Newsletter

Banyak Sentimen Bikin Sport Jantung, Pasar RI Baik-Baik Saja?

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
19 November 2024 06:19
Sekelompok siswa-siswi melihat layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin, (21/10/2024).
Foto: Sekelompok siswa-siswi melihat layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin, (21/10/2024). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia tetap berada di dalam tekanan sehingga mencatatkan performa negatif. Keluarnya arus modal asing menjadi faktor utama performa negatif pasar keuangan Indonesia.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali ditutup merana pada perdagangan Senin (18/11/2024), di tengah wait and see investor terkait rilis data ekonomi dan agenda penting di Indonesia pada pekan ini.

IHSG ditutup melemah 0,38% ke posisi 7.134,28. Meski kembali terkoreksi, tetapi IHSG masih berada di level psikologis 7.100.

Nilai transaksi indeks mencapai sekitar Rp 10 triliun dengan melibatkan 21 miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 1,1 juta kali. Sebanyak 198 saham naik, 397 saham turun, dan 193 saham stagnan.

Secara sektoral, sektor teknologi, properti, dan energi menjadi penekan terbesar IHSG pada akhir perdagangan yakni masing-masing mencapai 1,46%, 1,38%, dan 1,05%.

IHSG kembali merana di tengah sikap investor yang menanti rilis data ekonomi terbaru di RI yang akan dirilis pada pekan ini, seperti data transaksi berjalan dan data uang beredar.

Namun yang utama, investor menanti keputusan suku bunga terbaru dari Bank Indonesia (BI), di mana mereka menanti apakah BI akan kembali menahan suku bunga acuannya di tengah merananya rupiah dalam beberapa hari terakhir.

Rapat Dewan Gubernur BI (RDG) akan dimulai pada Selasa pekan ini hingga Rabu, dan hasilnya akan diumumkan pada Rabu siang sekitar pukul 14:00 WIB. Pada hari yang sama, BI akan merilis kebijakan terbaru dari deposit facility rate dan lending facility rate.

Sebagai catatan, pada Oktober lalu, BI menahan suku bunganya di level 6% dengan Suku bunga Deposit Facility sebesar 5,25%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,75%.

"Keputusan ini konsisten dengan arah kebijakan moneter untuk memastikan tetap terkendalinya inflasi dalam sasaran 2,5% pada 2024 dan 2025," jelas Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers usai Rapat Dewan Gubernur di kantornya, Rabu (16/10/2024).

Kebijakan tersebut ditujukan juga untuk mendukung pertumbuhan ekonomi serta menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.

"Fokus kebijakan moneter jangka pendek ini pada stabilitas nilai tukar rupiah karena meningkatnya ketidakpastian para keuangan global," ujarnya.

Dari global, bank sentral China (People's Bank of China/PBoC) juga akan mengumumkan kebijakan suku bunganya di hari yang sama dengan RDG BI.

China lewat Loan Prime Rate (LPR) tenor satu dan lima tahun diperkirakan pasar masih akan menahan suku bunganya masing-masing sebesar 3,1% dan 3,6% setelah sebelumnya memangkas suku bunganya dari 3,35% dan 3,85%.

Untuk diketahui, LPR satu tahun memengaruhi pinjaman perusahaan dan sebagian besar pinjaman rumah tangga di China, sementara LPR lima tahun digunakan sebagai acuan untuk suku bunga hipotek.

Langkah ini sudah diperkirakan. Sebelumnya, Gubernur PBoC, Pan Gongsheng, telah mengindikasikan bahwa tingkat suku bunga acuan pinjaman akan dipangkas 20 hingga 25 basis poin (bps).

Sementara itu, nilai tukar rupiah ditutup menguat tipis di hadapan dolar Amerika Serikat (AS) di tengah wait and see hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) yang akan berlangsung hingga Rabu (20/11/2024).

Melansir data Refinitiv, pada penutupan Senin (18/11/2024) rupiah menguat hingga 0,03% berada di level Rp15.845/US$.

Indeks Nasdaq Composite naik pada Senin setelah pekan yang berat, didorong oleh lonjakan saham Tesla, sementara Wall Street menantikan laporan laba yang berpotensi menggerakkan pasar.

Nasdaq naik 0,6% menjadi 18.791,81, sementara S&P 500 naik sekitar 0,4% ke 5.893,62. Namun, Dow Jones Industrial Average turun 55,39 poin, atau 0,1%, menjadi 43.389,60.

Tesla memimpin kenaikan indeks berbasis teknologi tersebut, melonjak 5,6% setelah laporan Bloomberg News, yang mengutip sumber terpercaya, menyebutkan bahwa tim Presiden terpilih Donald Trump sedang mengupayakan pelonggaran regulasi untuk kendaraan swakemudi. Sementara itu, saham Apple dan Netflix masing-masing naik 1,3% dan 2,8%, sementara Advanced Micro Devices melonjak 3%.

