Newsletter

Punya Amunisi Baru! Ini Hitung-hitungan IHSG & Rupiah Bisa Cetak Rekor

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
23 September 2024 06:00
Uang dolar AS dan Rupiah. (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)
Foto: Uang dolar AS dan Rupiah. (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)

Pasar tampaknya masih menimbang dampak dari dikeluarkannya saham PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) dari indeks FTSE, yang menyebabkan IHSG ambruk lebih dari 2% dan kembali ke level psikologis 7.700.

Jatuhnya saham-saham milik konglomerasi Prajogo Pangestu menjadi penyebab jatuhnya IHSG di tengah sentimen positif pemangkasan suku bunga Bank Indonesia (BI) dan bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reverse (The Fed).

Namun, IHSG diprediksi akan kembali bergejolak pada pekan depan, mengingat minimnya sentimen pada pekan depan dari dalam negeri maupun luar negeri.

Pada hari ini, sentimen pasar global cenderung lebih didorong oleh data awal PMI manufaktur di beberapa negara. Karena sifatnya data awal, maka rilis data tersebut cenderung tidak terlalu mempengaruhi pergerakan pasar saham global.

Namun, pasar perlu mencermatinya, terutama dari dalam negeri terkait rilis data uang beredar M2 periode Agustus 2024. Berikut sentimen hari ini dan beberapa hari ke depan pada pekan ini.

Konferensi Pers APBN Kita
Menteri Keuangan Sri Mulyani akan menggelar konferensi pers APBN KiTa hari ini, Senin (23/9/2024).  Menarik disimak sejauh mana realisasi pendapatan dan belanja pemerintah hingga Agustus 2024.  Patut ditunggu juga bagaimana upaya mempercepat belanja ke depan.
Konferensi pers APBN ini kemungkinan menjadi konferesi pers terakhir Sri Mulyani karena Oktober mendatang sudah berganti pemerintahan baru. 

Uang Beredar

Hari ini, Senin (23/9/2024)  BI akan merilis data uang beredar (M2) periode Agustus 2024. Sebelumnya, likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) pada Juli 2024 tetap tumbuh.

Posisi M2 pada Juli 2024 tercatat sebesar Rp 8.970,8 triliun atau tumbuh sebesar 7,4% (year-on-year/yoy), setelah tumbuh sebesar 7,7% (yoy) pada bulan sebelumnya. Perkembangan tersebut didorong oleh pertumbuhan uang beredar sempit (M1) sebesar 6,3% (yoy) dan uang kuasi 7,2% (yoy).

Perkembangan M2 pada Juli 2024 terutama dipengaruhi oleh perkembangan penyaluran kredit dan tagihan bersih kepada Pemerintah Pusat. Penyaluran kredit pada Juli 2024 tumbuh sebesar 11,6% (yoy), meningkat dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 11,4% (yoy).

Sementara Tagihan bersih kepada Pemerintah Pusat tumbuh sebesar 15,8% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada Juni 2024 sebesar 14,1% (yoy). Sementara itu, aktiva luar negeri bersih terkontraksi sebesar 0,1% (yoy), setelah tumbuh sebesar 3,1% (yoy) pada Juni 2024.

Di lain sisi, pada Rabu mendatang, FTSE Russel akan resmi melakukan penghapusan saham dari indeks FTSE. Sebelumnya, melalui pengumuman resmi FTSE Russel pada Kamis lalu, saham BREN dikeluarkan lantaran tidak memenuhi persyaratan free float.

Dalam pernyataan FTSE, mereka menjelaskan ada empat pemegang saham yang mengendalikan 97% dari total saham yang diterbitkan.

Diketahui, anjloknya IHSG pada akhir pekan didorong dari turunnya saham BREN yang terjun 19,95% di level Rp 8.825 per lembar saham pada perdagangan Jumat lalu.

 

Amerika Serikat (AS)

Dari negeri Paman Sam, pada hari ini, akan terdapat rilis data awal PMI Manufaktur S&P Global dan PMI Jasa periode September 2024.

Diketahui, PMI Manufaktur AS Global S&P direvisi sedikit turun menjadi 47,9 pada periode Agustus 2024 dari awal 48. Angka tersebut terus menunjukkan kemerosotan tajam dalam sektor manufaktur AS di sepanjang tahun ini.

Produksi menurun untuk pertama kalinya dalam tujuh bulan karena penjualan terus turun di tengah meningkatnya laporan tentang melemahnya permintaan.

Sementara, PMI Jasa AS Global S&P direvisi lebih tinggi menjadi 55,7 pada periode Agustus 2024 dari awal 55,2. Angka tersebut menunjukkan pertumbuhan terkuat di sektor jasa sejak Maret 2022.

Aktivitas bisnis meningkat pada laju tercepat dalam hampir dua setengah tahun di tengah arus masuk pesanan baru yang lebih kuat.

Kemudian, pada Kamis mendatang, akan terdapat data klaim pengangguran berkelanjutan. Tercatat pada periode sebelumnya, klaim pengangguran berkelanjutan di AS menurun menjadi 1.829 ribu untuk minggu yang berakhir pada 7 September 2024, turun dari 1.843 ribu yang direvisi pada minggu sebelumnya.

Angka ini di bawah ekspektasi pasar sebesar 1.850 ribu dan menandai level terendah dalam lebih dari setahun.

Masih di hari yang sama, AS juga akan merilis data klaim pengangguran awal. Tercatat pada periode sebelumnya, jumlah warga yang mengklaim tunjangan pengangguran di AS turun 12.000 dari minggu sebelumnya menjadi 219.000 pada periode yang berakhir 14 September, jauh di bawah ekspektasi pasar sebesar 230.000, dan mencapai titik terendah baru dalam 4 bulan.

Meskipun terjadi penurunan ini, jumlah klaim tetap di atas rata-rata yang terlihat awal tahun ini, karena pasar tenaga kerja AS telah melemah sejak puncaknya pascapandemi, meskipun secara historis tetap ketat.

Berlanjut pada Jumat mendatang, akan terdapat data inflasi (personal consumption expenditure/PCE) AS periode Agustus 2024. Sebelumnya, inflasi AS pada periode Juli tercatat 2,5%, turun dari periode sebelumnya 2,6%.

Dalam sepanjang pekan depan, juga akan terdapat pidato dari anggota FOMC yang akan menghiasi pasar saham.

 

Prediksi IHSG Hingga Akhir Tahun

Meski sempat ambruk hingga 2% pada akhir pekan lalu dan diprediksi pada pekan ini masih akan diwarnai oleh keluarnya saham BREN dari indeks FTSE, tetapi hingga akhir tahun ini, IHSG diprediksi masih akan membentuk tren bullish dan diprediksi masih bakal menyentuh level psikologis 7.900-8.000.

Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta, menargetkan IHSG akan mencapai 7.915 di akhir tahun seiring dengan aliran dana asing yang kembali masuk ke Indonesia.

"Ini merupakan target IHSG dari riset kami Mirae Asset Indonesia sehubungan dengan sentimen positif akibat adanya Capital Inflow ke tanah air. Terutama menyongsong era penurunan suku bunga acuan dari bank Indonesia," ujar Nafan.

Sementara Direktur Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus, CSA, CRP, CIB mengatakan IHSG dapat mencapai 8.080 di akhir tahun.

"Proyeksi kami dengan tingkat probabilitas 55%, IHSG berpotensi menyentuh 7.920 - 8.080 ya," ungkap Maximilianus kepada Tim Riset CNBC Indonesia pada Jumat (20/9/2024).

Head of Research Mega Capital Sekuritas (Investasiku), Cheril Tanuwijaya menargetkan IHSG bisa menguat hingga ke 8.000 hingga akhir tahun.

"Kami menargetkan IHSG bs menguat ke kisaran 7950-8000 hingga akhir tahun seiring terjadinya rotasi dari sektor bahan baku ke sektor properti dan industrial. keuangan cenderung stabil dan lanjut menguat," ungkap Cheril ke Tim Riset CNBC Indonesia, Jumat (20/9/2024).

Analis Sucor Sekuritas, Ahmad Mikail Zaini memiliki proyeksi lebih optimis, IHSG bisa sampai 8.100 di akhir tahun.

Sementara menurut Andyka Pradana dari Jasa Utama Sekuritas yakin IHSG akan finish di level 8.000 di akhir 2024, tepatnya di 8.110.

Capital Asset Management juga memberikan tiga skenario nasib IHSG hingga akhir 2024. Pada skenario pesimis, IHSG akan berada di 6.606. Sementara untuk skenario netral, Capital Asset Management memiliki target di 7.742 dan 8.120 untuk skenario optimis.

Selain itu, BRI Danareksa Sekuritas dalam risetnya meningkatkan target IHSG menjadi 8.238 hingga akhir tahun dari sebelumnya 7.680. Pada skenario optimis, BRI Danareksa Sekuritas memproyeksikan IHSG bisa mencapai 8.395 hingga akhir tahun dan 8.080 pada skenario pesimis.

 

Prediksi Rupiah Hingga Akhir Tahun

Tak hanya IHSG yang diprediksi masih akan positif hingga akhir tahun ini, rupiah juga demikian. Beberapa analis juga masih memperkirakan rupiah masih membentuk tren bullish terhadap dolar AS.

Berdasarkan informasi yang dikumpulkan dari ragam lembaga, rupiah bisa menguat tajam ke Rp 15.000 per dolar AS

Ahmad Mikail dari Sucor Sekuritas optimis bahwa Indonesia akan memasuki commodity super cycle kedua, yang akan mendukung penguatan rupiah hingga menyentuh level Rp 15.000 per dolar AS pada akhir tahun ini.

Sentimen positif ini didorong oleh meningkatnya permintaan komoditas global yang berpotensi menguntungkan ekonomi Indonesia.

Sementara menurut Rully Wisnunroto dari Mirae Asset Sekuritas memperkirakan bahwa rupiah akan bergerak dalam rentang Rp 15.000 hingga Rp 15.500 hingga akhir 2024. Ia mengungkapkan bahwa meskipun ada penguatan jangka pendek, volatilitas masih mungkin terjadi akibat fluktuasi permintaan dolar untuk impor.

Selain itu, Hirofumi Suzuki, Head of Research dari Sumitomo Mitsui Banking Corp, memprediksi bahwa pemotongan suku bunga The Fed akan melemahkan indeks dolar AS (DXY), memberikan angin segar bagi mata uang rupiah. Menurut Suzuki, rupiah diperkirakan akan stabil di kisaran Rp 15.500 menjelang akhir tahun 2024.

Barra Kukuh Mamia, ekonom Bank Central Asia (BCA) melihat rupiah bisa menguat sebagai respons euforia pasar setelah suku bunga dipotong.

Namun, ia mengingatkan bahwa penguatan ini mungkin tidak bertahan lama karena didorong oleh sentimen pasar yang berlebihan. Mamia memperkirakan rupiah akan berada di rentang Rp15.700 hingga Rp 16.000, didukung oleh instrumen Surat Berharga Negara (SRBI) yang akan jatuh tempo pada akhir tahun ini.

Myrdal Gunarto dari Bank Maybank Indonesia, nilai tukar rupiah di akhir 2024 akan stabil di sekitar Rp15.315 per dolar AS. Sementara itu, Enrico Tanuwidjaja dari UOB menyatakan bahwa rupiah bisa menguat hingga Rp15.000 pada akhir 2024, dan akan terus menguat hingga Rp14.800 pada kuartal III-2025.

Namun menurut Trimegah Sekuritas memperingatkan bahwa pasar sudah memperhitungkan pemotongan suku bunga BI dan The Fed, yang berarti ruang untuk penguatan rupiah lebih lanjut akan terbatas. Mereka melihat peluang penguatan rupiah hingga ke posisi Rp15.200, Trimegah memperkirakan rupiah akan ditutup pada level Rp16.000 pada akhir 2024.

Dengan berbagai proyeksi ini, mayoritas ekonom sepakat bahwa meskipun rupiah menunjukkan potensi penguatan, volatilitas dan faktor eksternal seperti kebijakan suku bunga The Fed dan permintaan impor masih akan memengaruhi pergerakan mata uang Garuda hingga akhir tahun.

