 0,42% dan berakhir di 44.910,65. Baik Dow maupun S&P 500 mencatat rekor tertinggi baru, baik secara intraday maupun saat penutupan.

Sebagian momentum kenaikan ini didorong oleh saham-saham di sektor semikonduktor. Saham-saham ini melonjak setelah laporan dari Bloomberg mengungkapkan bahwa pemerintahan Biden sedang mempertimbangkan pembatasan tambahan terhadap penjualan peralatan semikonduktor ke China yang tidak seketat yang diperkirakan sebelumnya. Lam Research melonjak lebih dari 3%, sementara Nvidia naik lebih dari 2%. ETF Semikonduktor iShares (SOXX) bertambah 1,3%.

Kenaikan yang cukup luas mendorong S&P 500 ke wilayah yang belum pernah dijamah sebelumnya, dengan sekitar tiga dari lima anggota S&P 500 berakhir di zona hijau pada sesi ini.

Pergerakan ini terjadi saat para pedagang melihat akhir dari pekan dan bulan yang menguntungkan. Perdagangan November sebagian besar berpusat pada reli pasca pemilu yang dipicu oleh kemenangan Presiden terpilih Donald Trump.

Dow naik 1,4% minggu ini, menjadikan kenaikannya untuk bulan November sebesar 7,5%. S&P 500 dan Nasdaq Composite masing-masing naik 1,1% minggu ini, mengakhiri bulan November 2024 dengan kenaikan lebih dari 5% dan 6%. Dengan keuntungan tersebut, Dow dan S&P 500 mencatatkan bulan terbaik mereka pada tahun 2024.

Fokus investor akan langsung tertuju ke dua data pening dari dalam negeri yakni inflasi dan aktivitas manufaktur yang akan diumumkan hari ini, Senin (2/12/2024).

Inflasi Akan Semakin Ganas

Inflasi Indonesia diperkirakan merangkak pada November 2024 seiring naiknya sejumlah bahan pokok dan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) non-subsidi.

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 11 institusi memperkirakan Indeks Harga Konsumen (IHK) secara bulanan (month to month/mtm) diproyeksi akan naik atau mengalami inflasi sebesar 0,25%. Sementara secara tahunan (year on year/yoy), inflasi diproyeksi akan berada di level 1,49%.

Sebagai catatan, inflasi Oktober 2024 tercatat 0,08% (mtm) dan secara tahunan mencapai 1,71%.

Jika pada November 2024 terjadi inflasi (mtm) maka ini akan menjadi inflasi beruntun dalam dua bulan setelah lima bulan sebelumnya (Mei-September 2024) mencatat deflasi.

Konsensus CNBC Indonesia juga memperkirakan inflasi inti pada November 2024 akan berada di 2,2% (yoy), nyaris stagnan dibandingkan Oktober (2,21%).

Kepala ekonom Bank Maybank Indonesia Juniman menjelaskan inflasi November akan dipicu kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) non-subsidi, tarif angkutan udara, minyak goreng, dan cabai merah.

"Kenaikan inflasi November 2024 dipicu oleh naiknya harga BBM non subsidi, minyak goreng, bawang, sayur-mayur, dan emas," tutur Juniman kepada CNBC Indonesia.

Seperti diketahui, seluruh badan usaha penyedia Bahan Bakar Minyak (BBM) kompak menaikkan harga BBM non subsidi per 1 November 2024, mulai dari PT Pertamina (Persero), Shell Indonesia, hingga SPBU BP-AKR.

Kepala ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro menjelaskan inflasi November 2024 disebabkan oleh kenaikan sejumlah bahan pokok seperti bawang.

PMI Manufaktur Indonesia Jadi Sorotan

Kinerja manufaktur Indonesia telah berada di zona kontraksi sejak Juli 2024 atau sudah empat bulan beruntun. Besok pagi akan ada rilis data PMI Manufaktur Indonesia oleh S&P Global.

PMI manufaktur Indonesia terkontraksi ke 49,2 pada Oktober 2024. Angka ini tidak berubah dibandingkan September.

Kontraksi empat bulan beruntun ini mempertegas fakta jika kondisi manufaktur RI kini sangat buruk.

Terakhir kali Indonesia mencatat kontraksi manufaktur selama empat bulan beruntun adalah pada awal pandemi Covid-19 2020 di mana aktivitas ekonomi memang dipaksa berhenti untuk mengurangi penyebaran virus.

Aktivitas manufaktur yang terkontraksi secara terus menerus akan menjadi sinyal bahaya terutama bagi serapan tenaga kerja yang bisa berakibat lonjakan angka pengangguran.

Saat pengangguran meningkat, daya beli masyarakat Indonesia akan semakin menurun. Tentunya hal ini tidak baik bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang notabene berpangku pada belanja rumah tangga yang berkontribusi lebih dari 50% terhadap produk domestik bruto Indonesia.

PMI Manufaktur China

Pada hari yang sama, China akan merilis data aktivitas manufaktur untuk periode November yang dihimpun oleh Caixin.

Berdasarkan konsensus Trading Economics, PMI manufaktur China akan mengalami peningkatan ke 50,5 dari bulan sebelumnya 50,3.

Indeks Caixin China General Manufacturing PMI naik menjadi 50,3 pada Oktober 2024, dari 49,3 di bulan sebelumnya. Angka ini melampaui perkiraan pasar sebesar 49,7, sekaligus menandakan ekspansi aktivitas manufaktur setelah serangkaian langkah stimulus dari Beijing pada akhir September.

Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:

1. PMI Manufaktur Indonesia periode November (7.30 WIB)

2. PMI Manufaktur China periode November (8.45 WIB)

3. Inflasi Indonesia periode November (11.00 WIB)

Berikut sejumlah agenda emiten di dalam negeri pada hari ini:

Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular