Newsletter

Semua Mata Tertuju ke Thamrin, BI Segera Umumkan Kabar Genting

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
20 November 2024 06:00
BI
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Luthfi Rahman
  • Semua mata tertuju ke Bank Indonesia yang akan mengumumkan suku bunga
  • BBCA akan segera bagikan dividen interim, hari ini cumdate
  • Bank sentral China akan umumkan suku bunga pinjaman

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia semringah jelang keputusan suku bunga Bank Indonesia. Meskipun ada ruang untuk menurunkan suku bunga, sejumlah analis memperkirakan BI tetap menahan suku bunga guna menjaga arus modal asing.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil ditutup di zona hijau pada perdagangan Selasa (19/11/2024). IHSG ditutup menanjak 0,86% ke posisi 7.195,71. IHSG sejatinya sempat menyentuh kembali level psikologis 7.200. Namun sayangnya, IHSG tak mampu bertahan dan tetap di level 7.100-an. 

Nilai transaksi indeks pada hari ini mencapai sekitar Rp 11 triliun dengan melibatkan 23 miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 1,2 juta kali. Sebanyak 382 saham terapresiasi, 212 saham terdepresiasi, dan 197 saham stagnan.

Secara sektoral, sektor teknologi menjadi yang paling kencang penguatannya dan juga menjadi penopang (movers) IHSG pada akhir perdagangan kemarin yakni mencapai 5,24%.

IHSG berhasil bangkit dan sempat melesat lebih dari 1%, setelah selama empat hari beruntun merana.

Sementara itu, rupiah melanjutkan penguatan di hadapan dolar Amerika Serikat (AS) di tengah penantian pelaku pasar terkait rilis kebijakan suku bunga Bank Sentral Indonesia dan China pada hari ini (20/11/2024).

Melansir data Refinitiv, pada penutupan Selasa (19/11/2024) rupiah berhasil menguat hingga 0,13% berada di level Rp15.825/US$. Sepanjang hari, nilai tukar rupiah berfluktuasi di rentang Rp15.835/US$ hingga Rp15.780/US$.

Sejalan dengan rupiah, Indeks Dolar AS (DXY) ikut menguat hingga 0,04% tepat pukul 15.00 di posisi 106,323.

Penguatan nilai tukar rupiah dan pasar saham pada perdagangan kemarin dipengaruhi oleh sentimen penting yang menjadi perhatian pelaku pasar, yakni rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) yang berlangsung hingga Rabu (20/11/2024).

Dalam rapat ini, akan diumumkan keputusan terkait suku bunga acuan BI untuk periode November 2024, disertai dengan rilis suku bunga deposit facility dan lending facility.

Di sisi lain, kebijakan suku bunga bank sentral China juga menjadi perhatian, karena akan diumumkan pada hari yang sama dengan RDG BI.

Indeks Nasdaq Composite menguat pada perdagangan Selasa (19/11/2024), didorong oleh saham Nvidia, sementara investor tampak mengabaikan kekhawatiran terkait meningkatnya ketegangan geopolitik antara Ukraina dan Rusia.

Nasdaq naik 1,04% dan ditutup di level 18.987,47, sedangkan S&P 500 menguat 0,4% menjadi 5.916,98. Sebaliknya, Dow Jones Industrial Average melemah 120,66 poin atau 0,28%, berakhir di 43.268,94.

Sektor teknologi menjadi sorotan, dengan saham Nvidia naik hampir 5% menjelang laporan laba yang sangat dinantikan pada hari Rabu. Walmart juga naik 3% setelah melaporkan laba yang melampaui ekspektasi dan meningkatkan proyeksi pendapatannya berkat pengeluaran konsumen yang kuat.

Tesla melonjak 2%, sehingga kenaikan bulanan sahamnya mencapai 38%, menandai bulan terbaik sejak Januari 2023. Saham Alphabet dan Amazon masing-masing naik lebih dari 1%.