Proyeksi nilai tukar rupiah setelah The Fed dan BI memangkas suku bunga lebih kuat dengan pertengahan Agustus 2024. Pada saat itu, nilai tukar rupiah mulai menguat tajam setelah ada indikasi pemangkasan suku bunga.

 

The Fed dan BI Bakal Pangkas Lagi Suku Bunga di sisa 2024

Optimisme terhadap laju IHSG terbangun setelah BI dan The Fed memangkas suku bunga, menandai akhir era suku bunga tinggi.

"Laju IHSG di pengaruhi oleh kebijakan BI dan penurunan suku bunga yg dilakukan oleh the fed, keputusan the fed yang menurunkan 50 bp kemarin sejalan dengan harapan investor, ini menyebabkan aliran dana asing atau capital inflow ke aset berisiko seperti saham akan lebih deras yang nantinya mampu menopang IHSG menembus level psikoligsnya di 8.000," tutur Andyka Pradana.

Untuk diketahui, Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) akhirnya memangkas suku bunga acuan atau BI Rate pada September 2024. BI rate ditetapkan menjadi 6% dari sebelumnya 6,25%.

Sementara suku bunga Deposit Facility juga dipangkas menjadi 5,25%, dan suku bunga Lending Facility menjadi 6,75%.

Pemangkasan suku bunga ini adalah yang pertama sejak Februari 2021. BI mengerek suku bunga sebesar 275 bps sepanjang Agustus 2022-April 2024 sebelum menahannya pada Mei, Juni, Juli, dan Agustus 2024.

Sementara The Fed membuat kejutan dengan memangkas suku bunga acuan sebesar 50 basis points (bps) menjadi 4,75-5,0% pada Rabu waktu AS atau Kamis dini hari waktu Indonesia.

Pemangkasan sebesar 50 bps lebih besar dibandingkan ekspektasi pasar yang hanya 25 bps. Pemangkasan ini merupakan yang pertama sejak Maret 2020 atau empat tahun lalu saat awal pandemi Covid-19.

Seperti diketahui, The Fed mengerek suku bunga sebesar 525 bps sejak Maret 2022 hingga Juli 2023. Mereka kemudian menahan suku bunga di level 5,25-5,50% pada September 2023-Agustus 2024 atau lebih.

Kedepannya, BI juga membuka ruang pemangkasan suku bunga lebih lanjut ke depannya. Ini sejalan dengan perkiraan inflasi yang tetap rendah dan nilai tukar rupiah yang stabil.

Hal ini diungkapkan Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo dalam paparan hasil Rapat Dewan Gubernur (BI), Kamis (18/9/2024).

"Ke depan BI terus cermati ruang penurunan kebijakan sesuai dengan perkiraan inflasi yang tetap rendah nilai tukar rupiah yang stabil dan cenderung menguat serta pertumbuhan ekonomi yang terus perlu didorong agar lebih tinggi, kebijakan makroprudensial dan sistem pembayaran diarahkan untuk dukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan," kata Perry.

The Fed juga demikian, di mana anggota FOMC melihat suku bunga acuan The Fed ada di 4,4% pada akhir tahun ini, setara dengan 4,25%-4,5%. The Fed akan menggelar pertemuan FOMC kembali pada 7 November dan 18 Desember 2024.

Sementara itu untuk 2025, The Fed memproyeksikan suku bunga berada di 3,4%. Angka ini mengindikasikan adanya pemotongan 100 bps atau 1%.

Pada 2026, suku bunga diharapkan turun menjadi 2,9% atau dipangkas 50 bps.

Di lain sisi, ada beberapa sektor yang menarik saat memasuki era pemangkasan suku bunga. Sektor-sektor tersebut bisa menjadi pilihan bagi investor karena berpotensi menjadi pemimpin laju IHSG.

Nafan Aji melihat peluang ada di infrastruktur, keuangan, industrial, transportasi, properti, teknologi, siklikal dan non siklikal sektor.

Sementara Andyka Pradana menjagokan sektor otomotif, teknologi, bank, properti, konstruksi, dan semen yang akan memiliki performa apik.

(chd/chd)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular