Newsletter

China Buat Dunia Kecewa, Kini Investor Dibuat Deg-Degan oleh Amerika

Revo M, CNBC Indonesia
09 October 2024 06:00
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
  • Pasar keuangan Indonesia kompak berakhir di zona hijau, rupiah dan IHSG sama-sama menguat
  • Wall Street kompak menguat, semua indeks berakhir di zona hijau
  • Panasnya perang serta data ekonomi AS akan menjadi sentimen pasar hari ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia ditutup euforia pada Selasa (8/10/2024). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat, dan Surat Berharga Negara (SBN) tampak dibeli investor.

Pasar keuangan diperkirakan akan dipengaruhi oleh sentimen eksternal pada hari ini, Rabu (9/10/2024) dengan terdapat beberapa sentimen yang masih ditunggu pelaku pasar beberapa hari ke depan dan agenda hari ini. Selengkapnya mengenai proyeksi dan sentimen pasar pekan ini bisa dibaca pada halaman 3 artikel ini.

IHSG pada perdagangan kemarin (8/10/2024), IHSG berakhir di posisi 7.557,14, dalam sehari menguat 0,71%. Secara intraday IHSG sempat menguat lebih dari 1% ke posisi tertinggi di 7.592,884 dan membalikkan posisi merah pada awal sesi di posisi terendah 7.449,48.

Nilai transaksi kemarin cukup ramai mencapai Rp14,06 triliun yang melibatkan 24,17 miliar lembar saham yang ditransaksikan sebanyak 1,47 juta kali. Adapun 261 saham menguat, 290 saham melemah, dan sisanya 240 saham tidak ada perubahan.

Secara sektoral, sektor finansial menjadi yang paling kencang penguatannya dan menjadi penopang terbesar IHSG kemarin yakni mencapai 1,39%. Selain itu, sektor properti dan real estate juga mengalami kenaikan sebesar 1,13%.

Lebih lanjut, terdapat pelemahan pada sektor basic materials sebesar 1,77%, sektor energi melemah 1,37%, termasuk sektor healthcare turun 1,01%.

Sementara dari pasar mata uang, rupiah kembali terpantau menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan kemarin sebesar 0,22% ke angka Rp15.640/US$.

Bank Indonesia (BI) merilis data cadangan devisa yang sedikit turun dari US$150,2 miliar menjadi US$149,9 miliar pada Senin (7/10/2024).

Kendati ada penurunan, posisi cadangan devisa masih cukup kuat untuk menutupi 6,6 bulan impor atau 6,4 bulan impor sekaligus memenuhi pembayaran utang luar negeri pemerintah.

Hal ini menunjukkan bahwa BI masih memiliki ruang untuk melakukan intervensi guna menjaga stabilitas rupiah di tengah tekanan eksternal yang kuat.

Menurut BCA Economic Research, meski penguatan rupiah ini masih terbatas, intervensi BI dan posisi cadangan devisa yang masih melimpah menjadi faktor kunci dalam menopang nilai tukar.

Pasar juga melihat adanya peluang pemangkasan suku bunga oleh BI seiring dengan ekspektasi penurunan suku bunga The Fed di masa mendatang, yang diharapkan akan meredakan tekanan lebih lanjut terhadap rupiah.

Dengan kondisi ini, rupiah menunjukkan ketahanan yang cukup baik, meskipun risiko dari perkembangan geopolitik global masih perlu terus dipantau.

Selanjutnya, beralih pada imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun terpantau kembali menurun dari 6,786% menjadi 6,716%.

Posisi imbal hasil ini mematahkan tren penguatan yang terjadi empat hari secara beruntun.

Perlu diketahui, hubungan yield dan harga pada SBN ini berbanding terbalik, artinya ketika yield turun berarti harga obligasi naik, hal ini menunjukkan minat investor mulai kembali lagi ke SBN.

Saham di bursa AS mengalami rebound pada Selasa atau Rabu dini hari waktu Indonesia seiring dengan penurunan harga minyak dan investor mengevaluasi ketegangan yang sedang berlangsung di Timur Tengah.

Dilansir dari CNBC International, Indeks S&P 500 naik 0,97% dan ditutup di 5.751,13, sedangkan Nasdaq Composite naik 1,45% menjadi 18.182,92. Indeks Dow Jones Industrial Average bertambah 126,13 poin, atau 0,3%, dan berakhir di 42.080,37.

Futures minyak West Texas Intermediate turun 4,6% pada hari Selasa saat para pedagang memantau kemungkinan pembalasan Israel terhadap serangan rudal Iran dan upaya AS untuk mencegah konflik regional yang lebih luas.

Pergerakan ini memberikan tekanan pada saham energi, dengan sektor S&P merosot 2,6%. Marathon Petroleum dan Valero Energy masing-masing kehilangan 7,7% dan 5,3%. "Perang sepertinya menjadi perhatian utama semua orang. Gambaran besarnya adalah pemilihan, dan ada banyak ketidakpastian terkait pajak dan bagaimana itu akan memengaruhi pendapatan ke depannya."" kata Robert Pavlik, manajer portofolio senior di Dakota Wealth Management, kepada CNBC International.

Saham teknologi menguat pada hari Selasa, dengan Nvidia dan Broadcom masing-masing naik 4% dan 3%. Meta Platforms, Tesla, dan Microsoft juga naik setidaknya 1%, sementara Palo Alto Networks melonjak 5%. Awal bulan perdagangan baru ini membawa volatilitas saat kekhawatiran meningkat tentang eskalasi konflik di Timur Tengah.

Kenaikan imbal hasil obligasi juga memberi tekanan pada pasar, dengan suku bunga Treasury 10 tahun mencapai lebih dari 4%.

Pasar sedikit pulih di akhir minggu lalu setelah laporan pekerjaan yang sangat baik, dan Dow mencatatkan rekor penutupan tertinggi sepanjang masa. Namun, antusiasme memudar minggu ini saat investor beralasan bahwa Federal Reserve mungkin tidak akan seagresif itu dalam pemotongan suku bunga di masa depan mengingat kekuatan pasar tenaga kerja.

Data ekonomi jangka pendek juga semakin menunjukkan ketahanan ekonomi, meningkatkan kekhawatiran bahwa bank sentral mungkin "akan lambat" dalam melakukan pemotongan suku bunga ke depan, tambah Pavlik dari Dakota.

Pergerakan pasar keuangan domestik akan didorong oleh sentimen yang berasal dari eksternal, baik dari Timur Tengah, China, hingga AS. Sementara sentimen dari dalam negeri tampaknya berasal dari BI yang akan merilis data survei penjualan ritel.

Perselisihan di Timur Tengah

Perang Arab bisa makin memanas khususnya pasca Kementerian Pertahanan Amerika Serikat (AS), Pentagon, mengancam Iran.

Hal ini terlihat dari pernyataan publik Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin, dalam sebuah kegiatan yang menandai satu tahun serangan Hamas ke Israel, 7 Oktober. Pentagon, tegasnya, tak akan gentar untuk mencegah Iran dan proksi-proksinya jika mereka menyerang Israel dan berkomitmen membela Negeri Zionis itu.

"Departemen Pertahanan tidak akan gentar dalam komitmen kami terhadap keamanan Israel, untuk memerangi terorisme Hamas dan kelompok fanatik lainnya," ujarnya, sebagaimana dimuat laman AS, Newsweek, dikutip Selasa (8/10/2024).

Ia pun kembali menyebut bagaimana AS tidak akan pernah "beristirahat" sampai setiap sandera Israel yang diculik Hamas setahun lalu itu, kembali ke rumah. Meski membela Israel mati-matian, ia mengklaim melindungi warga sipil Palestina- di mana 41.000 lebih telah tewas akibat serangan Israel ke Gaza- merupakan tanggung jawab moral sekaligus keharusan strategis AS.

Israel telah menyatakan akan membalas serangan Iran ke negara tersebut yang terjadi pada awal pekan lalu. Militer Iran pun dilaporkan telah mempersiapkan setidaknya sepuluh skenario untuk menghadapi serangan tersebut.

Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi mengatakan bahwa Iran tidak mencari ketegangan dan perang. Namun jika Israel ingin 'menguji negeri tersebut, mereka siap.

Ketegangan di Timur Tengah yang tiada henti bisa menjadi sentimen negatif bagi pasar keuangan Indonesia mengingat ada risiko yang harus dibayar investor saat ketidakpastian meningkat.

Stimulus China Tak Sesuai Ekspektasi Pasar

Dikutip dari BBC, rally pasar saham di China telah memudar setelah investor kecewa dengan pengumuman stimulus yang sangat dinanti-nantikan.

Saham melonjak lebih dari 10% saat perdagangan dibuka kembali setelah libur Golden Week, tetapi turun kembali setelah konferensi pers oleh perencana ekonomi negara tersebut.

Setelah hari perdagangan yang volatil, Indeks Komposit Shanghai di daratan China ditutup 4,6% lebih tinggi, sementara Hang Seng di Hong Kong anjlok 9,4%.

Investor berharap mendapatkan informasi lebih lanjut tentang bagaimana pemerintah berencana mendukung pertumbuhan ekonomi, tetapi pengumuman tersebut memberikan sedikit rincian.

Ketua Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional China, Zheng Shanjie, mengatakan bahwa dia sangat percaya negara itu akan mencapai tujuan ekonomi dan sosial tahun ini.

Namun, dia menambahkan tekanan penurunan pada ekonomi China juga semakin meningkat.

Komentar Mr. Zheng muncul saat dia mengumumkan bahwa China akan mengeluarkan CNY 200 miliar yuan (US$28 miliar atau sekitar Rp436,8 triliun) untuk proyek pengeluaran dan investasi hingga akhir tahun ini.

Pemerintah China telah berusaha meningkatkan kepercayaan dalam ekonomi terbesar kedua di dunia saat kekhawatiran meningkat bahwa negara itu mungkin gagal mencapai target pertumbuhan tahunan sebesar 5%.

Sebagai catatan, investor telah berbondong-bondong masuk ke saham China sejak pejabat mulai meluncurkan serangkaian langkah untuk meningkatkan ekonomi.

Rencana tersebut mencakup bantuan untuk industri properti yang terkena krisis, dukungan untuk pasar saham, pemberian uang tunai bagi masyarakat miskin, dan peningkatan belanja pemerintah.

Namun, beberapa ekonom meragukan apakah kebijakan ini cukup untuk memperbaiki masalah ekonomi China.

Mereka menyatakan bahwa reformasi mendalam mungkin diperlukan untuk menempatkan negara ini pada jalur pertumbuhan yang lebih berkelanjutan.

Pertumbuhan telah melambat di ekonomi terbesar kedua di dunia ini, yang terus menghadapi penurunan pasar properti, harga yang jatuh, dan tantangan lainnya.

Stimulus yang tidak sesuai harapan ini berpotensi membuat pasar di negara berkembang akan mengalami tekanan setidaknya dalam jangka pendek termasuk Indonesia mengingat China merupakan mitra dagang utama Indonesia. Maka dari itu, perlambatan ekonomi yang ada di China akan memiliki dampak yang signifikan bagi roda perekonomian Indonesia.

Penantian FOMC Minutes

Setelah pemotongan suku bunga sebesar 50 basis poin (bps) bulan lalu, para investor di Wall Street akan sangat memperhatikan apa yang akan disampaikan Ketua The Fed Jerome Powell dan pihak Fed tentang arah kebijakan moneter di pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) pada Kamis dini hari nanti (10/10/2024). Hal ini berpotensi berdampak signifikan pada sentimen pasar dan harga aset.

Nantinya, notulen pertemuan FOMC akan memberikan catatan yang rinci serta memberikan wawasan tentang sikap Federal Reserve terhadap kebijakan moneter.

Sebagai informasi, pada September lalu, The Fed memangkas suku bunganya untuk pertama kalinya sejak Maret 2020 atau empat tahun lalu saat awal pandemi Covid-19.

The Fed dalam keterangannya menjelaskan pemangkasan suku bunga dilakukan karena meyakini inflasi AS sudah bergerak menuju target kisaran mereka di angka 2%. Namun, faktor utama dari pemangkasan sebesar 50 bps adalah tingkat pengangguran AS yang melambung.

"Mengingat kemajuan dalam inflasi dan keseimbangan risiko, Komite memutuskan untuk menurunkan suku bunga sebesar 50 bps," tulis The Fed dalam website resmi mereka.

Indeks Harga Konsumen AS

Pada Kamis pekan ini (10/10/2024) juga, AS akan merilis data Indeks Harga Konsumen (IHK) periode September 2024.

Sebagai informasi, Indeks Harga Konsumen (IHK) Agustus 2024 naik atau mengalami inflasi 0,2% secara bulanan (mtm) dan melandai menjadi 2,5% secara tahunan (yoy), dari 2,9% secara tahunan pada periode Juli. Hal ini menandai kenaikan tahunan terkecil sejak Februari 2021 dan menunjukkan bahwa inflasi sedang dalam perjalanan menuju target bank sentral AS (The Fed) sebesar 2%.

Sementara, IHK inti (tidak termasuk makanan dan energi) naik sedikit lebih tinggi dari yang diharapkan pada Agustus, didorong oleh kenaikan tajam dalam harga layanan tempat tinggal dan transportasi.

Indeks Penjualan Ritel Indonesia

Bank Indonesia (BI) pada pagi hari ini akan merilis indeks penjualan ritel/eceran (IPR) periode Agustus 2024.

Sebelumnya, penjualan ritel di Indonesia meningkat sebesar 4,5% secara tahunan pada Juli 2024, mengalami percepatan tajam dari kenaikan 2,7% pada bulan sebelumnya. Ini adalah bulan ketiga berturut-turut pertumbuhan omset ritel dan laju tercepat sejak Maret, seiring dimulainya tahun ajaran baru, dengan penjualan terutama meningkat untuk makanan (6,5% vs 3,5% di Juni), pakaian (3,4% vs -0,5%), suku cadang & aksesori otomotif (6,3% vs 11,4%), dan bahan bakar (1,7% vs 3,0%). 

Hal menarik dapat terlihat pada IPR periode Juli 2024 yang memperkirakan bahwa IPR untuk periode Agustus mengalami peningkatan mencapai 215,9 atau tumbuh 5,8% (year on year/yoy).

Sementara Trading Economics Forecast justru menunjukkan terjadinya pelandaian untuk IPR periode Agustus menjadi 3,2% yoy. 

Jika IPR Agustus 2024 berada lebih rendah dibandingkan periode Juli 2024, maka hal ini menunjukkan terjadinya perlambatan dari sisi penjualan ritel, termasuk tingkat konsumsi masyarakat yang berujung pada kurang kencangnya pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:

  1. PT Bursa Efek Indonesia (BEI) akan menyelenggarakan The 10th IFA International Conference. Turut hadir Direktur Utama BEI.
  2. Penjualan Ritel Indonesia (10:00 WIB)
  3. Interest Rate Decision India (11:30 WIB)
  4. Laju Inflasi Brazil (19:00 WIB)
  5. Laju Inflasi Meksiko (19:00 WIB)

Berikut sejumlah agenda emiten di dalam negeri pada hari ini:

  1. Pemberitahuan RUPS Rencana PT Eastparc Hotel Tbk (EAST)
  2. Pemberitahuan RUPS Rencana PT Wahana Ottomitra Multiartha Tbk (WOMF)
  3. Pemberitahuan RUPS Rencana PT Global Sukses Solusi Tbk (RUNS)
  4. Tanggal cum Dividen Tunai Interim PT Prima Globalindo Logistik Tbk. (PPGL)
  5. Tanggal cum Dividen Tunai Interim Trisula International Tbk (TRIS)
  6. Tanggal DPS Dividen Tunai Interim United Tractors Tbk (UNTR)

Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular