Investor Waspadalah! Daya Beli Warga RI dalam Bahaya-Asing Ramai Kabur

Pergerakan pasar hari ini diproyeksi masih melemah karena kencangnya tekanan eksternal dan adanya kabar buruk dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indonesia.
Berikut beberapa sentimen hari ini:
IKK Melemah, Ekonomi dalam Bahaya?
Bank Indonesia mengumumkan IKK Oktober 2024 berada di level 121,1, turun 2,4 poin dibandingkan bulan sebelumnya dan mencapai titik terendah dalam dua tahun terakhir. Ekspektasi masyarakat Indonesia terhadap kondisi ekonomi Indonesia ke depan juga masih buruk.
Penurunan IKK pada Oktober 2024 bisa menjadi sinyal buruk bagi ekonomi ke depan. Optimisme keyakinan yang melemah mencerminkan adanya kemungkinan konsumen untuk menahan belanja ke depan serta bisa menjadi indikasi pelemahan daya beli dan konsumsi masyarakat Indonesia.
Kendati menurun, IKK Oktober ini tergolong masih di atas 100 yang menunjukkan area optimis.
Selain konsumsi masyarakat yang memburuk, Indeks Ekspektasi Ketersediaan Lapangan Kerja untuk enam bulan ke depan juga mengalami penurunan menjadi 129,5 atau terendah sejak Desember 2022. Artinya, masyarakat belum melihat ada perbaikan lapangan kerja hingga April ke depan atau pasca Lebaran 2025.
Sebagai catatan, Lebaran Idul Fitri pada tahun depan jatuh pada akhir Maret 2025.
Indeks Ekspektasi Ketersediaan Lapangan Kerja terendah jatuh pada kelompok pendidikan akademi. Pada survei Oktober 2024, indeks pada kelompok akademi jatuh ke level terendah sejak Desember 2022 atau hampir dua tahun terakhir.
Indeks ini terpantau sangat rendah diikuti dengan berbagai indikator lain yang menunjukkan lemahnya kondisi tenaga kerja dan perusahaan khususnya manufaktur yang terus-menerus menurun.
Menurut Faisal, Direktur Eksekutif CORE, kondisi ini merupakan pertanda jelas bahwa daya beli masyarakat, terutama kelas menengah dengan pengeluaran antara Rp 2 juta hingga Rp 4 juta, terus melemah.
Berdasarkan survei tersebut, penurunan terbesar terjadi pada kelompok pengeluaran Rp 3,1 juta hingga Rp 4 juta yang mengalami penurunan IKK sebesar 5,7 poin. Disusul oleh kelompok pengeluaran Rp 4,1 juta hingga Rp 5 juta dengan penurunan 1,9 poin, sementara kelompok dengan pengeluaran lebih dari Rp 5 juta juga mengalami penurunan sebesar 0,7 poin.
Ekonom Universitas Paramadina, Wijayanto Samirin, mengaitkan tren pelemahan ini dengan ketidakpastian pendapatan masyarakat di masa depan, yang dipicu oleh maraknya pemutusan hubungan kerja (PHK) serta kenaikan biaya hidup. "PHK yang semakin meluas dan biaya hidup yang tinggi membuat konsumen merasa tidak aman," kata Wijayanto.
Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis UI, Telisa Aulia Falianty, juga mengungkapkan bahwa deflasi beruntun dari Mei hingga September 2024 turut menjadi indikator pelemahan daya beli, terutama di kelompok masyarakat kelas menengah. Selain itu, Telisa menambahkan bahwa PHK besar-besaran di sektor tekstil yang terjadi baru-baru ini memperburuk pesimisme masyarakat terhadap perekonomian.
Sebagai informasi, konsumsi rumah tangga berkontribusi sekitar 53-56% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia, sehingga melemahnya konsumsi berpotensi besar memengaruhi pertumbuhan ekonomi jangka pendek dan sektor-sektor seperti perusahaan barang konsumsi, perbankan hingga properti dalam jangka panjang.
Melemahnya optimisme konsumen ini berdampak pada perusahaan yang bergantung pada konsumsi domestik, seperti sektor barang konsumsi. Perusahaan FMCG seperti PT Mayora Indah dan Indofood Group, yang banyak beroperasi di segmen barang konsumsi, nampaknya perlu mempersiapkan strategi untuk menghadapi potensi penurunan penjualan akibat berkurangnya daya beli masyarakat.
Penjualan Mobil Jeblok, Daya Beli Kelas Menengah Belum Balik?
Penjualan mobil masih melemah di Oktober 2024. Penjualan mobil secara wholesales di Indonesia sebanyak 77.191 unit pada Oktober 2024 atau turun 3,9% (year-on-year/yoy) dibandingkan capaian Oktober 2023 sebesar 80.350 unit. Sementara itu, angka penjualan mobil secara ritel atau dari diler ke konsumen sebesar 73.443 unit pada Oktober 2024, atau jatuh (yoy).
Secara akumulasi, penjualan mobil nasional periode Januari-Oktober 2024 sudah mencapai 710.406 unit.
Angka ini lebih rendah 125.722 unit atau 15,05% dibandingkan akumulasi penjualan mobil Januari-Oktober 2023 yang mencapai 836.128 unit.
Masih lesunya penjualan mobil ini menunjukkan jika persoalan daya beli, terutama kelas menengah, masih tertekan.
Indeks Dolar Kembali Terbang, Awas Rupiah!
Indeks dolar kembali terbang kemarin ke posisi 104,997 pada perdagangan kemarin, dari 104,508 pada akhir pekan lalu.
Kenaikan indeks dolar menandai aksi borong investor dolar sehingga ada potensi mereka menjual instrument mata uang lain seperti rupiah. Kenaikan dolar ini juga bisa menjadi sinyal akan ada pelemahan rupiah.
Penjualan Ritel Indonesia?
Pada hari ini, Selasa 912/11/2024) Bank Indonesia akan merilis data Penjualan Ritel Tahunan Indonesia akan dirilis dengan konsensus pertumbuhan sebesar 2,5%.
Kenaikan pada data ini akan menjadi sinyal kuat bagi prospek pengeluaran konsumen di tengah laju inflasi yang terkendali, memberikan harapan akan permintaan domestik yang masih solid. Hal ini sangat penting, terutama karena potensi penurunan permintaan dari Tiongkok yang bisa memengaruhi pasar ekspor Indonesia.
Dana Asing Kabur
Dana asing Rp 10,23 triliun kabur dari tiga instrumen keuangan dalam negeri, yakni saham, obligasi negara, dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI). Dalam data BI yang dilansir, Senin (11/11/2024), investor asing tercatat melakukan aksi jual Rp 10,23 triliun pada periode 4-7 November 2024. Dana asung keluar dari saham sebesar Rp 2,29 triliun, Surat Berharga Negara (SBN) Rp 4,66 triliun, dan SRBI Rp 3,28 triliun.
Dana asing masih keluar deras dari saham kemarin yakni mencapai Rp 1,53 triliun.
(emb/emb)