"Tren dasar pasar masih positif," kata Keith Lerner, Co-Chief Investment Officer di Truist. "Masalah geopolitik memang menjadi risiko, tetapi yang kita lihat lebih pada aksi jual moderat, bukan kepanikan. Ini lebih seperti pasar sedang mencerna kenaikan sebelumnya."

Tekanan di pasar dimulai pada malam hari setelah Presiden Rusia Vladimir Putin memperingatkan AS bahwa ambang batas penggunaan senjata nuklir telah menurun, sikap baru ini muncul setelah Presiden Joe Biden mengizinkan Ukraina menggunakan senjata AS untuk menyerang wilayah dalam Rusia.

Kekhawatiran meningkat setelah berita serangan Ukraina ke wilayah perbatasan Bryansk, Rusia, menggunakan rudal buatan AS, menurut militer Rusia. Laporan ini dikonfirmasi oleh The New York Times, mengutip pejabat AS dan Ukraina. Serangan tersebut dilaporkan mengenai gudang amunisi.

"Ketegangan geopolitik yang meningkat adalah dan tetap menjadi risiko bagi pasar," kata Gaurav Mallik, Chief Investment Officer di Pallas Capital Advisors. "Kombinasi dari retorika perang yang semakin memanas dari Rusia dan ketidakpastian tentang bagaimana pemerintahan presiden AS yang baru akan merespons, menciptakan resep volatilitas di pasar saham."

Harga obligasi negara AS naik seiring investor mencari aset yang lebih aman, sehingga imbal hasilnya turun. Kontrak berjangka emas juga menguat. CBOE Volatility Index atau VIX, yang sering disebut sebagai indikator ketakutan terbaik di Wall Street, melonjak ke level 16.

Ada dua sentimen pasar penting hari ini yakni pengumuman kebijakan moneter Bank Indonesia dan Bank Sentral China. Terutama suku bunga BI yang dapat menjadi penggerak utama pasar.

Konsensus CNBC Indonesia yang dihimpun dari 17 lembaga/institusi mayoritas memproyeksikan bahwa BI akan memangkas suku bunganya sebesar 25 basis poin (bps) ke level 5,75%. Sedangkan delapan institusi memproyeksi bahwa BI akan kembali menahan suku bunganya di level 6%.

Presiden Direktur Samuel Aset Manajemen, Agus Basuki Yanuar mengatakan bahwa BI diperkirakan tidak akan menurunkan suku bunganya pada November ini.

Ia menegaskan terdapat dua faktor yang menjadi alasan, yakni rupiah yang terus melemah dan pernyataan ketua bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell yang mengatakan penurunan lanjutan Fed Rate tidak perlu terburu-buru.

Dilansir dari Refinitiv, rupiah tampak mengalami depresiasi dari Rp15.690/US$ pada akhir Oktober 2024 menjadi Rp15.845/US$ pada 18 November 2024 atau melemah hampir 1%.

Head of Equity Research Bahana Sekuritas ,Putera Satria Sambijantoro juga menyampaikan pandangannya bahwa BI masih akan menahan suku bunganya di tengah penguatan dolar yang baru-baru ini terjadi.

Ia juga mengatakan bahwa periode Desember merupakan waktu yang secara musiman lemah untuk dolar. DXY selalu melemah di bulan Desember selama 7 tahun terakhir sejak 2017, dengan penurunan rata-rata m-m sebesar 1,3%.

Sementara itu, sekitar 50% pelaku pasar berekspektasi bahwa BI akan menurunkan suku bunganya dengan pertimbangan untuk mendorong roda perekonomian Indonesia dan The Fed yang telah duluan memangkas suku bunganya pada awal November silam.

Ekonom Senior KB Valbury Sekuritas, Fikri Permana mengatakan BI cenderung akan memangkas suku bunganya sebesar 25 bps karena BI perlu untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan menurunkan cost of fund.

Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) sendiri diselenggarakan pada Selasa dan Rabu pekan ini (19-20 November 2024). 

Sebagai catatan, BI rate terakhir kali diturunkan sebesar 25 basis poin (bps) pada September 2024 dan selanjutnya ditahan pada Oktober 2024 di level 6%.

