Dibanjiri Dana Asing Triliunan Rupiah, Sudah Saatnya Investor Pesta?
- Indonesia dibanjiri dana asing baik dari riil dan pasar keuangan ada aliran dana asing masuk
- Investor menanti rilis data tenaga kerja AS
- Rilis laporan keuangan masih jadi perhatian khusus investor
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia terpantau stabil pada perdagangan kemarin jelang rapat bank sentral Amerika Serikat atau FOMC.
Indeks Harga Saham Gabungan ditutup naik tipis 0,01% ke posisi 7.288,9 pada perdagangan Senin (29/7/2024). IHSG sempat menguat ke level psikologis 7.300. Namun di akhir perdagangan hari ini, IHSG kembali ke level 7.290-an.
Nilai transaksi indeks pada akhir perdagangan kemarin mencapai sekitar Rp 10 triliundengan melibatkan 14miliar lembar saham yang diperdagangkan sebanyak 940.170 kali. Sebanyak 258 saham terapresiasi, 282 saham terdepresiasi, dan 252 saham cenderung stagnan.
Secara sektoral, sektor transportasi dan konsumer non-primer menjadi penopang IHSG pada akhir perdagangan, yakni masing-masing 1,2% dan 1,12%.
Sementara itu rupiah menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) disertai dengan aliran yang deras dari investor asing pada pekan lalu ke pasar keuangan domestik.
Dilansir dari Refinitiv, rupiah menguat tipis 0,06% di angka Rp16.275/US$ pada perdagangan kemarin.
Rupiah ditutup mengalami apresiasi pada hari ini setelah sebelumnya pada pekan lalu terjadi net foreign inflow dan semakin memperpanjang tren masuknya dana asing menjadi lima pekan beruntun.
Bank Indonesia (BI) merilis data transaksi 22-25 Juli 2024 di mana investor asing tercatat beli neto Rp1,93 triliun terdiri dari beli neto Rp3,37 triliun di pasar Surat Berharga Negara (SBN), jual neto Rp1,39 triliun di SRBI dan jual neto Rp0,05 triliun di saham.
Lebih lanjut, selama tahun 2024, berdasarkan data setelmen sampai dengan 25 Juli 2024, investor asing tercatat jual neto Rp32,08 triliun di pasar SBN, jual neto Rp1,89 triliun di pasar saham, dan beli neto Rp169,41 triliun di SRBI.
Ekspektasi penurunan suku bunga bank sentral AS (The Fed) menjadi salah satu alasan utama mengapa aliran dana asing masuk ke pasar keuangan domestik.
Optimisme ini semakin bold didukung oleh survei CME FedWatch Tool yang menunjukkan 87,7% terjadi first cut rate pada September 2024 sebesar 25 basis poin (bps).
Jika hal ini benar terjadi, maka tekanan terhadap mata uang Garuda akan semakin minim dan pada akhirnya membuat rupiah berada di level yang lebih baik ke depannya.
(ras/ras)