Newsletter

Investor Siap-siap, Jokowi Bakal Beberkan Kebijakan Prabowo Pekan Ini

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
Senin, 12/08/2024 06:00 WIB
Foto: Presiden Joko Widodo dan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto saat peresmian Rumah Sakit Pusat Pertahanan Negara Pangsar Soedirman dan 25 Rumah Sakit TNI di Jakarta, Senin (19/2/2024). (CNBC Indonesia/Emir Yanwardhana)
  • Pekan ini akan ada beragam sentimen penting yang dapat merubah arah pasar keuangan RI ke depan
  • Pekan ini ada rilis inflasi AS yang akan jadi pertimbangan utama dalam menentukan kebijakan moneter The FEd
  • BPS dijadwalkan akan mengumumkan rilis neraca dagang Indonesia pekan ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Investor harus bersiap menghadapi pekan penuh gejolak ini karena beragam sentimen yang dapat menentukan masa depan pasar keuangan Indonesia, baik pasar saham ataupun nilai tukar.

Adapun sentimen tersebut dari Sidang Bersama Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Pidato Pengantar/Keterangan Pemerintah Atas Rancangan Undang-undang (RUU) Tentang Anggaran dan Pendapatan Belanja Negara (APBN) Tahun Anggaran 2025 dan Nota Keuangan dan rilis neraca dagang jadi sentimen utama.

Sementara dari luar negeri perhatian akan tertuju kepada pengumuman inflasi Amerika Serikat dan data tenaga kerja sebagai landasan kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve atau The Fed.

Investor bisa full senyum pada perdagangan pekan lalu karena pasar saham dan nilai tukar rupiah sama-sama memiliki kinerja mentereng.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup bergairah pada perdagangan Jumat (9/8/2024). IHSG ditutup menanjak 0,86% ke posisi 7.256,996. Posisi ini membalikkan kejatuhan IHSG di awal pekan lalu (5/8/2024) saat terperosok 3,4% ke posisi 7.059,65. Secara mingguan IHSG ditutup lebih rendah 0,7%.

Pasar saham Indonesia pekan lalu dikagetkan dengan kemerosotan di awal pekan. Bahkan kejatuhan saat itu memanggil memori investor saat bursa saham RI itu terkena trading halt era Covid-19. 

Penyebabnya adalah kepanikan di pasar akibat potensi resesi di negara dengan ekonomi terbesar dunia Amerika Serikat tiba-tiba melonjak.

Indikator yang digunakan adalah Sahm Recession Indicator atau The Sahm Rule adalah indikator resesi yang banyak diikuti. Indikator ini telah mendapatkan banyak perhatian dari para ahli yang menggunakannya untuk berargumen bahwa sebuah negara tidak berada dalam resesi, dan juga oleh mereka yang memanfaatkannya untuk menyatakan bahwa resesi akan segera terjadi.

Saat guncangan pasar terjadi, hasil hitungan menunjukkan Sahm Rule Indicator pada Juli 2024 menunjukkan sebesar 0,53 poin persentase. Ini merupakan tertinggi sejak era pandemi Covid-19.

Kenaikan Sahm Rule dipicu oleh data rata-rata laju pengangguran AS dalam tiga bulan terakhir (Mei, Juni, dan Juli) tercatat sebesar 4,13% (4% pada Mei 2024, 4,1% pada Juni 2024, dan 4,3% pada Juli 2024. Sementara pada Juli 2023 sebesar 3,6%. Sebagai catatan, tingkat pengangguran pada Juli 2023 adalah yang terendah dalam setahun terakhir.

Sementara, data historis menunjukkan setelah peringatan Sham Rule muncul atau angka indikatornya menunjukkan 0,50 poin persentase, angka pengangguran terus meningkat. Bahkan dalam resesi yang paling ringan, seperti pada 2001, tingkat pengangguran naik dua poin persentase dari titik terendah sebelum resesi.

Investor panik dan melakukan aksi jual untuk mengamankan aset, pasar pun menjadi penuh ketidakpastian. Pengukur rasa takut Wall Street, CBOE Volatility Index, atau VIX, melonjak lebih dari 50% selama jam perdagangan saham ke level tertinggi sejak 2020, yakni ke 65,73. 

Foto: Tradingview
VIX

Berbeda dengan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS)yang tampak tidak terpengaruh dengan kepanikan pasar. Pada perdagangan Senin (5/8/2024) rupiah terpantau mengalami apresiasi 0,09% ke angka Rp16.180/US$, kala IHSG ambruk 3,4%.

Melansir dari Refinitiv pada pekan ini, rupiah melejit 1,7% secara point-to-point (ptp) di hadapan dolar AS. Kenaikan rupiah terhadap dolar AS pada pekan ini menjadi yang terbaik pada tahun ini, bahkan mungkin sejak Januari 2023 lalu.

Pada pekan ini pula rupiah berhasil kembali ke bawah level psikologis Rp 16.000/US$, tepatnya di level Rp 15.800-an.

CNBC INDONESIA RESEARCH


(ras/ras)
Pages