Sementara itu, BI memastikan ruang penurunan suku bunga acuan BI Rate masih terbuka ke depan.

Perry menjelaskan, kepastian penurunan ruang suku bunga acuan BI ini akan mempertimbangkan data inflasi, pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, dan pertumbuhan ekonomi RI.

Khusus untuk inflasi, ia mengatakan, sebetulnya per September 2024 tetap terkendali di kisaran target BI 2,5% plus minus 1%. Inflasi IHK tercatat rendah di seluruh komponen sehingga mencapai 1,84% (yoy) pada September 2024.

"Bank Indonesia terus berkomitmen memperkuat efektivitas kebijakan moneter guna menjaga inflasi tahun 2024 dan 2025 terkendali dalam sasaran 2,5±1%, dengan tetap mendukung upaya penguatan pertumbuhan ekonomi," ucapnya.

Bank sentral China juga akan mengumumkan kebijakan suku bunganya di hari yang sama dengan RDG BI.

Suku Bunga PInjaman Bank Sentral Chini

China lewat Loan Prime Rate (LPR) tenor satu dan lima tahun diperkirakan pasar masih akan menahan suku bunganya masing-masing sebesar 3,1% dan 3,6% setelah sebelumnya memangkas suku bunganya dari 3,35% dan 3,85%.

Untuk diketahui, LPR satu tahun memengaruhi pinjaman perusahaan dan sebagian besar pinjaman rumah tangga di China, sementara LPR lima tahun digunakan sebagai acuan untuk suku bunga hipotek.

Langkah ini sudah diperkirakan. Sebelumnya, Gubernur bank sentral China, Pan Gongsheng, telah mengindikasikan bahwa tingkat suku bunga acuan pinjaman akan dipangkas 20 hingga 25 basis poin.

Cum Date Dividen Interim BBCA

Hari ini adalah tanggal cum date pembagian diiden PT Bank Central Asia Tbk (BBCA). BBCA memutuskan untuk membagikan dividen interim tunai kepada para pemegang saham. Keputusan tersebut ditopang oleh tren pertumbuhan kinerja yang berkelanjutan hingga triwulan III tahun 2024.

Adapun dividen interim tersebut sebesar Rp50 per saham untuk tahun buku yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2024, sehingga total dividen interim tunai yang akan dibayarkan adalah sebesar Rp 6.163.752.500.000.

Nilai total dividen interim tunai tersebut meningkat 18% dibandingkan dividen interim yang dibayarkan untuk tahun buku yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2023.

Pelaku Pasar Menantikan Rilis Data NPI

Para pelaku pasar juga menantikan rilis transaksi berjalan dan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) untuk kuartal III-2024 yang diumumkan besok, Kamis (21/11/2024).

Sebelumnya pada kuartal II-2024, tercatat defisit transaksi berjalan Indonesia melebar menjadi US$ 3,02 miliar, dibandingkan dengan US$ 2,50 miliar pada kuartal sebelumnya, mencatatkan defisit untuk kuartal kelima berturut-turut dan setara dengan 0,9% dari PDB negara.

Pembacaan terbaru ini menandai defisit transaksi berjalan terbesar sejak kuartal pertama 2020, seiring dengan lonjakan defisit akun jasa yang mencapai US$ 5,15 miliar, tertinggi dalam enam kuartal, dibandingkan dengan US$ 4,60 miliar pada tahun sebelumnya, akibat meningkatnya defisit layanan perjalanan.

Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:

Neraca Dagang Jepang periode Oktober: 6.50 WIB

Suku Bunga Pinjaman China: 8.15 WIB

Inflasi Inggris periode Oktober: 14.00 WIB

Suku Bunga BI: 14.20 WIB

Berikut sejumlah agenda emiten di dalam negeri pada hari ini:

Cum date dividend: BBCA, BRAM

RUPSLB: DNAR, RELI, SOTS, SOUL

Berikut untuk indikator ekonomi RI:

CNBC INDONESIA RESEARCH

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular