Newsletter

Stimulus Jumbo China Guncang Dunia, Bakal Ngaruh ke IHSG & Rupiah?

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
Rabu, 25/09/2024 06:00 WIB
Foto: Pixabay/
  • Pasar keuangan Tanah Air sumringah pada perdagangan kemarin, ditopang oleh investor asing yang masih memburu pasar keuangan RI.
  • Wall Street kompak menguat dan mencetak rekor
  • Pergerakan saham BREN dan indikator ekonomi AS diproyeksikan menjadi penggerak pasar hari ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Tanah Air kompak sumringah pada perdagangan Selasa (24/9/2024) kemarin, di mana Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), rupiah, dan Surat Berharga Negara (SBN) ditutup di teritori hijau.

Pasar keuangan Indonesia diharapkan kembali kompak menguat hari ini. Selengkapnya mengenai proyeksi sentimen pasar hari ini bisa dibaca pada halaman 3 artikel ini.

IHSG pada perdagangan kemarin ditutup naik tipis 0,04% ke posisi 7.778,49. IHSG masih bertahan di level psikologis 7.700 kemarin.

Nilai transaksi IHSG pada kemarin mencapai sekitar Rp 16 triliun dengan melibatkan 22 miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 1,4 juta kali. Sebanyak249saham menguat,332 saham melemah, dan 215 saham stagnan.

Secara sektoral, sektor konsumer primer menjadi penopang utama yakni sebesar 0,99%. Sedangkan dari sisi saham, penyokong utama berasal dari PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) dan PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) yang menyumbang masing-masing sebesar 5,7 dan 4,4 indeks poin.

Saat IHSG ditutup menguat kemarin, investor asing tercatat kembali memborong saham-saham di RI. Namun jumlahnya cenderung menurun yakni sebesar Rp 11,97 miliar di seluruh pasar dengan rincian sebesar Rp 360,94 miliar di pasar reguler, tetapi di pasar tunai dan negosiasi asing mencatatkan penjualan bersih sebesar Rp 348,97 miliar.

Sementara itu di Asia-Pasifik, bursa saham secara mayoritas menguat, kecuali ASX 200 Australia dan Straits Times Singapura yang terkoreksi masing-masing 0,13% dan 0,43%.

Berikut pergerakan IHSG dan bursa Asia-Pasifik pada perdagangan Selasa kemarin.

Sedangkan untuk mata uang rupiah pada perdagangan kemarin berbalik menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Berdasarkan data Refinitiv, rupiah mengakhiri perdagangan kemarin di posisi Rp 15.180/US$ di pasar spot, menguat 0,1%.

Sementara di Asia, mata uangnya secara mayoritas menguat di hadapan dolar AS kemarin. Kecuali peso Filipina, yen Jepang, rupee India, dan won Korea Selatan terkoreksi di hadapan The Greenback kemarin.

Berikut pergerakan rupiah dan mata uang Asia pada perdagangan Selasa kemarin.

Adapun di pasar surat berharga negara (SBN), pada perdagangan kemarin berbalik menguat, terlihat dari imbal hasil (yield) yang berbalik turun.

Melansir data dari Refinitiv, yield SBN tenor 10 tahun yang merupakan SBN acuan negara terpantau turun 1,7 basis poin (bp) menjadi 6,441%.

Yield berlawanan arah dari harga, sehingga turunnya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang menguat, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%. Ketika yield turun, maka tandanya investor sedang memburu SBN.

Pasar keuangan RI yang sumringah kemarin terjadi sejalan dengan derasnya arus dana asing yang masuk ke pasar keuangan domestik Indonesia serta rilis data realisasi APBN Agustus 2024.

Investor asing terus membanjiri pasar keuangan Indonesia setelah The Federal Reserve (The Fed) memutuskan untuk memangkas suku bunga acuannya sebesar 50 basis poin (bps).

Keputusan ini memberikan sentimen positif pada pasar keuangan global, termasuk Indonesia, di mana aliran dana asing masuk secara signifikan.

Bank Indonesia (BI) mencatat pada periode 17-19 September 2024, investor asing membeli aset neto sebesar Rp 25,6 triliun.

Sebagian besar dari dana tersebut masuk melalui pasar Surat Berharga Negara (SBN) dengan total Rp 19,76 triliun, sementara Rp 4,19 triliun mengalir ke pasar saham, dan Rp 1,66 triliun ke Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).

Sepanjang tahun 2024, total pembelian asing mencapai Rp 259,89 triliun di ketiga sektor tersebut, menunjukkan kepercayaan kuat terhadap pasar Indonesia.

Di lain sisi hasil pengumuman realisasi APBN, Sri Mulyani Indrawati sebagai Menteri Keuangan menekankan bahwa meskipun APBN per Agustus 2024 mengalami defisit sebesar Rp 153,7 triliun atau 0,68% dari PDB, keseimbangan primer masih mencatat surplus sebesar Rp 161,8 triliun.

Ia juga optimis bahwa pendapatan negara hingga akhir tahun akan mencapai target Rp 2.802,3 triliun, meskipun tantangan dari sektor pajak badan masih cukup besar.

Di sisi lain, belanja negara meningkat signifikan sebesar 15,3% yoy, terutama didorong oleh kebutuhan pemilu dan bantuan sosial terkait dampak El-Nino.

Dengan pertumbuhan ekonomi yang diproyeksikan stabil di kisaran 5,06% pada kuartal III-2024, Indonesia masih berada pada jalur yang sesuai dengan target pertumbuhan APBN 2024, yaitu 5,2%.


(chd/chd)
Pages