
Satu Lagi Kabar Genting dari BI, Investor Siap-Siap Kecewa

Investor hari ini masih akan merasakan efek dari kebijakan suku bunga oleh Bank Indonesia. Di samping itu, ada rilis NPI oleh BI yang juga akan menjadi penggerak pasar.
BI Komitmen Jaga Nilai Rupiah
Bank Indonesia (BI) pada hari ini (20/11/2024) melaporkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) dan kembali menahan suku bunganya di level 6%.
Untuk diketahui, BI rate pada Oktober 2024 juga berada di level 6%. BI rate pada level 6% ini telah terjadi sebanyak tiga kali, yakni September, Oktober, dan November 2024. Sedangkan pada periode Agustus 2024, BI rate masih berada di angka 6,25%.
Rupiah yang berada dalam tren pelemahan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menjadi fokus dalam pembahasan Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) pada 19-20 November 2024.
Dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, BI melakukan penguatan strategi operasi moneter. Gubernur BI Perry Warjiyo menyebut pihaknya akan promarket untuk menarik aliran modal asing.
"Penguatan strategi operasi moneter promarket untuk tarik berlanjutnya aliran portofolio asing untuk memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah dan efektivitas transmisi kebijakan moneter dengan mengoptimalkan SRBI SVBI dan SUVBI," terang Perry dalam konferensi pers, Rabu (20/11/2024).
"Kita memperkuat strategi transaksi term repo dan swap valas yang kompetitif dan memperkuat peran primary dealer untuk memperkuat transaksi SBN dan Repo di pasar sekunder serta antar pelaku pasar," jelasnya.
Siap-siap NPI Diumumkan Hari Ini
Para pelaku pasar juga menantikan rilis transaksi berjalan dan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) untuk kuartal III-2024 yang diumumkan besok, Kamis (21/11/2024).
Sebelumnya pada kuartal II-2024, tercatat defisit transaksi berjalan Indonesia melebar menjadi US$ 3,02 miliar, dibandingkan dengan US$ 2,50 miliar pada kuartal sebelumnya, mencatatkan defisit untuk kuartal kelima berturut-turut dan setara dengan 0,9% dari PDB negara.
Pembacaan terbaru ini menandai defisit transaksi berjalan terbesar sejak kuartal pertama 2020, seiring dengan lonjakan defisit akun jasa yang mencapai US$ 5,15 miliar, tertinggi dalam enam kuartal, dibandingkan dengan US$ 4,60 miliar pada tahun sebelumnya, akibat meningkatnya defisit layanan perjalanan.
Tensi Konflik Ukraina dan Rusia Semakin Panas
Ketidakpastian di pasar semakin tinggi setelah Ukraina menembak sejumlah target di Bryansk, Rusia menggunakan senjata jarak jauh milik Amerika Serikat (AS), Army Tactical Missile System (ATACMS), menyerang kota-kota Rusia.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov yang berada di KTT G20 Brasil dengan tegas meneriakkan hal tersebut adalah "peningkatan perang".
Presiden Rusia Vladimir Putin juga membalas dengan menandatangani doktrin nuklir baru yang tampaknya dimaksudkan sebagai "peringatan" bagi Washington. Doktrin tersebut menurunkan batas kapan Rusia dapat menggunakan senjata atom untuk menanggapi serangan yang mengancam integritas teritorialnya.
Dokumen yang diperbarui sekarang menyatakan bahwa setiap agresi terhadap Rusia oleh negara non-nuklir, jika didukung oleh kekuatan nuklir, akan dianggap sebagai serangan bersama. Doktrin tersebut juga menyatakan bahwa Rusia dapat menggunakan senjata nuklir jika terjadi ancaman kritis terhadap kedaulatan dan integritas teritorialnya (dan sekutunya, Belarus), dan bahwa peluncuran rudal balistik terhadap Rusia akan terlihat di antara kondisi yang dapat menjamin respons menggunakan senjata nuklir.
Sementara itu, dalam pemberitaan terbaru sejumlah media Inggris, Ukraina dilaporkan telah menembakkan rudal Storm Shadow, yang dipasok negara itu, ke Rusia. Ini merupakan untuk pertama kalinya, senjata mematikan yang bisa menembus bunker dan gudang amunisi tersebut digunakan dalam perang di Eropa itu.
(ras/ras)