Laporan Rabu mendatang dari Nvidia, produsen chip kecerdasan buatan (AI) yang sedang naik daun, menjadi fokus utama investor. Laporan tersebut dapat menjadi katalis besar berikutnya karena Wall Street mencari tanda-tanda permintaan yang kuat untuk chip Blackwell AI mereka. Namun, saham Nvidia turun 1,3% setelah laporan dari The Information menyebutkan bahwa chip mereka mengalami overheat saat digunakan di server, menurut sumber terpercaya.

"Tokoh utama pekan ini adalah Nvidia," kata Kim Forrest, kepala investasi di Bokeh Capital Partners, menyoroti pentingnya perusahaan tersebut bagi indeks utama sejak masuk ke Dow baru-baru ini. "Kecuali ada informasi lain yang muncul sebelumnya, pasar akan menunggu untuk melihat perkembangan dari Nvidia."

Selain Nvidia, investor juga menunggu laporan laba dari sejumlah peritel utama, yang dapat memberikan wawasan lebih lanjut tentang kondisi ekonomi dan belanja konsumen. Sekitar 93% perusahaan di S&P 500 telah melaporkan hasil mereka sejauh ini. Lebih dari 74% melampaui ekspektasi laba, dan 62% melampaui estimasi pendapatan, menurut FactSet.

Pergerakan hari Senin terjadi setelah pekan yang sulit bagi ketiga indeks utama, yang kini turun dari puncaknya pasca-kemenangan pemilu Trump. Penurunan tersebut dipicu oleh kekhawatiran terhadap kebijakan suku bunga setelah Ketua Federal Reserve Jerome Powell menyatakan bahwa bank sentral tidak "terburu-buru" untuk menurunkan suku bunga, mengingat pertumbuhan ekonomi yang kuat dan pasar tenaga kerja yang solid.

Dalam berita lain, saham CVS Health naik 5% setelah menyepakati penambahan empat anggota dewan baru. Sementara itu, saham Super Micro Computer melonjak sekitar 16% setelah laporan Barron menyebutkan bahwa produsen server AI tersebut berencana mengajukan laporan tahunan untuk menghindari delisting dari Nasdaq.

Para investor menanti rilis data keuangan penting, yang utama adalah kebijakan suku bunga dua bank sentral, yakni Bank Indonesia dan Bank Sentral China pada esok hari (20/11/2024).

Sentimen penting pertama yang wajib diperhatikan oleh para pelaku pasar adalah Rapat Dewan Gubernur BI (RDG) juga mulai diselenggarakan hingga Rabu (20/11/2024). Salah satu hal yang ditunggu pelaku pasar adalah soal keputusan suku bunga BI (BI rate) periode November 2024.

Pada hari yang sama, BI akan merilis deposit facility rate dan lending facility rate.

Sebagai catatan, pada Oktober lalu, BI menahan suku bunganya di level 6% dengan Suku bunga Deposit Facility sebesar 5,25%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,75%.

"Keputusan ini konsisten dengan arah kebijakan moneter untuk memastikan tetap terkendalinya inflasi dalam sasaran 2,5% pada 2024 dan 2025," jelas Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers usai Rapat Dewan Gubernur di kantornya, Rabu (16/10/2024).

Kebijakan tersebut ditujukan juga untuk mendukung pertumbuhan ekonomi serta menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.

"Fokus kebijakan moneter jangka pendek ini pada stabilitas nilai tukar rupiah karena meningkatnya ketidakpastian para keuangan global," ujarnya.

Bank sentral China juga akan mengumumkan kebijakan suku bunganya di hari yang sama dengan RDG BI.

China lewat Loan Prime Rate (LPR) tenor satu dan lima tahun diperkirakan pasar masih akan menahan suku bunganya masing-masing sebesar 3,1% dan 3,6% setelah sebelumnya memangkas suku bunganya dari 3,35% dan 3,85%.

Untuk diketahui, LPR satu tahun memengaruhi pinjaman perusahaan dan sebagian besar pinjaman rumah tangga di China, sementara LPR lima tahun digunakan sebagai acuan untuk suku bunga hipotek.

Langkah ini sudah diperkirakan. Sebelumnya, Gubernur bank sentral China, Pan Gongsheng, telah mengindikasikan bahwa tingkat suku bunga acuan pinjaman akan dipangkas 20 hingga 25 basis poin.

Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:

Inflasi Uni Eropa periode September pada pukul 17.00 WIB

Berikut sejumlah agenda emiten di dalam negeri pada hari ini:

Cum date dividend: IFII,

RUPSLB: LPCK, SMDM

Berikut untuk indikator ekonomi RI :

CNBC INDONESIA RESEARCH

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular