Newsletter

Kabar Baik dari BI & AS, Sanggup Terbangkan IHSG-Rupiah?

Susi Setiawati, CNBC Indonesia
22 November 2024 05:58
Guber Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo menyampaikan sambutan saat Opening Ceremony Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) di Jakarta Convention Center, Jakarta, Rabu (30/10/2024).
Foto: Guber Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo menyampaikan sambutan saat Opening Ceremony Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) di Jakarta Convention Center, Jakarta, Rabu (30/10/2024). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)

1. Hasil keputusan BI masih jadi pemberat pasar keuangan
2. Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) cata surplus usai defisit
3. AS akan umumkan PMI Manufaktur malam ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan rupiah, kompak melemah pada perdagangan kemarin, Kamis (21/11/2024). Pelemahan pasar keuangan RI usai Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk kembali menahan suku bunga acuan.

Akan tetapi, masih terdapat beberapa sentimen dari dalam negeri maupun luar negeri pada esok hari. Selengkapnya mengenai sentimen dan proyeksi pasar hari ini dapat dibaca pada halaman tiga pada artikel ini. Dan para investor juga dapat mengintip agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini baik dalam negeri dan luar negeri pada halaman empat.

IHSG ditutup melemah 0,55% ke posisi 7.140,91 pada Kamis (21/11/2024). IHSG sempat kembali menyentuh level psikologis 7.200 pada sesi I pada perdagangan kemarin. Namun di sesi II hingga akhir perdagangan, IHSG kembali berada di level psikologis 7.100.

Nilai transaksi indeks pada perdagangan kemarin mencapai sekitar Rp 9,7 triliun dengan melibatkan 16,9 miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 1,1 juta kali. Sebanyak 231 saham naik, 316 saham turun, dan 244 saham stagnan.

Secara sektoral, sektor konsumer primer menjadi penekan terbesar IHSG pada akhir perdagangan kemarin yakni mencapai 0,92%.

Sementara dari sisi saham, emiten perbankan raksasa mendominasi penekan IHSG yakni PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) mencapai 14,7 indeks poin, kemudian PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) sebesar 11,6 indeks poin, dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) sebesar 6,7 indeks poin.

IHSG kembali merana setelah sempat bergairah di sepanjang sesi I perdagangan kemarin. Bahkan, IHSG sempat kembali ke level psikologis 7.200 di sesi I. Sayangnya di sesi II, penguatan IHSG mulai terpangkas dan pada akhirnya kembali ditutup di zona merah.

Koreksinya IHSG pada perdagangan kemarin terjadi di tengah sikap investor yang masih mencerna keputusan Bank Indonesia (BI) yang kembali menahan suku bunga acuannya. Sebelumnya kemarin, BI memutuskan untuk kembali menahan suku bunga acuannya atau BI Rate di level 6%.

Diketahui, suku bunga BI pada Oktober 2024 juga berada di level 6%. Suku bunga pada level 6% ini telah terjadi sebanyak tiga kali, yakni September, Oktober, dan November 2024. Sedangkan pada periode Agustus 2024, suku bunga BI masih berada di angka 6,25%.

Beralih ke rupiah, dilansir dari Refinitiv pada penutupan perdagangan Kamis (21/11/2024) rupiah melemah sebesar 0,38% ke Rp15.920/US$. Sepanjang hari, nilai tukar rupiah berfluktuasi di rentang Rp15.953/US$ hingga Rp15.880/US$.

Pelemahan rupiah perdagangan kemarin didorong oleh sentimen pasar terkait hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) oleh BI yang kembali menahan suku bunganya pada level 6%.

Keputusan ini disampaikan oleh Gubernur BI, Perry Warjiyo yang bertujuan untuk bisa tetap menjaga inflasi yang terkendali dalam sasaran yang ditetapkan pemerintah 2,5 plus minus 1% pada 2024 dan 2025 serta mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Perry mengungkapkan fokus kebijakan moneter untuk memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah dari dampak semakin tingginya ketidakpastian geopolitik dan perekonomian global dengan perkembangan politik di AS.

Selain itu, Gubernur BI Perry Warjiyo juga menyebut pihaknya akan promarket untuk menarik aliran modal asing.

Selain itu, kemarin pada Kamis (21/11/2024) BI telah merilis data transaksi berjalan untuk kuartal III-2024 yang terpantau kembali mengalami defisit di angka US$2,2 miliar (0,6% dari PDB). Dimana angka ini lebih rendah dibandingkan dengan defisit sebesar US$3,2 miliar (0,9% dari PDB) pada kuartal II-2024. Rilis data ini menunjukkan defisit kuartal keenam secara berturut-turut.

Defisit transaksi berjalan memberikan dampak yang negatif bagi perekonomian suatu negara.

Sebagai informasi, transaksi berjalan sendiri merupakan gambaran arus uang yang keluar masuk melalui sektor-sektor riil.

Sementara transaksi di sektor riil ini lebih bertahan lama, tidak mudah keluar dan masuk dengan cepat. Berbeda dengan sektor keuangan, seperti saham, di mana investor bisa dalam satu kedipan mata menarik modal dari Indonesia.

Sementara dari pasar obligasi Indonesia, pada perdagangan Kamis (21/11/2024) imbal hasil obligasi tenor 10 tahun tercatat menguat 0,14% di level 6.990 dari perdagangan sebelumnya. Imbal hasil obligasi yang menguat menandakan bahwa para pelaku pasar sedang membuang surat berharga negara (SBN). Begitupun sebaliknya, imbal hasil obligasi yang melemah menandakan bahwa para pelaku pasar sedang kembali mengumpulkan surat berharga negara (SBN).

Dow Jones Industrial Average dan S&P 500 naik pada perdagangan Kamis (21/11/2024) saat investor mengalihkan perhatian ke saham siklikal yang diperkirakan akan mendapat manfaat dari percepatan ekonomi, sekaligus menjual saham teknologi.

Dow naik 461,88 poin, atau 1,06%, untuk ditutup di 43.870,35. S&P 500 menambahkan 0,53% dan ditutup pada 5.948,71. Nasdaq Composite, yang didominasi oleh saham teknologi, hanya naik tipis 0,03% menjadi 18.972,42.

"Minggu ini adalah saat semua orang mulai memikirkan kembali perdagangan terkait Trump," kata Mark Malek, kepala investasi di Siebert. "Orang-orang mulai lebih serius. Tidak cukup hanya berkata, 'kami pikir sektor ini akan berkinerja baik'-Anda harus memiliki jawaban yang lebih konkret."

Beberapa pemenang hari Kamis termasuk saham perbankan seperti Goldman Sachs, raksasa industri Caterpillar, dan peritel Home Depot. Indeks Russell 2000, yang dianggap sebagai barometer untuk perusahaan kecil dan diuntungkan dari potensi dorongan ekonomi oleh Presiden terpilih Donald Trump, naik lebih dari 1%.

Investor juga mengevaluasi hasil dari raksasa chip kecerdasan buatan Nvidia, yang sahamnya naik lebih dari 190% tahun ini menjelang hasil tersebut. Harga saham sempat berfluktuasi setelah perusahaan melaporkan hasil kuartal ketiga yang lebih baik dari perkiraan dan memberikan panduan yang kuat. Beberapa pedagang mengaitkan penurunan awal harga saham dengan perlambatan pertumbuhan pendapatan dari kuartal sebelumnya, atau kekhawatiran bahwa produsen chip ini tidak melampaui perkiraan panduan paling optimistis. Saham akhirnya ditutup naik 0,5%.

Jelang akhir pekan, pergerakan IHSG maupun rupiah diprediksi bergerak lebih volatile. Lantaran masih terdapat data ekonomi Indonesia dan Amerika Serikat (AS) yang akan rilis sebelum libur akhir pekan hingga efek hasil dari Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) yang mencatatkan surplus usai defisit pada periode sebelumnya.

NPI RI Surplus Usai Defisit

Bank Indonesia (BI) mengumumkan kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan III 2024 yang membaik sehingga mampu mendukung ketahanan eksternal. NPI pada kuartal III 2024 mencatat surplus sebesar US$5,9 miliar, dari sebelumnya defisit sebesar US$0,6 miliar pada triwulan II 2024.

Surplus NPI ditopang oleh surplus neraca transaksi modal dan finansial yang meningkat serta defisit neraca transaksi berjalan yang lebih rendah. Dengan perkembangan tersebut, posisi cadangan devisa meningkat dari sebesar US$140,2 miliar pada akhir Juni 2024 menjadi sebesar US$149,9 miliar pada akhir September 2024, atau setara dengan pembiayaan 6,4 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.

Neraca Transaksi Berjalan Defisit

BI juga melaporkan penurunan defisit neraca transaksi berjalan. Pada kuartal III 2024, neraca transaksi berjalan mencatat defisit sebesar US$2,2 miliar (0,6% dari PDB), lebih rendah dibandingkan dengan defisit sebesar US$3,2 miliar (0,9% dari PDB) pada kuartal II 2024.

Kinerja neraca transaksi berjalan ditopang oleh surplus neraca perdagangan barang nonmigas yang berlanjut, didukung oleh pertumbuhan ekspor nonmigas seiring dengan kenaikan harga komoditas, di tengah impor yang tumbuh lebih tinggi sejalan meningkatnya aktivitas ekonomi domestik.

Defisit neraca jasa menyempit didorong oleh meningkatnya surplus jasa perjalanan seiring naiknya jumlah kunjungan wisatawan mancanegara. Defisit neraca pendapatan primer juga menurun dipengaruhi oleh lebih rendahnya pembayaran imbal hasil investasi kepada investor nonresiden. Selain itu, peningkatan surplus neraca pendapatan sekunder yang didorong oleh penerimaan remitansi turut mendukung kinerja neraca transaksi berjalan.

Surplus Neraca Transaksi Modal dan Finansial Berlanjut

Selain itu, BI mencatatkan surplus neraca transaksi modal dan finansial sebesar US$6,6 miliar pada kuartal III 2024, meningkat dibandingkan dengan surplus sebesar US$3 miliar pada kuartal II 2024. Investasi langsung membukukan peningkatan surplus, utamanya berasal dari penyertaan modal di sektor Industri Pengolahan, Jasa Kesehatan, serta Transportasi, Pergudangan, dan Komunikasi, sejalan dengan persepsi positif investor terhadap prospek perekonomian nasional yang tetap terjaga.

Aliran masuk modal asing ke berbagai instrumen investasi portofolio juga meningkat seiring dengan imbal hasil investasi yang tetap menarik. Di sisi lain, investasi lainnya mencatat kenaikan defisit didorong meningkatnya penempatan investasi swasta pada berbagai instrumen finansial luar negeri.

Ke depan, BI senantiasa mencermati dinamika perekonomian global yang dapat memengaruhi prospek NPI dan terus memperkuat respon bauran kebijakan yang didukung sinergi kebijakan yang erat dengan Pemerintah dan otoritas terkait guna memperkuat ketahanan sektor eksternal.

NPI 2024 diprakirakan tetap baik dengan defisit neraca transaksi berjalan terjaga dalam kisaran rendah sebesar 0,1% sampai dengan 0,9% dari PDB. Neraca transaksi modal dan finansial diprakirakan tetap mencatatkan surplus didukung oleh peningkatan investasi langsung maupun investasi portofolio sejalan dengan persepsi positif investor terhadap prospek perekonomian nasional dan imbal hasil investasi yang menarik.

Uang Beredar Indonesia

Hari ini Jumat (22/11/2024), Bank Indonesia (BI) akan mengumumkan uang beredar M2 Indonesia periode Oktober 2024. Sebelumnya, Likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) pada September 2024 tumbuh stabil. Posisi M2 pada September 2024 tercatat sebesar Rp9.044,9 triliun atau tumbuh sebesar 7,2% secara tahunan (year on year/yoy). Adapun, pertumbuhan M2 hampir stagnan setelah tumbuh 7,3% pada Agustus lalu.

Pertumbuhan ini relatif stabil dibandingkan pertumbuhan pada bulan sebelumnya. Perkembangan tersebut didorong oleh pertumbuhan uang beredar sempit (M1) sebesar 6,9% (yoy) dan uang kuasi sebesar 5,3% (yoy).

Adapun, data M1 pada September 2024 mencapai Rp 4.993,6 triliun dengan pangsa 55,2% dari M2. Pertumbuhan M1 pada bulan tersebut dipengaruhi oleh perkembangan uang kartal di luar bank umum dan BPR serta giro rupiah.

BI pun mencatat jumlah uang kartal yang beredar di masyarakat pada September 2023 mencapai Rp 957,2 triliun atau tumbuh 10,6% secara tahunan (yoy), melambat jika dibandingkan Agustus lalu yang tumbuh hingga 12,1% (yoy).

Dari data peredaran uang, BI mencatat penyaluran kredit pada September 2024 tumbuh sebesar 10,4% (yoy). BI mengklaim pertumbuhan ini tetap tinggi dibandingkan pertumbuhan pada bulan sebelumnya sebesar 10,9% (yoy).

Sementara itu, tagihan bersih kepada Pemerintah Pusat tumbuh sebesar 12,3% (yoy), relatif stabil dibandingkan pertumbuhan pada bulan sebelumnya. Sementara itu, aktiva luar negeri bersih terkontraksi sebesar 0,3% (yoy), setelah pada bulan sebelumnya terkontraksi sebesar 1,1% (yoy).

PMI Manufaktur AS

Jelang akhir pekan, Amerika Serikat (AS) akan merilis data PMI Manufaktur periode November 2024. Sebelumnya, PMI Manufaktur Flash AS Global S&P direvisi lebih tinggi menjadi 48,5 pada Oktober 2024 dari awal 47,8 dan setelah level terendah 15 bulan di 47,3 pada September.

Hal ini menunjukkan sektor manufaktur AS masih dalam wilayah kontraksi tetapi ada beberapa tanda-tanda penurunan mereda. Tekanan inflasi mereda, dengan biaya input meningkat pada laju paling lambat dalam hampir setahun dan inflasi harga output juga mereda. Sementara itu, waktu pengiriman pemasok diperpanjang untuk pertama kalinya dalam tiga bulan di tengah penundaan yang secara luas terkait dengan gangguan terkait badai.

Berikut sejumlah agenda ekonomi dalam dan luar negeri pada hari ini:

• Uang Beredar M2 Indonesia periode Oktober 2024
• PMI Manufaktur AS periode November 2024
• PMI Jasa AS periode November 2024

Berikut sejumlah agenda emiten di dalam negeri pada hari ini:

• Dividen BOBA - Rp2/saham
• Dividen JTPE - Rp7/saham
• Dividen SPTO - Rp35/saham
• Dividen TOTO - Rp12/saham
• RUPSLB UVCR

Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Next Page
WALL STREET
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular