
Mampukah Saham Bank Bangkit di Tengah "Badai" dari China & AS?

Beralih ke Amerika Serikat (AS), bursa saham Wall Street ditutup kembali bergairah pada perdagangan Kamis kemarin atau Jumat dini hari waktu Indonesia di tengah klaim pengangguran AS terbaru yang kuat membuat meredakan kekhawatiran investor akan pasar tenaga kerja pun mereda.
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) terpantau menguat 0,62% ke posisi 42.175,109, S&P 500 bertambah 0,4% ke 5.745,37, dan Nasdaq Composite terapresiasi 0,6% menjadi 18.190,289.
Kenaikan Wall Street terutama indeks S&P 500 terjadi ditopang oleh kenaikan saham Micron Technology yang ditutup melonjak hingga 15,78%, setelah emiten pembuat chip memori itu memproyeksikan pendapatan kuartal pertama di atas ekspektasi, menyoroti permintaan yang kuat untuk chip memori yang digunakan dalam komputasi kecerdasan buatan.
Serangkaian data ekonomi AS yang kuat meredakan kekhawatiran dan mengurangi prediksi bahwa bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) mungkin dapat memangkas suku bunga secara agresif untuk mengekang perlambatan.
Ekonomi AS tumbuh pada kecepatan tahunan hingga 3% pada kuartal II-2024, lebih cepat dari yang diperkirakan oleh Wall Street, meski data final tidak jauh berbeda dengan data perkiraan kedua.
Para ekonom memperkirakan pembacaan menunjukkan pertumbuhan tahunan sebesar 2,9%. Estimasi ketiga untuk PDB kuartal kedua menegaskan bahwa pertumbuhan ekonomi lebih tinggi dari sebelumnya yang tumbuh 1,4% pada kuartal I-2024.
"(Angka PDB) itu hanya memperkuat latar belakang pertumbuhan ekonomi kuat yang telah kita lihat," kata Mike Dickson, kepala penelitian di Horizon Investments di Charlotte, North Carolina, dikutip dari Reuters.
Secara terpisah, data dari Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan ada 218.000 klaim pengangguran diajukan pada minggu yang berakhir pada tanggal 21 September, lebih rendah dari ekspektasi Wall Street sebesar 223.000. Ini menandai tingkat klaim mingguan terendah sejak pertengahan Mei lalu.
Rilis data tersebut muncul seminggu setelah The Fed memangkas suku bunga hingga setengah poin persentase atau 50 basis poin (bps) dalam upaya untuk mempertahankan apa yang digambarkan oleh Ketua The Fed, Jerome Powell sebagai ekonomi dalam "kondisi baik."
"Ekonomi tumbuh dengan kecepatan yang solid. Inflasi menurun," kata Powell pada tanggal 18 September setelah keputusan pemangkasan suku bunga.
"Pasar tenaga kerja berada di posisi yang kuat. Kami ingin mempertahankannya di sana. Itulah yang kami lakukan (dengan memangkas suku bunga)," tambah Powell saat itu.
Di lain sisi, semalam, Gubernur The Fed Adriana Kugler mengatakan bahwa dia "sangat mendukung" keputusan The Fed untuk memulai pelonggaran kebijakan moneter pekan lalu.
Investor telah berfluktuasi antara pemotongan 25 dan 50 basis poin (bps) sejak The Fed memulai siklus pelonggarannya, dengan taruhan yang mendukung pemotongan yang lebih besar sekarang, naik dari 38,8% dari seminggu yang lalu, berdasarkan perangkat FedWatch dari CME Group.
(chd/chd)